Pagi ini, langit tak secerah kemarin. Hujan turun deras tanpa permisi berhasil membasahi Daerah Ibu Kota, seluruh manusia di dalamnya berlomba-lomba menyumpah serapahi hujan pagi ini.
Berbeda dengan pria berseragam putih abu-abu dibalut jaket jeans kebangsaannya, ia yang tetap melajukan motornya saat hujan deras begini. Dengan kecepatan normal ia menusuri jalanan menuju; apa lagi jika bukan sekolah.
Cowok itu, Pandu Longsadapit.
Cobalah kalian sebutkan nama itu di Global Internasional School (GIS). Pasti semua warga sekolah akan berkata;
"Oh si Pandu yang brutal itu."
"Oh si Pandu yang gantengnya gak ketulungan itu."
"Oh si Pandu yang bringas itu."
"Oh si Pandu yang ketua geng itu."
"Oh si Pandu yang nakal itu."
"Oh si Pandu, langganan telat."
"Oh Pandu, si raja es."
"Oh Pandu, si troublemarkernya GIS."
"Oh Pandu, si cassanovanya GIS."
Iya begitu. Mereka tidak salah, memang begitu faktanya. Pandu memang sudah terkenal dengan pamornya yang bermacam-macam.
Hujan sudah mulai berhenti, Pandu melirik sekilas arloji yang melingkar di tangannya.
Pukul 08.17
Ya, dia telat lagi untuk yang keberkian kalinya. Namun ia tidak panik, tidak sama sekali. Ia masih tetap menancap gas dengan normal, tidak ugal-ugalan karena jika itu ia lakukan ia bisa saja celaka dan malah tidak sampai pada tujuannya.
Cowok itu sudah sampai di depan gerbang GIS, ia segera turun dari motor ninja army kesayangannya yang sudah ia beri nama; Panda. Ia menaruh helm full face nya di perut ninjanya, lalu berjalan mendekati gerbang.
"Nih Beh, dua bungkus sekalian gue kasih."
Pandu menyodorkan dua bungkus rokok yang kepada laki-laki paruh baya yang berdiri di depan gerbang GIS. Dirno namanya. Kerap disapa Babeh Dirno.
Babeh Dirno menoleh kanan kiri depan belakang, barangkali ada saksi mata yang melihat ia akan menerima sogokan dari Pandu-si langganan telat ini.
Aman. Ia segera menyambar dua bungkus rokok dari tangan Pandu yang masuk dari sela-sela gerbang.
"Beh Beh," panggil Pandu lalu ia merogoh saku jaket lagi. "Ini nih, giftnya korek."
Babeh Dirno mengambil korek itu dengan senyum yang berbinar. "Makasih, Ndu."
"Siap Beh."
"Yaudah, cepetan masuk nanti ketahuan guru bisa abis riwayat Babeh."
Sekedar informasi, Babeh Dirno dan Satpam-Satpam lain di GIS itu diberi julukan 'Babeh' oleh Pandu CS. Jadi semenjak itu, seluruh warga sekolah jadi ikut memanggil Satpam dengan sebutan itu.
Pandu segera mendorong si Panda menuju parkiran saat Babeh Dirno sudah membukakan gerbang dengan sangat amat berhati-hati.
"Makasih, Babeh!" pekik Pandu lalu mengacungkan jempol.
Setelah menyimpan motornya diparkiran, Pandu segera berjalan dengan santai menuju koridor yang sudah sepi. Biasanya jam segini, guru-guru BP sedang berkeliling lingkungan sekolah untuk memeriksa keadaan sekitar.
"PANDU!!!"
Suara teriakan itu sepertinya tidak asing di telinga Pandu. Pandu segera memberhentikan langkah santainya lalu menunggu agar orang itu menghampirinya, dan akhirnya yang ditunggu datang juga.
"Adaw daw,"
Suara itu adalah milik Bu Sukma, si guru BP terkiller yang baru saja menjewer telinga Pandu hingga memerah.
"Sakit Bu Suk!"
Bu Sukma menambah level jewerannya hingga membuat ringisan keras dari mulut Pandu.
"Ibu, sakit!!"
"Nama saya Sukma. Panggil saya Bu Sukma, gak ada Bu Suk Bu Suk! Kamu pikir saya buah-buahan apa, busuk." kini Bu Sukma melepaskan jewerannya namun matanya menatap Pandu dengan tajam.
"Ah Ibu mah mainnya kekerasan fisik mulu, saya laporin ke Kak Seto loh Bu." kata Pandu sambil mengusap-usap telinganya yang terasa sakit.
"Pandu, udah seminggu ini kamu gak pernah absen dari telat! Janji kamu apa sebulan lalu? Kamu mau disiplin, kamu mau hilangkan kebiasaan telatmu itu, kamu gak bakal ngulangin kesalahan kamu lagi! Tapi mana? Mana? Cuma beberapa hari aja kamu ngelaksanain itu, selebihnya kamu ulangin kebiasaan itu lagi!" cerocos Bu Sukma geram.
"Ibu cantik, gak semua janji itu berlaku untuk selamanya."
"Lagian kenapa hari ini kamu bisa telat? Mau alasan apa lagi? Bantuin tetangga kamu lahiran lagi?"
"Nggak Bu, kali ini bantu videoin tetangga saya saat pembuatan anaknya. Biar bisa dikenang katanya." jeblak Pandu dengan asal.
"Pandu!!" jerit Bu Sukma, emosinya kini sudah di ujung tanduk.
"Demi konten, Bu." sahutnya lagi.
"Pandu, terus kamu!"
"Ya lagian Ibu, gitu aja ditanyain. Nggak liat semua seragam saya basah kuyup begini? Gak sadar juga kalau tadi hujan? Gak liat tuh lapangan masih basah karena hujan tadi deras banget? Aduh Bu Suk, kayaknya kacamata Ibu minusnya udah nambah deh, coba minta suami gantiin lensanya." cerocos Pandu malah makin nganar.
"Pan—"
"Oh iya saya lupa, Ibu kan janda ya, jadi nggak ada suami. Maaf ya bu saya lupa, beneran deh." kata Pandu lalu menyengir memamerkan gigi putihnya.
"Pandu, ikut ke BP sekarang!" katanya lalu menarik lengan Pandu secara paksa.
"Bu, saya bosen ke ruangan itu terus." kata Pandu merengek.
"Kalau bosen, kenapa kamu ulangi kebiasaan telatmu ini lagi?!" Bu Sukma menatap tajam.
"Mata Ibu biasa aja, mirip Anabelle kalo kalo kayak gi—"
"Pandu, ikut saya ke BP. SE-KA-RANG!!"
Bu Sukma menarik lengan itu lagi dengan paksa, lalu Pandu tetap memberontak.
"Saya bukan bayi yang harus dititah Bu, saya bisa jalan sendiri." kata Pandu lalu melepas lengannya dengan kasar.
Guru killer itu sedikit kicep. Ia langsung bergegas pergi dari hadapan Pandu. "Saya tunggu di BP!"
"Iya bentar, saya mau nabung dulu di toilet." kata Pandu lalu berlari menjauh.
"PANDU!!!"
"Lima belas menit, Bu!"
••••
A/N:
Aduhduhhh si abang Pandu ini emg bikin guru sebel terus ya wkwk.
first impression buat Pandu dong .....
btw untuk yg baru mulai baca, bisa langsung lihat chapter -visual- untuk melihat cast dari para tokoh, ada setelah bab 5. enjoy!🤗
![](https://img.wattpad.com/cover/190188591-288-k211198.jpg)
YOU ARE READING
KARSA DARI RASA
RandomPandu Longsadapit, Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek nyebelin yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu. Mereka saling membenci, saling beradu argumen, b...