Happy reading
>><<
Tiga tahun sudah ia berada di gedung megah ini, tiga tahun menjalani hari-hari menyenangkan sebagai seorang siswa dengan prestasi dimana-mana. Namun sayangnya gadis itu tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya di kemudian hari, kenyataan merenggut semua dari tangan kecilnya. Pujian, teman, harapan, kebahagiaan, kebanggaan serta nyaris kehilangan semangat untuk menjalani hari yang terasa begitu berat.
Namun saat ini. Aluna memiliki Raka yang selalu sedia menemaninya dan selalu bisa membuatnya merasa bahagia. Setidaknya merasa berharga dan tidak lagi merasa kesepian.
"Raka," panggil Aluna pelan sambil menatap Raka yang sedang menyeruput secangkir kopi susunya.
Setelah acara di sekolahnya selesai.
Raka berniat mengajak ketiga temannya untuk pergi ke salah satu caffe yang berada lumayan dekat dengan sekolah sekedar untuk menghabiskan waktu bersama.Raka menoleh dan menatap gadis cantik yang duduk dihadapannya. "Ya?"
"Ajarin gue ya."
Raka mengangkat sebelah alisnya bingung, begitu juga dengan Fino dan Lala yang saling melempar tatap untuk menemukan jawaban.
"G-gue, mau lulus dengan Aluna yang lebih baik lagi." Seketika senyuman mengembang di sudut bibir gadis itu dan ketiga temannya.
"Gue pasti bantu, iya kan?" Raka menoleh kearah Fino dan Lala yang juga menatapnya senang.
Aluna bangkit dari tempat duduknya dan berdiri dibelakang Raka lalu melingkarkan tangannya pada leher pemuda itu.
"Makasih ya Raka." Raka yang menyadari hal itu langsung menahan napasnya, rasanya tidak karuan berada sedekat ini dengan gadis itu.
"Oh jadi Raka aja yang dipeluk, gue nggak?" Sindir Lala.
"Makasih ya Lala." Aluna memeluk Lala dengan begitu hangat.
***
"Darimana kamu jam segini baru pulang?!" Ucap Raden yang sedang menatap Aluna garang.
"Abis main sama temen."
"Pasti temen cowok kamu itu kan yang buat kamu jadi cewek nggak bener gini?"
Aluna menghela napas sejenak, berusaha untuk tidak berbicara ketus pada sosok pemuda paruh baya yang ada di hadapannya ini.
"Aluna capek, permisi." gadis itu tersenyum miris dan langsung naik keatas kamarnya.
Raden hanya terdiam melihat sikap Aluna, tidak biasanya gadis itu hanya terdiam saat berhadapan dengannya.
Terkadang memang diam lebih baik ketimbang harus berbicara banyak hal yang mungkin saja tidak menyelesaikan apapun.
"Sabar Luna, kebahagiaan itu pasti datang suatu hari nanti," ucap nya sambil berusaha untuk menguatkan diri sendiri.
***
"Assalamualaikum." Lala mengetuk pintu rumah Aluna beberapa kali, rumah besar yang selalu terlihat sepi.
"Wa'alaikumsallam." Ratna membukakan pintu dan melihat Lala yang sudah rapih dengan seragamnya berdiri di depan pintu rumahnya.
"Kamu, temannya Naya?" ucap Ratna ragu.
"Saya teman Aluna tante."
"Oh astaga, tunggu ya biar tante panggil Aluna nya." Ratna masuk kedalam rumah meninggalkan Lala seorang diri.
"Naya? Perasaan Aluna anak satu-satunya," gumamnya bingung.
"Lala!" Pekik Aluna saat melihat Lala berdiri di depan rumahnya dengan seragam lengkap khas SMA Widyatama.
"Hai!" sapa Lala girang.
"Lo ngapain kesini?" tanya Aluna setengah berbisik.
"Udah rapih kan? Ayok berangkat!" Lala menarik tangan Aluna untuk naik kedalam mobilnya.
Aluna menautkan alisnya dengan tanda tanya besar memenuhi isi pikirannya.
Rasanya aneh bersama dengan orang lain di dalam satu mobil yang sama ketika sudah terlalu terbiasa dengan kesendirian.
"Btw lo udah sarapan belum?" tanya Lala berusaha untuk memecahkan keheningan di antara keduanya.
Untung saja Lala merupakan orang yang mudah berbaur dengan orang lain karena sifatnya yang asik dan humble pada semua orang.
"Hah, oh iya sarapan?" Aluna mengulang pertanyaan Lala dengan begitu canggung.
Lala mengangguk meng iya kan.
"Gue nggak biasa sarapan." Aluna melirik kearah Lala dan tersenyum singkat.
"Gimana kalo kita sarapan? Dideket sekolah kita tuh ada tukang bubur ayam, enak banget. Nyesel kalo lo gak cobain!" Lala menyerocos tanpa jeda seperti spg yang sedang menawarkan barang dagangannya.
"Boleh," ucap Aluna singkat.
Sepanjang jalan Lala bercerita tentang dirinya dan juga Fino. Iya, Lala sudah mengenal laki-laki itu sejak dirinya duduk di bangku Smp.
"Lo tau gak sih Lun! Fino tuh dulu culun banget, cengeng lagi."
Lala cengengesan ketika menceritakan hal konyol yang pernah ia lakukan kepada laki-laki itu. Saat dirinya tidak sengaja menumpahkan slime di kepala Fino sampai laki-laki itu menangis karena rambutnya dipenuhi dengan benda aneh yang dibawanya itu.
"Tapi sekarang, lo suka dia kan?" Aluna melirik Lala yang salah tingkah disebelahnya.
"Nggak lah! Gila, mana mungkin gue suka sama cowok kayak dia."
"Iya deh percaya."
***
Happy Satnite ^•^
Ig: @MukhibatulKhoiriyah
KAMU SEDANG MEMBACA
A L U N A [END]
Teen FictionAluna Gratasha, gadis cantik yang memilih merubah penampilannya 180 derajat setelah mengetahui bahwa sang ayah memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Ia tak memiliki satupun teman kecuali Arysa Bagaskara yang merupakan kekasihnya, namun A...