Chapter 35

95 7 0
                                    

Happy reading.

>><<

Raka terlihat begitu panik ketika melihat pipi Lala yang sudah memar akibat pukulan Fino. Ia berusaha untuk meredakan memar itu dengan menempelkan kain yang sudah di basahi dengan air dingin lalu menempelkannya pada pipi kiri Lala.

"Raka."

Suara seseorang membuat Raka menghentikan aktivitasnya dan menolehkan kepala untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

Raka terdiam ketika melihat Aluna berdiri sambil menatapnya dengan tatapan nanar di ambang pintu UKS.

"Boleh gue masuk?"

Raka berjalan kearahnya dan membawa Aluna keluar dari UKS hingga sampai ke gudang sekolah yang hanya berjarak dua ruangan dari UKS.

"Mau apa?"

Suara Raka terdengar begitu dingin dan datar, membuat Aluna sedikit melangkah mundur ketika mendengarnya.

Gadis itu tersenyum, senyum dengan penuh kebohongan di dalamnya. "Kapan lo sama Lala akan tunangan?"

"Minggu depan."

Gadis itu menarik napas dalam, berusaha menekan rasa sakit di hatinya. " Gue harap gue ada disana."

"Iya, gue mau lo menyaksikan acara pertunangan itu."

"Gimana sama janji lo, Raka?"

"Janji?"

Aluna tersenyum meremehkan. "Janji yang bilang kalo lo gak akan tinggalin gue."

"Cih. Lo percaya gue akan tepatin janji itu? Bodoh! Gak akan pernah ada janji yang terbukti!"

"Semuanya cuma omong kosong, Aluna."

"Gue paham ... congrats ya!"

Aluna berjalan menjauh meninggalkan Raka yang sama sekali tak mengejarnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sama sekali tak terima jika Raka akan bertunangan dengan wanita lain apalagi dengan teman dekatnya sendiri.

***

Ia menatap langit yang menghampar luas di hadapannya, mengingat kejadian-kejadian kecil yang terjadi padanya dan Raka beberapa waktu silam. Iya, Aluna sedang berada di rooftop sekolahnya.

Membayangkan apa yang harus ia lakukan jika benar Raka dan Lala akan bertunangan nanti, apa ia siap jika melihat lelaki yang di cintainya harus bertunangan dengan teman dekatnya sendiri?

***

"RAKA!"

Raka menghentikan langkahnya dan menoleh menghadap seseorang yang baru saja menyerukan namanya.

"Maksud lo apa, bilang kalo lo mau tunangan sama Lala bangs*at!"

Fino menarik kerah kemeja sekolah Raka dengan emosi yang sudah membara.

"Santai Fin," ucap Raka sambil melepaskan cengkraman tangan Fino pada kerah kemejanya.

"Gue bakalan jelasin semuanya ke elo nanti."

Raka berlalu begitu saja, meninggalkan Fino dengan tanda tanya besar memenuhi pikirannya.

"Lala."

Fino berlari menuju UKS untuk menemui Lala yang sepertinya masih ada disana.

Benar saja, saat ia sudah berada di depan pintu UKS. Lala sedang duduk sendiri sambil sesekali memegang pipi nya yang masih memar.

"Fin," ucap Lala lembut sambil menatap Fino yang hanya diam menatapnya.

"Sorry ya, La."

"Gakpapa, gue tau lo gak sengaja."

"Kita ke klinik ya nanti?"

"Gak usah, ini udah mendingan kok."

Suasana mendadak hening, keduanya sama-sama sibuk bergulat dengan perasaannya masing-masing.

"Kenapa sih lo mau tunangan sama Raka, La?"

Lala terdiam, berusaha untuk menyiapkan jawabannya sebaik mungkin dan pastinya tanpa harus menyakiti perasaan Fino.

Raka tiba-tiba datang dan bersandar pada dinding UKS menarik napas dalam dan mengalihkan pandangannya pada Fino.

"Gue udah bilang kalo gue bakalan jelasin ke elo nanti, tapi lo itu emang cowok yang gak sabaran."

"Oke, gue anak jelasin sekarang alasan kenapa gue harus tunangan sama Lala." Pandangan Raka beralih pada Lala yang hanya tertunduk di tempatnya.

Sedangkan Fino, ia menatap Raka intens dan menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapannya.

"Gue punya penyakit kanker, dan Ibu gue mau gue tunangan sama keponakan Dokter yang selama ini udah rawat gue yaitu Dokter Mieke."

Fino terpaku ketika tau bahwa Raka menderita penyakit yang mematikan. Kenapa selama ini ia selalu terlihat baik-baik saja?

"Dan Dokter Mieke itu tante nya Lala."

"Apa lo gak bisa nolak?"

"Fin, lo pikir kita mau ada di posisi kayak gini? Nggak Fin! Gue gak mau nyakitin lo dan juga Aluna. Dan gue juga tau, kalo Raka itu cinta sama Aluna."

Lala menatap Fino dengan tatapan teduh, hatinya seperti tersayat ketika ia mencoba untuk memegang tangan laki-laki itu.

"Terus kenapa lo gak tunangan sama Luna aja Ka?"

Raka menggeleng dan menundukan kepalanya sesaat, entah harus menjawab apa.

"Gak bisa Fin."

"Lo pengecut! Lo laki-laki paling lengecut yang pernah gue temuin Ka!"

"Lo bilang ke gue kalo lo cinta sama Luna! Tapi lo sama sekali gak bisa buktiin ucapan lo, dan dengan teganya lo malah ninggalin dia di saat lo udah tau kalo dia udah gak punya siapapun selain lo!"

"Gue emang pengecut Fin, tapi asal lo tau gue juga usaha."

"Usaha apa? Usaha untuk bikin hati Aluna sakit? Gak nyangka gue sama lo Ka!"

Pandangan Fino beralih pada Lala yang juga menatapnya.

"Dan lo, La. Lo tau kalo gue cinta sama lo, tapi kenapa lo malah pilih tunangan sama Raka? Lo punya banyak alasan untuk tolak dia, La!"

"Tolong ngertiin posisi gue Fin."

"Lo selalu minta gue buat ngertiin lo, tapi pernah gak sekali aja lo ngertiin gue? Pernah gak sekali aja lo ngerti perasaan gue? Nggak kan!"

***

TBC

🌻🌻

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang