Deru motor ninja gagah milik seorang Ketua Geng Killer itu semakin menggebu di jalan raya Jakarta yang juga ramai dipenuhi oleh kendaraan lainnya. Pandu mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, ia tetap mengendarai motornya menuju tempat yang akhir-akhir ini memang sering ia kunjungi; rumah Gebi dan Elsa.
Setibanya ia di depan pagar mewah milik rumah kedua gadis cantik itu, mematikan mesin motornya kemudian segera turun dari motornya dan mendekat ke arah pagar.
"Permisi, Pak." tutur Pandu kepada satpam yang mulanya berada di pos.
Satpam itu menghampiri Pandu, beranjak membuka pagar. "Iya, ada apa?" tanya si satpam yang sebelumnya tersenyum lebar.
"Saya mau ketemu Gebi, Pak. Saya temennya Gebi."
"Oh, silakan masuk. Motornya bisa dimasukin aja, Den."
"Nggak usah deh Pak disitu aja, saya titip ya." ujar Pandu kemudian ia masuk ke dalam setelah mendapat anggukan dari satpam.
Pandu berjalan menuju pintu rumah, ia memencet bel kemudian tak lama pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita paruh baya memakai daster dan sedang memegang lap dapur.
"Cari siapa ya?" tanya wanita itu, ia adalah Bi Leha.
"Gebinya ada, Bi?" tanya Pandu setelah ia mengangguk dan tersenyum pada Bi Leha.
Wajah Bi Leha berubah menjadi kaku, "Non Gebi—ada, di dalam."
"Boleh saya ketemu?"
"Bo—boleh, Den. Tapi Bibi gak yakin Non Gebi bakalan mau diajak ketemu." ucap Bi Leha.
"Kenapa gitu, Bi?"
"Saya gak bisa cerita. Tapi coba aja Aden temui dia di kamarnya, barangkali dia mau bicara kalau sama Aden. Kamarnya ada di lantai 2, pintu pertama." jelas Bi Leha kemudian ia mempersilakan Pandu untuk masuk dan menemui Gebi di kamarnya.
Pandu berjalan sambil memandangi seisi rumah Gebi, sesekali ia melirik foto pernikahan yang terpajang di dinding ruangan. Ia mempercepat langkahnya saat menaiki tangga untuk menuju kamar gadis yang sangat ia nanti-nanti itu.
Setiba di depan pintu kamar Gebi. Ia mengetuk pintu itu dengan pelan, namun tidak ada respon apapun dari dalam. Pandu mengetuk lagi hingga ketukan kesepuluh kalinya ia belum juga mendapat respon dari penghuni kamar. Kemudian dengan terpaksa ia membuka pintu itu dengan sangat amat hati-hati.
"Permisi," ujarnya sangat pelan, hampir tidak terdengar.
Pandu memandangi seisi kamar itu, namun gadis yang ia cari tidak ada di dalam sana. Kemudian langkah Pandu beralih ke pintu yang terbuka setengah, itu adalah pintu menuju rooftop mini. Dan ya, Pandu berhasil mendapati gadis yang seharian ia cari. Gadis itu sedang duduk di tepian rooftop, meringkuk, memeluk dirinya sendiri. Dengan seragam putih abu-abu yang sudah lusuh serta rambut yang acak-acakan.
Pandu menyentuh pundak gadis itu dari belakang. Gadis itu menoleh, kemudian mendongakkan kepalanya. Ia terkejut dan segera menghapus air mata derasnya.
"Lo ngapain disini?!" serunya karena mungkin ia terbawa perasaan.
"Sorry gue lancang masuk kamar lo, soalnya gue udah berkali-kali ketok tapi gak lo bukain." ujar Pandu. "Gue boleh duduk di samping lo?"
Gebi membuang wajahnya, ia mengangguk.
Gebi segera duduk di samping Gebi, kemudian kepalanya ia tolehkan ke arah gadis itu. "Kenapa gak masuk?"
Gebi tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, dan percayalah bahwa ia sedang menahan air matanya yang ternyata masih belum puas keluar.
"Lo kenapa lagi sih?"

YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
De TodoPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...