Happy reading.
>><<
Aluna menarik napas panjang, menahannya beberapa detik sebelum akhirnya melangkah menuju kelasnya.
Tidak ada Raka disana.
"Raka, belum dateng?" Tanya Aluna pada Lala yang sedang duduk sendirian di tempatnya.
"B-belum."
"Lo kenapa grogi gitu sih?"
Aluna melihat kegelisahan pada raut wajah Lala, entah apa yang gadis itu sembunyikan padanya.
"Nggak."
Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, dan jam pelajaran pertama pun sudah berlangsung sekitar lima belas menit. Namun, sampai detik ini Aluna tidak juga menemukan tanda-tanda kehadiran Raka di kelas ini.
Aluna merogoh isi tas nya dan mengambil benda pipih berwarna hitam lalu mengetikkan nomor seseorang disana.
Gadis itu berkali-kali mencoba menghubungi Raka namun tak membawakan hasil apapun. Yang di dapatkan hanyalah suara operator yang memberi tau bahwa nomor Raka sedang tidak aktif.
Aluna Gratasha :
"Raka."
"Raka lo baik-baik aja kan?"
"Lo gak sakit kan?"
"Raka bales chat gue!"
"Raka, gue kerumah lo nanti sore."
Aluna menantikan seseorang membalas pesannya, namun setelah hampir setengah jam menunggu ia tak kunjung mendapatkan balasan.Lala yang melihat ke khawatiran pada wajah gadis itu merasa takut dengan apa yang akan Aluna lakukan jika ia tau apa yang sebenarnya terjadi. Gimana juga kalo Fino tau akan hal ini?
"Kalian berdua lagi pada ngelamunin apa sih?" Tanya Fino sembari menatap Lala dan Aluna secara bergantian.
"Raka," jawab keduanya kompak.
Aluna yang semula menunduk langsung mengalihkan pandangannya pada Lala yang salah tingkah di tempatnya.
"M-maksud gue tumben Raka gak masuk sekolah," ucap Lala berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja.
"Gue juga gak tau, gue udah coba hubungi dia tapi gak aktif."
"Gue khawatir deh sama dia."
Lala tepaku dengan apa yang baru saja Aluna katakan, ketulusan yang tersirat dari manik mata gadis itu jelas adanya.
***
Aluna menatap dengan tatapan nanar buku tabungan yang sedang di pegangnya, uang simpanannya sudah mulai menipis sedangkan Aluna sama sekali tidak memiliki pemasukan sejak Ibu nya meninggal dunia. Ayahnya? Ia memilih kembali keluar Negeri untuk tinggal bersama dengan istri dan anak tirinya.
"Gue harus ngapain."
Ia menatap sekeliling rumahnya, terlintas di benaknya untuk menjual rumah ini dan pindah ke tempat yang lebih kecil. Namun hanya rumah ini satu-satunya peninggalan dari Ibunya, di rumah ini ia dilahirkan dan menjalani kehidupan yang penuh dengan suka duka bersama dengan kedua orang tuanya dulu.
"Luna gak mau jual rumah ini, tapi .... "
"Nggak, Luna harus usaha supaya rumah ini gak harus dijual."
***
Aluna masuk kedalam kamar dan mengganti pakaian sekolahnya, berniat untuk menghampiri Raka yang tak kunjung membalas pesannya.
Gadis itu menaiki mobilnya, jalanan sore terlihat begitu padat oleh para pengendara yang lain. Klakson bersautan tanpa sabar membuat suara ricuh terdengar kemana-mana.
Setelah hampir satu jam berkutat dengan padatnya jalanan kota, kini Aluna sudah berada di perkarangan rumah Raka yang terlihat seperti tidak ada satupun orang di dalamnya.
Gadis itu celingukan dan berjalan mendekat kearah pintu utama.
"Permisi!" Teriaknya sambil mengetuk pintu rumah tersebut.
"Permisi."
"PERMISII."
Satu kali, dua kali, tiga kali, tak ada sahutan. Aluna menghela napasnya berat. Gadis itu mengeluarkan ponsel yang diletakan di dalam tasnya dan berusaha menghubungi pemuda itu.
"Sial!"
Aluna memutuskan untuk menunggu seseorang keluar dari dalam rumah ini ataupun datang kerumah ini. Ia duduk di halaman rumah Raka sambil menatap langit yang sudah mendung menandakan akan turun hujan.
Rintik air mulai turun, namun tidak ada satupun orang yang keluar dari dalam rumah ini sampai akhirnya Aluna melihat mobil Raka masuk kedalam perkarangan rumah.
Ia tersenyum senang dan langsung berdiri, menunggu seseorang turun dari dalam mobil itu.
"Rak- ... tante."
Senyum Aluna memudar ketika tak menemukan Raka disana. Namun ia tak berputus asa untuk terus mencari keberadaan Raka.
"Raka dimana tan?" Tanya Aluna sambil berusaha memegang tangan perempuan di hadapannya ini.
"Kamu gak perlu tau Raka ada dimana."
Ucapan itu ... terdengar begitu dingin masuk kedalam telinga Aluna, seketika gadis itu tersentak mendengarnya.
"Tapi aku temannya Raka dan aku berhak tau dia dimana."
"Tolong kamu jauhi dia Luna, jangan buat dia semakin terbebani."
Degh.
Apa arti dari kata 'terbebani' yang baru saja perempuan paruh baya itu ucapkan? Apa selama ini Raka menganggapnya sebagai beban?
"Raka akan segera menikah, dan tentu saja itu bukan dengan kamu."
"Jadi saya mohon, kamu jauhi anak saya."
***
TBC
🌻🌻
![](https://img.wattpad.com/cover/254293320-288-k390365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A L U N A [END]
Genç KurguAluna Gratasha, gadis cantik yang memilih merubah penampilannya 180 derajat setelah mengetahui bahwa sang ayah memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Ia tak memiliki satupun teman kecuali Arysa Bagaskara yang merupakan kekasihnya, namun A...