"Sebelum pulang, gue mau jalan-jalan."
Suara itu milik gadis berseragam abu-abu yang kini duduk di bocengan ninja gagah yang hendak dikendarai Pandu yang juga tak kalah menawan dari motornya. Kedua tangan gadis itu ia taruh di atas pundak Pandu yang sudah dilapisi jaket kebangsaan miliknya yang berlabel Killer.
"Gue gak ada waktu."
"Harus ada. Lo udah janji mau temenin gue terus, lo mau ingkar?" rupanya gadis itu langsung protes.
"Tapi kan urusan gue bukan cuma lo, Geb." Pandu menyahut lagi. Menyebalkan sekali pikirnya.
"Makanya gak usah pernah janji kalau lo sendiri gak sanggup nepatin." suara Gebi mulai meninggi, sedikit.
"Memangnya lo mau kemana?"
"Terserah."
"Cewek memang gak pernah punya jawaban lain ya selain terserah. Yaudah, lo ikut gue." Pandu mulai menyalakan mesin motornya, dan segera melajukan motornya dari parkiran luas milik sekolahannya.
"Mau kemana?" Gebi menjerit agar suaranya dapat didengar Pandu. Padahal ia bersuara kecil pun Pandu akan dengar.
"Kata lo terserah, yaudah gak usah banyak tanya."
"Hah?" Gebi mengeluarkan kebiasaannya, jika ada yang mengajaknya bicara di motor, pasti ia akan berteriak hah hah hah, itu tandanya ia tak bisa mendengar jelas suara lawan bicaranya.
Pandu menghela napas. "Bodo amat." batinnya, ia sudah muak dengan Gebi yang semakin hari semakin menyebalkan.
Akhirnya motor ninja itu berhenti di perkarangan bangunan yang cukup besar. Itu markas Geng Killer. Pandu memarkirkan motornya di samping motor yang Gebi pun tahu bahwa motor itu milik Habib, jelas saja sebab di bagian perut ninjanya tertempel stiker Habib Ganteng Sejakarta. Sudahlah, lupakan.
Pandu menarik tangan Gebi untuk masuk ke dalam. Sambil terus memberontak diajak masuk ke dalam, Gebi terus membisiki Pandu mengapa ia membawanya kesana. "Kenapa kesini?!"
"Sore." Pandu berseru membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya dan gadis di sampingnya.
Gebi menyengir kuda. "Hai se—semuanya." ucapnya yang langsung dihadiahi banyak pasang mata yang berbinar ke arahnya.
Habib dan Ciko beranjak dari duduknya untuk kemudian menghampiri Gebi yang kini sedang berdiri kikuk di samping Pandu yang justru memasang wajah wibawanya.
"Hai Gebi yang paling cantik." Ciko bersuara sambil tersenyum lebar, Gebi membalas senyuman itu dengan sukarela.
Habib datang dan langsung merangkul pundak Gebi dengan ke-sok akrabannya. "Semuanya, jadi ini Gebi, temen gue—temen hidup maksudnya." celetuk Habib yang langsung dihadiahi sorakan gemas teman-temannya.
"Kurang yakin gue cewek secantik dia mau sama lo si pas-pasan." sahut Dani yang duduk di samping Gibran yang kini sedang menatap kedua kawan genitnya itu dengan begitu muak.
Pandu menepis tangan Habib dari tangannya, "gak usah bikin anak orang trauma, ganjen." sahutnya pada Habib kemudian segera membawa Gebi mendekat kepada teman-temannya.
Pandu mempersilakan Gebi untuk duduk di kursi yang biasa ia tempatkan. Sebelum duduk, Gebi melirik Pandu sebentar, tentu Pandu bisa membaca sorot mata Gebi yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Wajar saja, sekarang Gebi adalah satu-satunya wanita diantara kurang lebih 50 laki-laki di dalam ruangan yang berdominasi hiasan serba hitam ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/190188591-288-k211198.jpg)
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
РазноеPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...