Pelukan hangat di perut Pandu membuat lelaki itu reflek menarik ujung bibirnya, ia suka tangan itu berada melingkar di perutnya seperti itu. Pandu terus melajukan motornya dengan kecepatan normal hingga sampai ke sekolah.
Kedua remaja yang sudah dinobatkan sebagai Couple Goals di GIS itu berjalan menusuri koridor dengan begitu serasi, mengundang pandangan-pandangan cemburu dari kaum hawa.
"Pandu, hm, sebenernya aku mau nanya ini dari tadi..." Elsa bersuara sangat lembut, namun tetap mengundang seluruh perhatian Pandu untuknya.
"Ya?"
"Kamu pasti tau kan Gebi ada dimana? Please Pan, kalau kamu tau, kasih tau aku. Aku khawatir banget sama dia. Aku tanya Papa sama Mama juga mereka gak mau buka suara, aku bingung mau tanya ke siapa lagi selain ke kamu." ujar Elsa begitu lirih, membuat Pandu sangat tidak tega jika harus membohongi gadis lugu itu.
"Gue-"
Dari arah berlawanan, terlihat Habib, Ciko, dan Jeri berlarian menuju Pandu dan Elsa.
"Apaan sih lo pada?" Pandu dan Elsa memberhentikan langkah mereka.
Habib, Ciko, dan Jeri menetralkan napas mereka sebentar untuk kemudian bersuara. "Gawat Pan, gawat!" seru Habib sambil menepuk-nepuk pundak Pandu.
"Apa yang gawat?" Pandu menaikkan satu alisnya.
"Radit- Radit pindah ke sekolah kita!"
Pandu justru menautkan alisnya, merasa bingung dengan ucapan Habib barusan. "Radit?"
"Iya, gawat!"
"Kenapa harus gawat?" ujar Pandu dengan begitu santai.
"Ya gawat dong, kalau dia macem-macem gimana?"
"Apaan sih lo pada, parno bego!" Gibran datang dari arah belakang Pandu dan Elsa. Merangkul paksa pundak Habib sambil mendekatkan wajahnya, "kalau pun iya, memangnya lo pada takut sama Radit? Cupu banget! Gede bacot doang!" seru Gibran dihadiahi senyuman smirk khas Pandu.
"Tau tuh, berisik banget!" Pandu bersuara sambil mengambil alih untuk membawa Elsa pergi dari sekeliling teman-temannya itu.
"Duluan ya, temen-temen." Elsa melambaikan tangan kepada Habib dan lainnya, sambil berlalu bersama Pandu.
"Tau nih Habib heboh sendiri dari tadi," Ciko bersiul sambil membuang pandangannya ke sembarang arah.
"Padahal kan biarin aja ya, mau Radit kek, seluruh anggota Satters kek. Ya kan, Gib?" ujar Jeri sambil berlagak tidak berkutik sebelumnya.
Padahal yang heboh bukan hanya Habib, tetapi Ciko dan Jeri pun ikutan heboh karena Radit menjadi murid baru di GIS.
"Halah, lo bertiga tuh sama aja, gak ada bedanya!" hardik Gibran kemudian berlalu meninggalkan ketiga teman konyolnya itu.
***
Saat Pandu memasuki kelas, Hanin dan Citra mulai saling melirik kikuk. Memberanikan diri untuk menghampiri Pandu guna menanyakan kabar Gebi.
"Ha- hai, Pandu." Hanin membuka suara lebih dulu, sambil menyenggol-nyenggol lengan Citra dengan begitu rusuh.
Pandu hanya menoleh sebentar sebagai responnya. Pandu tahu apa tujuan kedua gadis itu menghampirinya tiba-tiba begini, apa lagi kalau bukan ingin mengorek-ngorek keberadaan sahabatnya yang cerewet itu.
"Pandu, lo tau nggak Gebi ada dimana? Dari kemarin gue sama Citra udah coba berusaha hubungin dia tapi dia masih nggak aktif sampai sekarang. Soalnya juga kan kemarin dia gak masuk, nah lo juga gak masuk kan tuh, jadi mungkin aja kalian-"

YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RastgelePandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...