Happy reading.
>><<
"Mau makan es krim dimana?" Tanya Raka saat dirinya dan Aluna sedang berada di perjalanan.
"Hmm ... disitu!" Aluna menunjuk salah satu pasar malam yang terlihat lumayan ramai dengan pengunjung.
Raka memarkirkan mobilnya dan berjalan membukakan pintu untuk Aluna.
"Ayok cepetan!" Aluna menarik lengan Raka dan mengajak nye menuju salah satu stand penjual es krim.
"Tiga," ucap Aluna pada bapak-bapak penjual es krim.
Raka menolehkan kepalanya bingung. Tiga?
"Satu lagi buat siapa?" Tanya nya.
"Gue ... nih."
Aluna memberikan satu es krim coklat pada Raka dan memegang dua es krim di tangannya sambil berjalan menuju salah satu bangku yang berada di dekatnya.
"Lo suka es krim coklat?"
"Iya, manis soalnya."
"Lo suka manis?"
"Hmm."
"Kenapa?"
"Karena rasa manis itu bisa mengurangi pahitnya kenyataan."
"Kata siapa?"
"Itu teori yang gue buat sendiri beberapa tahun lalu."
Aluna melirik kearah Raka yang sedang mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut gadis di sebelahnya ini, raut wajahnya yang sedang berfikir terlihat begitu tampan dari jarak sedekat ini.
"Gue bercanda," ucap Aluna sambil sedikit tertawa.
Raka menatap Aluna dengan tatapan heran. "Selain pemarah ternyata lo juga nyebelin."
"HAHAHA."
"Belepotan." Raka mengusap ujung bibir Aluna menggunakan ibu jarinya, jantung Aluna rasanya tak karuan.
"Lo kayak anak kecil kalo lagi makan es krim gini."
"Kenapa?"
"Gakpapa, udah."
"M-makasih."
Aluna terdiam, berusaha menetralkan detak jantungnya sebelum kembali memulai pembicaraan dengan laki-laki ini.
"Bye the way, lo kenapa gak pernah cerita kalau ternyata kehidupan lo itu gak sebaik yang orang lain pikir."
"Karna kebanyakan orang cuma mau tau, bukan benar-benar perduli. Dan ... Lagian juga masalah gue itu bukan konsumsi public."
Aluna mengangguk paham, ternyata apa yang Raka alami jauh lebih sulit di bandingkan apa yang Aluna rasakan.
"Raka, gue mau beli kucing deh."
Raka menoleh tiba-tiba, menatap Aluna yang entah sedang memikirkan apa.
"Kucing? Buat apa?"
"Buat di bikin sate, kayak nya enak makan sate kucing."
Aluna melihat pemuda di sebelahnya yang tengah menatapnya dengan tatapan ngeri. Sungguh! Aluna ingin menertawainya saat ini juga.
"Sakit jiwa lo!" Celetuk Raka.
"Iya lo lagian, segala pake nanya buat apa ... Buat dirawat Raka, biar gue ada kerjaan di rumah."
"Lo mau ada kerjaan?"
"Iya."
"Di rumah gue aja, nyokap gue lagi cari ART."
"Kurang ajar!" Aluna menoyor bahu Raka yang sedang menertawainya.
"Yaudah ayo kita cari kucing yang bisa dirawat."
Raka memegang pergelangan tangan Aluna yang hanya menurut berjalan di sebelahnya. Di perlakukan seperti ini membuat Aluna ingin meloncat kegirangan.
***
@Mukhibatulkhoiriyah

KAMU SEDANG MEMBACA
A L U N A [END]
Fiksi RemajaAluna Gratasha, gadis cantik yang memilih merubah penampilannya 180 derajat setelah mengetahui bahwa sang ayah memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Ia tak memiliki satupun teman kecuali Arysa Bagaskara yang merupakan kekasihnya, namun A...