Chapter 23

101 13 2
                                    

"Aku mencintaimu, mengertilah." ~Aluna Gratasha.

Happy reading.

>><<

Aluna sudah siap dengan seragam sekolahnya, rasanya berat untuk melangkahkan kaki menuju sekolahnya setelah kejadian kemarin.

Pikirannya dipenuhi dengan Raka, mana mungkin laki-laki itu berani menduakannya. Tunggu, menduakan? Memangnya Aluna siapa berani mengatakan bahwa Raka menduakannya. Pacarnya saja bukan.

***

Dengan langkah berat Aluna berjalan menuju kelasnya dan duduk di kursi milik Fino. Iya, setelah kejadian di kantin kemarin, Aluna rasa dirinya harus sedikit menghindar dari laki-laki itu.

"Fin lo duduk ditempat gue ya."

Fino melirik Aluna yang sudah berdiri di sebelahnya. " Tumben, lo ribut sama Raka?"

"Nggak, cuma mau duduk sama Lala aja."

Sedetik kemudian, seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit putih berjalan masuk kedalam kelas, namun ia berhenti ketika melihat pemandangan yang beda dari tempat duduknya. Kenapa gadis itu tidak duduk di sebelahnya?

"Lun ... elo duduk disitu?" Tanya nya ragu.

"Iya," jawab Aluna singkat tanpa menolehkan pandangannya sedikitpun.

Raka hanya mengangguk paham dan duduk ditempatnya. Mungkin Aluna lagi butuh waktu sendiri, pikirnya.

***

Hari ini tidak ada guru yang masuk ke kelas karena ujian semester telah berakhir dan para guru membiarkan muridnya untuk sejenak merehatkan pikirannya. Bahkan para siswa juga diperbolehkan untuk pulang kerumahnya masing-masing jika mereka menginginkannya.

Namun Aluna, gadis itu lebih memilih untuk tetap berada di sekolah daripada harus pulang kerumah yang menurutnya tidak pantas disebut rumah.

"Aluna!"

Seruan itu membuat Aluna menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang untuk mencari sosok yang memanggilnya tadi. Raka.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Bukan urusan lo."

Aluna melanjutkan langkahnya dan membiarkan Raka menatapnya dengan tanda tanya besar dikepalanya.

Mira, gadis itu menghampiri Aluna dan dengan sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Aluna yang membuat Aluna sedikit merintih kesakitan.

"Mau lo apa sih?" Tanya Aluna.

"Mau gue? Lo keluar dari sekolah ini."

"Apa hak lo?"

"Lo itu nggak pantes sekolah disini!" Ketus Mira dengan penekanan pada setiap kata.

"Terus siapa yang pantes sekolah disini? Cewek yang mulutnya nggak berpendidikan kayak elo?"

"Cewek broken home kayak lo tuh nggak pantes ada di Widyatama!"

Aluna tercekat, lidahnya kelu, dan badannya sedikit bergemetar, entah kenapa rasanya begitu sesak mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut gadis didepannya ini.

"Jaga mulut lo ya!" Raka tiba-tiba muncul dari kerumunan siswa lain yang menyaksikan perdebatan keduanya. Laki-laki itu merengkuh tubuh Aluna dan membawanya pergi jauh ke tempat yang lebih tenang.

***

Aluna menangis, entah kenapa rasanya begitu sakit. Gadis itu duduk di salah satu bangku taman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah.

"Lo nggak kenapa-napa kan Lun?" Tanya Raka khawatir.

"Ngapain lo belain gue?"

Raka yang mendengar itu menatap Aluna dengan tatapan bingung, gadis didepannya ini seolah memiliki dendam pada dirinya yang belum sempat disalurkan.

"Karena gue tau lo nggak salah Lun."

"Bukannya lo suka sama Mira? Kenapa lo nggak belain dia aja."

"Maksud lo?"

"Alah, udah lah Ka. Kemaren lo cium dia kan di kantin?"

"Hah."

Raka cengengesan, laki-laki itu langsung menjelaskan semuanya pada Aluna tentang apa yang terjadi pada dirinya kemarin bersama dengan Mira.

Aluna merasa perasaannya sedikit lega, ternyata apa yang ia takutkan bukan kenyataan.

"Gue cemburu," ucap Aluna sambil sesekali menyeka air mata yang masih menerobos untuk keluar.

Raka hanya terdiam, menatap mata coklat milik Aluna lekat-lekat, ia mengambil sejumput rambut yang menutupi wajah Aluna dan menyelipkannya pada daun telinga gadis itu. Cantik.

"Gue kira lo pinter, tapi ternyata nggak ... bahkan untuk tau perasaan gue aja lo bego banget Raka, lo bego!" Maki Aluna sesekali memukul bahu Raka.

Raka menarik tubuh mungil Aluna, menyandarkan kepala gadis itu pada dada bidang miliknya, membiarkan Aluna menumpahkan semua rasa sakit dan semua emosi dalam tangisan di dekapannya.

Karena terkadang seseorang hanya butuh dekapan tanpa harus ada pertanyaan 'kenapa'

"Gue nggak akan ninggalin lo Luna," ujar laki-laki itu sambil mengusap rambut Aluna.

"Janji?"

"Iya, janji."

***

Btw kalian tim ngasih janji atau korban janji?

Jadi gimana?

Bantu vote dan comment ya! <3

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang