-41-

42 3 2
                                    

Jam kosong sudah tersisa 1 jam lagi, sedangkan Pandu masih menghabiskan waktunya di rooftop bersama keempat temannya. Habib, Gibran, Jeri, dan Ciko yang sedari tadi mengobrol tiada henti, membahas semua topik dari A sampai Z. Sedangkan Pandu sibuk dengan isi kepalanya sendiri, wajahnya yang sedikit cemas cukup membuat teman-temannya heran.

"Ndu, lo kenapa sih anjir?" Habib menyeletuk di tengah obrolan.

"Tau nih, kayak lagi mikirin utang aja." ujar Gibran masih dengan mengunyah permen karetnya.

Pandu menetap teman-temannya, "menurut kalian, kalo orang tiba-tiba cuek tanpa sebab itu kenapa ya?"

Ah ya! Teman-temannya mulai ngeuh. Ternyata penyebab Pandu gelisah adalah karena sedang dicueki. 

Jeri memincingkan matanya, ia tersenyum jahil. "Elsa atau Gebi nih?" ujarnya sangat to the point.

Pandu mengernyitkan dahi, "apaan sih anjing," ujarnya dengan wajah masam.

Jeri terkekeh sambil menepuk pundak Pandu. "Udah lah Ndu, we knew you so well kali." ujarnya dengan wajah sok ganteng sebab baru saja menggunakan segelintir bahasa inggris.

"Hahahaha Jaksel abis ya Jer lo sekarang," Habib menoyor kepala Jeri dengan sangat geram.

Jeri meringis sambil mengelus kepalanya sendiri, "sakit bajingan."

"Gue nanya, jing." ucap Pandu masih dengan wajah datarnya.

"Ya tergatung si Pan, kalo cueknya karena dia- sebentar, ini cewek atau cowok yang lo tanyain?" Ciko mencoba menjadi penengah.

Pandu menatap Ciko, bingung mau jawab apa.

"Ya cewek lah bego, yakali Pandu homo." celetuk Habib yang tanpa ia sadar sudah membangunkan macan yang sedang tertidur. Pandu seketika menatapnya tajam seakan ia ingin menerkam temannya itu, sedangkan Habib hanya memamerkan deretan gigi putihnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Peace, Ndu..."

"Kalo gitu, mungkin dia lagi PMS, Pan. Lo gak ngerasa buat kesalahan kan?" lanjut Ciko setelah terkekeh beberapa saat.

Pandu memalingkan wajahnya, ia berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat kembali ke beberapa hari lalu, apakah ia telah membuat kesalahan pada Elsa sehingga Elsa seketika mendadak jadi acuh kepadanya.

Setelah beberapa menit akhirnya Pandu berhasil mengigat sesuatu. Beberapa malam lalu, Pandu janji kepada Elsa akan meneleponnya seusai ia sampai rumah, tapi ia malah pergi dengan Gebi, namun tanpa disengaja. "Anjing." gumamnya, ia begitu kesal dengan keteledorannya sendiri.

"Gapapa lo, Ndu?" tanya Gibran.

Pandu berdiri dari duduknya, "gue cabut duluan ya? Nanti gue masuk kalo udah bel."

Meski bingung, namun keempat temannya tidak ada jawaban lain selain, "oke." sahut keempatnya sambil saling melempar tatapan bingung.

Pandu berlari, bergegas kembali ke kelas 11 IPA 1, iya betul; kelas Elsa.

Ia mempercepat langkahnya, berharap agar Elsa masih berada di kelas dan mau memaafkan janji yang telah ia ingkari, sebab kebodohan lainnya selain ingkar janji adalah ia baru menyadari kesalahannya.

Setelah sampai di depan kelas Elsa, ia langsung memasuki kelas yang masih sepi itu, namun langkahnya terhenti saat ia lihat Elsa yang sedang terkekeh ria bersama seorang cowok, ia seperti mengenali cowok itu... Radit. Ya, Pandu tahu jelas siapa dia bahkan hanya punggung yang terlihat. Elsa tertawa bahagia bersama Radit, bahkan tanpa menyadari kehadiran Pandu yang berada di ambang pintu kelasnya.

Pandu memundurkan langkahnya, seketika kedua tangannya reflek terkepal. Sungguh ia kesal sebab Radit seperti mulai mendekati Elsa, sebenarnya selain- mungkin cemburu, Pandu juga takut Radit melakukan hal yang tidak diinginkan pada Elsa. Sebab bagaimana pun juga, meski ia sudah berdamai dengan Radit dan gengnya, namun rasa was-was itu akan selalu ada.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now