[short part]
.
.
.
.Ditengah obrolan yang melibatkan Pandu, Dinda, Gebi, dan Elsa, tiba-tiba Elsa mengajak Gebi keluar sebentar. Ada yang ingin dibicarakan katanya. Sebenarnya Gebi sangat malas menerima ajakan itu, tetapi karen situasi yang tidak memungkinkan dirinya untuk berdebat dengan Elsa sekarang, akhirnya ia dengan terpaksa menurut.
Elsa mengajak Gebi ke taman rumah sakit.
"Kenapa sih jauh banget? Lo mau ngomong apaan?" tegas Gebi saat baru saja duduk di bangku taman.
"Geb, rumah kangen kamu." ujar Elsa, tangannya meraih tangan Gebi.
Gebi segera menepis tangan itu. "Gue gak salah denger?" ujarnya sambil terkekeh hambar.
"Geb, aku serius. Rumah sepi nggak ada kamu."
Gebi terkekeh lagi, "dusta banget lo." ucapnya.
"Kamu tinggal dimana sekarang?"
"Bukan urusan lo gak sih?"
"Geb, balik ke rumah ya sekarang?"
"Kemarin gue ketemu Papa, tapi Papa sama sekali gak peduli sama gue. Jadi gue minta lo gak usah sok peduli deh sama gue, orang tua kandung gue sendiri aja gak peduli, jadi gue tuh tau lo sama Ibu lo gak akan sebaik itu ke gue." Gebi berdiri, tetapi tatapannya masih tertuju pada Elsa. "Gue bisa hidup sendiri. Lo bilang Papa, gue bakalan baik-baik aja. Justru dia deh kayaknya yang harus hati-hati, karena kan satu rumah sama iblis." Gebi tersenyum miring kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Dinda.
Elsa menghela napasnya berat, ia tak tahu lagi harus pakai cara apa supaya Gebi mau pulang ke rumah bersamanya.
***
Elsa mencium tangan Dinda untuk berpamitan. Meski ia datang dengan Habib, namun ia akan pulang bersama Pandu. Jelas lah, Pandu mana bisa melewatkan Elsa sedetik saja, kecuali kalau karena Gebi. Gebi selalu menjadi pengecualian dalam hidup Pandu, atas segala hal apapun.
"Nanti agak maleman gue telepon, boleh?" tanya Pandu setelah Elsa turun dari boncengannya dan melepas helmnya.
Elsa memincingkan kedua matanya, "te--telepon?" tanyanya heran, "biasanya juga nggak izin."
Pandu tersenyum, "gue takut ganggu aja, jadi boleh ya?"
"Kamu lagi kenapa deh, Pan?" Elsa tertawa kecil, sungguh tawa itu selalu menjadi tawa favorit Pandu.
"Aduh El, jangan ketawa dong." Pandu menutup matanya, lagi-lagi ia membuat Elsa memincingkan matanya.
"Kenapa ih?"
"Gak kuat gue. Cantik banget masa," cowok itu tertawa kemudian mencubit hidung Elsa. "Makanya cantiknya biasa aja dong, jangan nyolot."
"Ih Pandu, apaan deh." percayalah, pipi Elsa kini sedang panas-panasnya. "Udah ah sana kamu balik ke rumah sakit lagi, jagain Mama kamu."
"Iya iya, gue balik deh. Lo istirahat ya, charger hpnya jangan lupa... Biar nanti waktu gue telepon ga lowbat, soalnya mau lama nih." setelah mengatakan itu, Pandu segera memakai kembali helmnya kemudian melajukan motornya.
Ditatapnya Pandu bersama motornya yang kian lama kian menghilang dari pandangan. "Hati-hati, Panduku." gumamnya sambil tersenyum salah tingkah.
•••
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RandomPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...