Chapter 24

102 14 0
                                    

Happy reading.

>><<

Setelah kejadian di sekolah tadi, Aluna memutuskan untuk pulang kerumahnya. Gadis itu menolak Raka untuk mengantarnya dan lebih memilih untuk naik angkutan umum.

Ia melewati salah satu Basecamp dari sekolah lain yang saat itu ramai dengan laki-laki seumurannya yang sedang berkumpul.

Tak jarang laki-laki yang menggodanya, namun Aluna tetap menatap lurus tanpa menghiraukannya sedikitpun.

"Hai cantik," ujar salah satu pria dari sekolah lain yang berusaha menghalangi langkahnya.

"Minggir," ketus Aluna.

"Buru-buru banget, mampir sebentar bisa kali."

"Gue bilang minggir ya minggir." Aluna sedikit berteriak namun sama sekali tak ada yang menghiraukannya.

"Wih, udah berani teriak-teriak lo."

Laki-laki itu memegang pipi kiri Aluna, gadis itu tidak tinggal diam. Aluna memelintir tangan laki-laki itu dan mendorongnya hingga tersungkur di tanah. Beberapa orang teman dari laki-laki itu hanya menertawakannya.

Aluna cepat-cepat berlari dari sana dan langsung naik kedalam angkutan umum yang sudah berhenti sejak tadi.

"Untung aja bisa kabur."

***

"Aluna, ayah mau bicara."

"Apa?"

Di ruang tamu rumahnya kini sudah ada tiga koper dan tas-tas kecil, mata gadis itu menjelajah sekitarnya seolah mempertanyakan siapa yang mau pergi?

"Ayah dan Naya akan pergi ke Amsterdam untuk menyusul tante Helen, dan Ibu .... "

Keningnya mengkerut, tidak mungkin jika Ibu akan ikut bersama mereka, tapi kenapa koper ini begitu banyak?

"Ibu?"

"Ibu akan menginap selama dua minggu di Bali, karena tante kamu ... Dia sedang sakit dan tidak ada yang menjaganya."

Ratna yang sedari tadi hanya diam ikut angkat suara, rasanya tidak tenang meninggalkan putrinya seorang diri di rumah sebesar ini, namun hanya itu yang bisa dia lakukan.

"Apa harus ibu yang kesana? Besok Aluna pengambilan hasil ujian kemarin."

Entah apa yang dirasakan gadis itu saat ini, sedih? Marah? Tapi bukankah, Aluna memang tidak pernah diperdulikan lagi?

"Dia cuma punya Ibu Luna."

"Iya, silahkan pergi ... lagi pula Aluna memang selalu urus semuanya sendirian kan?"

Damn!

Gadis itu masuk kedalam kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Aluna memang terbiasa sendiri, tapi kenapa kali ini rasanya lebih sakit?

***

Pagi itu Aluna keluar dari kamarnya dan turun dengan seragam putih abu nya, wajah dengan sedikit riasan terlihat begitu fresh dengan rambut yang juga tertata rapih.

Sepi, itu kesan pertama Aluna saat melihat sekitar rumahnya. Tidak biasanya Ibu belum menyiapkan sarapan -meskipun Aluna tidak pernah sarapan bersamanya- .

"Apa mereka udah pergi ya?"

"Tapi kapan?"

Aluna merasa bahwa dirinya sama sekali tidak di perdulikan. Ditinggalkan di rumah sebesar ini seorang diri tanpa ada kata pamit.

***

"Aluna."

Seruan seseorang membuat Aluna memperlambat langkahnya dan mencari seseorang yang menyebutkan namanya itu.

"Lo ditunggu Bu Sari di ruang BK," ucap Salah seorang teman kelas Aluna.

"Oh, oke makasih."

Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuatnya sendiri.

"Apa gue gagal? Atau ... nilai gue merah semua? Gue harus gimana."

Ia berjalan menuju ruang BK dengan degup jantung yang tidak beraturan. Ruang BK terasa begitu menakutkan untuk saat ini.

"ALUNA!"

Lala, gadis itu berteriak dan berlari memeluk Aluna yang sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

"NILAI LO ... NILAI LO URUTAN KEDUA PARALLEL!"

"Hah?"

Mustahil, itu yang ada di dalam benak Aluna saat ini. Bagaimana bisa?

Aluna tidak mau terlalu percaya diri, gadis itu masuk kedalam ruang BK untuk menemui Bu Sari yang ternyata sudah menunggunya dengan senyuman mengembang di sudut bibirnya.

"Silahkan duduk."

Aluna duduk. tidak seangkuh biasanya, gadis itu lebih banyak menunduk karna di ruangan itu bukan hanya ada Bu Sari melainkan guru-guru lain yang sedang menatap kearahnya sambil tersenyum.

Bu Sari menunjikan hasil ujian Aluna pada selembaran kertas. "Ibu bangga sama kamu."

Gadis itu menatap kertas di depannya dengan mata membulat tak percaya. Dia berhasil!

Sontak Aluna berdiri dan melompat-lompat seperti anak kecil, tak menghiraukan guru-guru yang sedang menatapnya sambil cengengesan.

"Yes!"

Aluna berhenti dan menatap guru-guru yang juga sedang menatapnya, kikuk.

"Hehe ... makasih bu, permisi."

Aluna berlari keluar dari ruang BK sambil memegang kertasnya erat-erat.

"GUE BERHASIL!"

Aluna berlari kearah Raka dan memeluk laki-laki itu kegirangan.

"Gue bisa! Raka lo liat, gue bisa!"

Raka terdiam dengan perlakuan gadis itu, gadis jutek yang selalu memarahinya tanpa sebab. Namun kali ini ... gadis itu seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan kesukaannya.

"Gue bangga."

***

Yey bisa up!

Bantu vote and comment ya

Makasii

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang