-28-

98 5 0
                                    

Gadis berkuncir kuda itu duduk di kursi kayu yang ada di depan rumahnya. Ia mengenakan kaos oversize serta celana setengah tiang. Gadis itu menghirup udara malam yang begitu dingin, ia menghembuskan napasnya dengan senyuman yang sebenarnya ia ukir dengan paksa.

"Punten, neng..." itu suara tetangga di sebelah rumahnya, ia baru saja lewat di hadapan Gebi, membawa sekantong belanjaan.

"Iya, Ibu." Gebi tersenyum.

Gadis itu beranjak dari duduknya ketika ia rasa perutnya sudah mulai kelaparan, ia berniat membeli ketoprak yang berada tak jauh dari mini market dekat rumahnya.

Gebi menutup pintunya, walaupun tidak ada barang berharga di dalamnya, tetapi ia harus tetap menutupnya. Kemudian ia melangkah pergi. Tetapi di ujung gang rumahnya, ia berpapasan dengan Bu Siti, si pemilik kontrakan yang ia singgahi sekarang.

"Eh Gebi, mau kemana malem-malem?" sapa Bu Siti yang tengah memegang dompetnya.

Gebi tersenyum kikuk, "mau ke depan Bu, cari makan." kemudian gadis itu menatap Bu Siti dengan tatapan tidak enak hati. "Ibu, maaf ya- Gebi belum bisa bayar uang kontrakan. Tapi Gebi janji kok, kalau Gebi udah dapet kerjaan, Gebi bakalan bayar." ujarnya sambil tangannya meraih tangan Bu Siti, berniat merayu.

"Hah? Kamu sudah bayar kok." ucap Bu Siti yang membuat Gebi terkejut setengah mati.

"Udah bayar, Bu?"

"Kemarin ada yang bayar ke Ibu, katanya bayar uang kontrakan Gebi satu tahun, gitu. Dia sih pakai baju SMA, namanya- ah, itu loh yang nemenin kamu nemui Ibu sama Bude Amah waktu pertama kali." jelas Bu Siti.

Gebi membelalakan kedua matanya, "hah, Pandu?" gumamnya.

"Gebi, Ibu pamit yaa.. Ini mau ke apotek." ucap Bu Siti sambil mengelus pundak Gebi, kemudian ia pergi dengan langkahnya yang sedikit gotai.

Gebi terdiam sejenak, memikirkan apakah benar Pandu yang sudah membayari uang kontrakannya selama setahun?

***

"Lontongnya dipisah bisa gak, Bang?" tanya Gebi yang kini sedang berdiri di samping gerobak ketoprak.

"Bisa, Dek." ujar si pedagang ketoprak.

Gebi tersenyum, sambil matanya melirik jalanan yang masih ramai kendaraan. Kemudian ia menoleh ke arah mini market yang ada di sebelah kanan.

Seketika mata gadis itu terbelalak saat ia melihat lelaki paruh baya baru saja ingin memasuki mobil mewahnya.

"Bang, nitip dulu ya. Saya mau ke mini market sebentar." setelah mengatakan itu pada pedagang ketoprak, Gebi segera berlari menuju area parkir mini market. Ia berteriak sambil langkahnya ia percepat, "Papa!"

Lelaki itu mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil. Ia melirik gadis yang berlari ke arahnya.

"Papa!" Gebi mengatur napasnya saat ia sudah berdiri di depan lelaki itu, Firman.

"Papa..." ucapnya lagi dengan senyuman tulusnya. "Papa, Gebi kangen." tuturnya, matanya mulai berkaca-kaca.

Firman menatap gadis di hadapannya, tetapi pahitnya- tidak ada tatapan kerinduan disana. Pelik.

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now