-10-

395 31 0
                                    

Kini Gebi gelisah, bingung harus berbuat apa. Mulutnya tak henti komat-kamit dari tadi, mengomel tak jelas dengan wajah merahnya.

"Padahal kan tinggal gue beli baru aja, selesai! Ini malah tetep mau jaket gak jelas itu. Ah, perkara jaket aja bikin kepala gue pusing!" gerutu Gebi, entah sudah yang keberapa kali.

Hanin dan Citra baru saja pulang dari kantin membawa beberapa cemilan. "Nih Geb, makan dulu, dari pagi lo belum makan." ujar Hanin menaruh cemilan yang ia bawa ke atas meja Gebi.

Namun Gebi tidak menggubris, ia masih terus berkutat dengan pikirannya mengenai jaket sialan itu.

"Geb, lu ngapa sih?" Hanin yang baru saja duduk di samping Gebi memandang Gebi heran. "Gebi?"

Gebi menoleh, ia baru sadar bahwa kedua temannya kini berada di dekatnya. "Eh, iya."

"Lo kenapa?" tanya Hanin lagi.

"Nggak, gue gak apa-apa." jawab Gebi berlagak santai.

Beberapa detik kemudian terdengar hentakan kaki gadis cantik yang masuk kelas mereka, membuat ketiga sejoli itu langsung menoleh kearah gadis itu.

"Geb, di taman belakang aku liat Nadine," ujarnya sambil menetralkan napasnya.

"Apaan sih," ujar Gebi geram. "Apaan?!" ketusnya lagi.

"Aku liat Nadine pake jaket yang kamu cari kemarin," ujar gadis cantik itu sambil memegang dadanya, "barangkali yang Nadine pake memang bener jaket yang kamu cari, soalnya jaketnya sama persis sama yang kamu omongin ke aku kemarin." jelas Elsa lagi.

Gebi berdiri, "dimana?"

"Taman belakang." jawab Elsa.

Gebi segera berlari keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Geb!" Hanin dan Citra berseru keheranan. Tatapan mereka berdua beralih ke Elsa, meminta kejelasan.

Elsa menatap kedua teman Gebi itu sebentar, lalu beberapa saat kemudian berlari menyusul Gebi ke taman balakang sekolah.

Tak mau ambil pusing, Citra dan Hanin ikut menyusul ke taman belakang.

Gebi menarik jaket yang sedang dikenakan oleh Nadine yang saat itu sedang berselfie ria bersama kedua temannya.

"Lepas jaketnya!" ujar Gebi hampir teriak.

Nadine sangat terkejut. Ia menatap Gebi dengan tatapan marah, namun juga ada sorot mata yang beda.

"Apa apaan?!" ujar Nadine tak mau kalah.

"Gak mampu beli apa gimana? Jaket beginian aja lo colong dari tas gue!" ketus Gebi. "Gue tuh udah nyariin dari kemarin, kemana-mana! Tapi ternyata lo yang ambil!" ujar Gebi begitu geram, hampir saja ia menjambak rambut Nadine kalau Elsa tak segera menahan tangannya.

Nadine mati kutu. Ia menggigit bibir bawahnya, "ya terserah gue dong, kan ini jaket pacar gue." ujar Nadine percaya diri, namun ia berbicara sambil menunduk.

"Sejak kapan gue jadi pacar lo?"

Tiba-tiba Pandu datang dari arah belakang Gebi, bersamaan dengan sampainya Hanin dan Citra.

"Siniin jaket gue!" ujar Pandu tegas.

Mantaplah, Nadine semakin mati kutu. Tangannya perlahan mulai melepaskan jaket yang ia kenakan, wajahnya terus menunduk bahkan enggan menatap sekitar yang kini sedang mempertontonkan mereka.

Nadine memberi jaket itu dengan gerakan lambat. Pandu menarik jaket itu dengan cepat serta menatap Nadine dengan tatapan tak menyangka. "Hiperbola!" ketus Pandu.

KARSA DARI RASAWhere stories live. Discover now