Happy reading.
>><<
Aluna melangkahkan kaki sedikit berjalan menuju depan gang untuk menunggu angkutan umum sambil tak henti-hentinya menggerutu.
***
"Makasih ya pak," ucap Aluna sembari memberikan uang dua puluh ribuan kepada ojek yang dia naiki.
Aluna berjalan menuju kelas Arsya sambil membawa totebag di sebelah tangannya.
"Aluna," sapa seseorang dari belakang Aluna dengan suara lembut.
Aluna menoleh dan melihat Arsya yang dengan tanpa dosanya tersenyum kearah gadis itu dan berjalan cepat menghampirinya.
"Kebetulan ketemu disini." Aluna menjeda ucapannya membuat Arsya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Nih," ucap Aluna sambil memberikan totebag yang berisikan barang pemberian Arsya dengan sangat kasar.
"Loh ko dibalikin Lun?" tanya Arsya.
"Kita udah putus dan gue gak mau barang barang lo ini masih ada dirumah gue!" ketus Aluna yang langsung berjalan meninggalkan Arsya.
"ALUNA."
Arsya berusaha mengejar Aluna untuk menahannya namun gadis itu malah berlari dengan secepat kilat menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Aluna masuk kedalam kelas dengan tatapan datar dan langsung duduk di sebelah Raka yang sudah duduk rapih sambil memainkan ponsel di tempatnya.
"Minggir," ucap Aluna singkat.
"Masih pagi udah bete, pms lo ya?" ucap Raka bercanda.
"Berisik!"
Raka tersenyum singkat dan melanjutkan memainkan ponselnya sebelum akhirnya bel berbunyi dengan sangat nyaring.
Seorang guru yang bernama Sari sebagai guru mata pelajaran lintas minat sejarah sedang berbicara panjang lebar didepan kelas, namun Aluna malah sibuk mencoret coret bukunya sambil memakai earphone nya sehingga tak mendengar apa yang guru itu ucapkan.
"Lun," bisik Raka sambil menyenggol tangan Aluna saat bu Sari melihat kearahnya.
"Apa sih!" bisik Aluna dengan ketus.
"ALUNA!" teriak Bu Sari membuat Aluna terlonjak kaget dan menatap kearah guru itu yang juga menatapnya tajam.
Bu Sari menarik buku Aluna dan tak melihat sedikitpun catatan materi yang diberikannya.
"Kamu ikut saya, dan yang lain selesaikan tugas halaman 119" ucap Bu Sari dengan raut wajah marah.
Aluna mengikutinya menuju ruang BK dan mendengarkan ocehannya yang cukup panjang dan membosankan.
"Kamu itu sudah mau lulus Luna, mau sampai kapan kamu kayak gini!?" tanya guru itu yang bukan hanya sekali dua kali melihat Aluna tak memperhatikan pelajaran.
"Saya akan kasih kamu surat panggilan untuk orang tua kamu," ucap Bu Sari sambil melipat surat peringatan Aluna.
"Mau ibu panggil sampe seribu kali pun orang tua saya gak akan mau nemuin ibu," ucap Aluna sambil mengambil surat itu dan melenggang pergi.
Bu Sari hanya menggeleng melihat kelakuan anak muridnya yang satu ini.
Raka yang sedang menunggu Aluna didepan ruang BK langsung menghampiri gadis itu yang baru saja keluar dan berjalan dengan tatapan datar sambil membawa sebuah surat di tangannya.
"Lo gak di apa-apain kan Lun?" tanya Raka penasaran.
Menurut Raka, mendapat surat panggilan untuk orang tua adalah bencana besar. Tapi tidak dengan Aluna yang terlihat biasa saja dan tanpa rasa takut sedikitpun.

KAMU SEDANG MEMBACA
A L U N A [END]
Ficção AdolescenteAluna Gratasha, gadis cantik yang memilih merubah penampilannya 180 derajat setelah mengetahui bahwa sang ayah memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Ia tak memiliki satupun teman kecuali Arysa Bagaskara yang merupakan kekasihnya, namun A...