"Gue udah bilang kan Sa sama lo, izin ke Pak Subardi. Lo ngeyel banget sih." Gebi terus berceloteh sambil tangannya memijat lengan Elsa dengan olesan minyak angin.
Elsa menarik ujung bibirnya untuk tersenyum, "aku cuma terlalu capek aja kok, Geb."
Pandu yang sedari tadi duduk di sisi kanan Elsa memegang lembut tangan kanan Elsa, wajahnya terlihat begitu khawatir. "Beneran lo udah nggak apa-apa?"
Elsa justru mengelus pundak Pandu dengan gerakan yang tentu sangat lembut dan anggun, "i'm okay. Kamu masuk kelas gih, kan ada Gebi yang jagain aku."
Gebi sedikit berdengik geli saat melihat adegan yang menurutnya sok romantis di hadapannya ini. Begiu memuakkan. Kemudian ia segera membuang pandangannya karena tak mau terus-terusan menyaksikan adegan lebay itu.
***
"Tapi Elsa nggak apa-apa kan, Geb?"
Sesampainya Gebi di kelas, ia langsung diteror oleh kedua sahabatnya dengan pertanyaan yang sudah bosan ia dengar.
"Kalau Elsa kenapa-kenapa, gue gak mungkin balik ke kelas, oon!" ucap Gebi dengan begitu geramnya.
"Bagus deh. Oh iya Geb, ini—ada titipan lagi dari anak sebelah." Citra memberi sebuah cokelat berbentuk hati kepada Gebi. "Gue capek tau, semenjak ada lo gue sama Hanin jadi kurir lo mulu. Mana setiap hari pasti ada aja lagi yang nitipin ke kita, kenapa gak ke lo nya langsung coba, kan?" cerocos Citra dihadiahi tawa dari Gebi.
Gebi mendorong cokelat itu, alias menolak pemberian Citra. "Gue udah makan cokelat setiap hari, bisa-bisa gue diabetes. Sekarang kalau ada titipan cokelat atau makanan manis lainnya untuk gue, langsung aja kalian tolak—atau buat kalian aja."
Citra melirik Hanin yang langsung menyambar cokelat ditangannya, "makasih, Geb! Menguntungkan banget punya temen selebschool."
Gebi terkekeh mendengar ucapan Hanin barusan, sedangkan Citra, ia mengendus napas sebal.
***
Sepulang sekolah, Gebi memutuskan langsung pulang ke rumahnya. Ia memesan ojek online untuk mengantarnya pulang, tanpa menemui siapapun terlebih dahulu. Setiba di rumah, Gebi langsung masuk menuju kamarnya. Saat tubuhnya ingin menyentuh kasur empuknya, ia dipaksa mengundurkan niatnya karena gadis itu mendengar deruman motor yang tak asing.
Gebi melangkah cepat menuju gorden kamarnya, membukanya sedikit untuk mengintip ke arah bawah—dan benar, motor milik Pandu berhenti di depan gerbang rumahnya, bersamaan dengan Elsa yang baru saja turun dari boncengan. Terlihat jelas bahwa Pandu sedang mengelus pelan puncak kepala Elsa sambil tersenyum lebar. Gebi segera memundurkan langkahnya saat kepala Pandu mendongak ke arahnya, kemudian seketika gadis itu merasakan dadanya yang sedikit sesak. "Shit." gumamnya pelan.
***
Cowok berjaket kebangsaan itu melangkahkan kakinya keluar dari markas, setelah bersua bersama teman-temannya. Ia melajukan motornya untuk kemudian merasakan angin malam yang menusuk hingga kulitnya. Pandu melajukan motornya dengan kecepatan normal, sambil menikmati cuaca malam ini yang begitu bersahabat.
Saat lampu merah yang mengharuskannya untuk berhenti, pandangannya kesana kemari, memperhatikan sekitar yang begitu ramai dan berisik. Tetapi matanya tertuju pada sesosok gadis yang sedang duduk di halte bus yang berada di seberang sana. Setelah lampu hijau, ia menjalankan motornya ke arah halte.
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RastgelePandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...