Chapter 2

346 30 6
                                        

Happy reading.

>><<

Aluna merasa bosan berada dikelas, mendengarkan ocehan guru tua itu justru membuatnya merasa mengantuk.

"Iya Aluna ada yang mau ditanya?" tanya guru itu saat melihat Aluna menaikkan tangannya, seketika semua mata menoleh pada gadis yang duduk dibarisan belakang.

"Saya mau izin ke toilet bu," ucap nya datar.

Bu Sari menghela nafas berat. "Yasudah silahkan."

Aluna berjalan keluar kelas, bukan menuju toilet. Melainkan kedalam ruang olahraga yang berada di ujung gedung kelasnya.

Ia mengambil bola basket dan mulai mendribble nya dan melemparnya, Aluna melakukannya beberapa kali sampai tubuhnya berkeringat.

Gadis itu duduk lalu terlentang ditengah lapangan, menatap atap ruangan olahraga itu dengan nafas yang memburu.

Ia tertidur.

Hari sudah mulai sore dan para murid SMA Widyatama sudah mulai berhamburan meninggalkan sekolah, namun Aluna masih berada diruang olahraga dengan posisi yang sama sekali tidak berubah.

"Aluna." panggil seseorang dari depan pintu membuat Aluna bangkit dan melihatnya yang berjalan mendekat.

Ia menatap laki laki itu dengan tatapan tajam milikknya, namun yang ditatap sama sekali tak terganggu dengan tatapan itu dan terus berjalan mendekatinya.

"Nih" ucap Raka memberikan beberapa lembar kertas juga tas milik Aluna.

Aluna menarik tas nya sarkas lalu menatap kertas itu sebelum akhirnya ia merampasnya dari tangan Raka lalu berjalan meninggalkan laki laki itu sendirian.

"Sama-sama." Teriak Raka menyindir Aluna yang tak mengatakan sepatah kata pun.

***

Aluna tidak langsung pulang melainkan menghampiri Arsya yang sedang berjalan menuju parkiran.

"Aku pulang sama kamu ya sya?" Tanya Aluna saat dirinya sudah berhasil mengimbangi langkahnya dengan langkah kaki Arsya.

Arsya Bagaskara. Iya, laki-laki yang berhasil menaklukan Aluna dan menjadi pacar gadis itu sejak ia duduk di bangku kelas 10.

Aluna memang sering meninggalkan mobilnya disekolah saat ia ingin pulang dengan Arsya.

"Lain kali ya Lun," ucap Arsya yang menatap Aluna sambil tersenyum.

"Kamu kenapa si sya?"

"Kenapa apanya sih sayang," ucap Arsya sambil menyelipkan rambut Aluna kebelakang telinganya namun ditepis pelan oleh Aluna.

"Emang harus setiap hari ya sibuk nya?"

"Ya, aku kan harus gantiin posisi ayah di perusahaan Luna, jadi aku harus banyak belajar."

Arsya menatapnya teduh, keteduhan itulah yang selalu berhasil membuat Aluna luluh karna nya.

Aluna memeluk Arsya sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkan sekolah.

***

Aluna tidak pulang melainkan pergi ke sebuah caffe yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah dan rumahnya.

Ia berjalan ke salah satu meja yang berada di paling pojok dan duduk disana.

Menatap laut lepas dari jendela caffe membuatnya merasa lebih tenang, ketenangan ini yang selalu ia rindukan.

***

Raka melihat Aluna yang sedang menatap keluar jendela, untuk apa gadis itu disini malam malam dan masih menggunakan seragam sekolahnya?

"Hai," sapa Raka duduk dihadapan Aluna yang langsung menatapnya penuh kebencian.

"Ngapain lo kesini?" tanya Aluna ketus.

"Lo sendiri ngapain disini? Lo gak pulang sampe masih pake seragam gitu?"

"Bukan urusan lo!"

"Gue mau jadi temen lo," ucap Raka tiba-tiba sambil menjulurkan tangannya namun diabaikan oleh Aluna.

Aluna bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan menjauh meninggalkan Raka yang menatapnya heran.

"Berarti kita temen ya?" Teriak Raka membuat beberapa pengunjung melihat kearah nya.

Aluna sama sekali tak menghiraukan laki-laki aneh yang terus saja mengikuti nya itu.

"MAU LO APA SIH?!" ketus Aluna ketika melihat Raka mengikutinya hingga ke parkiran.

"Jadi temen lo," jawab Raka antusias sambil menjulurkan tangannya meski tetap diacuhkan.

"Gue gak mau!"

"Luna, gue tetep mau jadi temen lo!" teriak Raka.

"MANUSIA ANEH!" ketus Aluna dari dalam mobilnya.

Aluna melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil mendengarkan musik menggunakan earphone nya.

***

"Siapa dia?" tanya Aluna saat melihat seorang anak perempuan yang sepertinya seumuran dengannya duduk di ruang tamu rumahnya bersama dengan sang ayah.

"Dia Naya, saudara tiri kamu, anak dari tante Helen," jelas ayahnya.

"Aku gak sudi anggap dia saudara!" ketus Aluna dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

"ALUNA!" teriak ayahnya namun tak dihiraukan oleh Aluna.

Aluna mencaci maki wanita itu dengan penuh kebencian, kenapa juga dia harus datang kerumah ini jika hanya akan membuat masalah semakin besar.

Aluna merebahkan tubuhnya lalu teringat pada beberapa lembar kertas yang tadi siang diberikan oleh laki-laki aneh itu.

Ia membuka tas nya dan mengeluarkan lembaran kertas itu.

"Rangkuman materi Fisika," gumamnya saat membaca tulisan yang tertera disana.

Aluna meletakkan kertas itu pada meja belajarnya, mau sebanyak apapun dia memberikan ringkasan pelajaran pada Aluna tidak akan sekalipun gadis itu membacanya.

***

Yey update!

Mau tau dong, kalian tau cerita ini dari siapa?

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang