Gebi melangkah menuju arah gerbang sekolah, ia akan pulang menaiki angkutan umum lagi. Sejujurnya kejadian pelecehan yang menimpanya kala itu cukup membuat ketraumaan di dalam dirinya. Namun mau bagaimana lagi, dana yang ia punya hanya cukup untuk membayar angkot atau bus.
Sedih sekali memang, harus melawan rasa trauma karena paksaan ekonominya yang sekarang. Sepertinya ia harus belajar adu jotos dengan Pandu, agar jika ia tertimpa musibah kriminal lagi, dia bisa membela diri.
Tangan mungilnya melambai ke arah Hanin dan Citra yang mulai memasuki area parkir untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing. Sebenarnya kedua sahabat Gebi itu sudah memaksa Gebi untuk pulang dengan salah satu dari mereka saja, namun Gebi menolak dengan tegas. Alasannya ya hanya satu, ia tidak ingin merepotkan siapapun lagi.
Gadis itu berjalan menuju halte depan sekolah, namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti saat suara kelakson motor memberisiki telinganya.
Sudah dapat ditebak bahwa itu adalah suara kelakson motor milik Pandu. Gebi menoleh ke belakang, dan benar- sudah ia dapati Pandu yang sudah nangkring di atas motor ninja kecintaanya.
"Naik." ucap Pandu dari balik helm full face-nya dengan sedikit berteriak.
"No, thanks. Gue masih punya ongkos buat naik angkot atau bus." jawab Gebi sambil melengos.
"Naik gue bilang." tutur Pandu lagi.
"Gak mau gue bilang." Gebi membalas dengan raut wajah yang berusaha ia songongkan.
"Gue lagi males berdebat sama lo, naik aja apa susahnya sih?" Pandu menarik tangan Gebi agar tubuhnya mendekat.
"Ih, Pandu!" Gebi memberontak.
Sedetik kemudian suara ponsel yang ada di saku jaket Pandu berdering, menandakan ada panggilan masuk.
Elsa is calling...
Gebi dapat melihat jelas nama kontak yang tertera di layar ponsel Pandu. Kemudian gadis itu memundurkan langkahnya, "gak apa-apa, mungkin Elsa mau pulang bareng lo." ujarnya yang tidak bisa dibohongi bahwa perasaannya seperti sedang cemburu.
"T-tapi,"
"Santai. Kan gue udah bilang gue masih bisa pulang sendiri, lagian selagi gue masih bisa- gue gak mau ngerepotin orang lain." ujar gadis itu kemudian tersenyum tipis, "gue balik ya." lanjutnya kemudian melangkah pergi.
Baru juga Gebi berjalan beberapa langkah, ia tiba-tiba memberhentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Pandu lagi yang kini menatapnya. "Oh ya, utang gue nanti gue bayar kok, pasti. Tapi gue minta waktu dulu ya, gue mau cari kerja."
Pandu mengernyit, "jangan bilang utang." ujar Pandu. Tangannya masih memegang ponselnya, ia belum menjawab panggilan dari Elsa.
Gebi tersenyum lagi, "gue duluan ya." kemudian setelah mengatakan itu, ia benar-benar pergi menuju halte untuk menunggu angkot disana.
***
Jam dinding yang terlihat sudah tua itu menunjukkan pukul 11 malam. Gadis cantik yang kini mengenakan daster itu sedang merebahkan diri di kasur mininya. Menikmati segelintir angin yang berasal dari kipas angin yang baru saja ia bersihkan tadi sore. Ia menyandarkan kakinya ke tembok kamarnya yang berwarna putih pudar. Ia memainkan ponselnya, membuka berbagai applikasi, salah satunya Instagram. Ia men-scroll beranda akun Instagramnya dan ia menemukan postingan yang baru saja di-uplaod beberapa menit lalu, tetapi sudah banjir like dan comment.
pandulongsadp
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RandomPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...