-15-

120 12 3
                                    

Gebi berjalan menuju tendanya dengan tersenyum-senyum salah tingkah. Gadis itu membuka tendanya sambil menyapa riang teman-temannya, "hai, guys."

"Geb, lo dari mana jam segini baru balik tenda?" tanya Citra sambil memakan cemilannya.

Gebi terdiam, lalu menyengir. "Nyari angin, hehehe."

"Gue kira lo hilang lagi, petakilan banget sih lo." ujar Hanin.

"Eh ya kali gue hilang lagi." Gebi terkekeh sambil menoyor pundak Hanin, "gila lo!"

"Elsa nyariin lo dari tadi." Citra bersuara sambil terus mengunyah cemilannya.

"Malem ini kita api unggun ya?" Gebi justru mengalihkan pembicaraan.

Hanin dan Citra saling menatap seolah saling bingung mengapa Gebi selalu menghindar jika ditanya tentang Elsa. Serta perilaku Gebi terhadap Elsa yang sangat jauh berbeda dengan perilaku sebaliknya.

"Geb,"

"Ya?"

"Lo anggap gue sama Citra sahabat gak sih?" tanya Hanin menatap mata Gebi dengan intens.

"Ya jelas dong. Kenapa nanya gitu?" Gebi mulai kikuk rupanya.

"Lo gak mau cerita?"

"Cerita apa?"

"Elsa."

"Kenapa?" Gebi masih berusaha seperti tidak terjadi apa-apa.

"Geb, kita tau ada yang lo sembunyiin tentang Elsa. Gue sama Hanin kan sahabat lo, mulai sekarang lo harus terbuka sama kita, begitupun sebaliknya." Citra merangkul pundak Gebi dengan begitu friendly.

Gebi menatap kedua sahabatnya kemudian kepalanya tertunduk. "Elsa saudara tiri gue."

Hanin dan Citra merubah posisinya menjadi menghadap Gebi. "Saudara tiri?"

"Bokap gue sayang banget sama Elsa, sedangkan gue—gue udah gak ada artinya di rumah. Gue tuh cuma kayak pajangan jadul yang udah gak dipeduliin sama pemiliknya." Gebi tersenyum pahit, "sakit." tuturnya begitu lirih.

"Geb..."

"Mama meninggal sejak gue kelas 3 SMP. Dan mulai saat itu gue merasa hidup gue hancur sehancur-hancurnya. Gue pikir Papa bakalan selalu ada buat gue, tapi ternyata gue salah, Papa gak kayak apa yang ada diekspetasi gue." lanjut Gebi sambil berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Geb, sorry..."

Gebi menegakkan kepalanya kembali sambil tersenyum yang sahabatnya pun tahu bahwa itu senyuman palsu. "Nggak apa. Gue seneng ketemu orang baik kayak kalian, gue seneng bisa have fun bareng kalian, karena kalo gue dirumah—gue gak bisa sekedar senyum pun."

Hanin dan Citra memeluk Gebi dengan erat. "Lo gak perlu merasa sendiri Geb, karena kita bakalan selalu ada buat lo." ujar Citra yang matanya sudah berkaca-kaca.

Gebi membalas dekapan itu dengan penuh rasa bersyukur. "Makasih, gue bahagia punya kalian." ujar Gebi yang ternyata sudah meneteskan air matanya, air mata bahagia kali ini.

***

"Selamat malam anak-anak, salam sejahtera untuk kita semua. Gimana hari kedua studycamp?" pekik Pak Bunar sambil memperhatikan seluruh muridnya.

Beragam jawaban dari anak muridnya pun terlontarkan. Pak Bunar tersenyum, beliau ikut bahagia melihat muridnya yang terlihat sangat bahagia dimalam ini.

"Malam ini adalah malam api unggun sekaligus menjadi malam penutup untuk studycamp tahun ini, karena besok pagi kita akan pulang. Untuk itu Bapak sangat berharap kita bersenang-senang di malam ini, tidak ada pertengkaran atau peristiwa-peristiwa lainnya yang meresahkan semua yang ada disini." ujar Pak Bunar.

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now