Chapter 14

157 19 0
                                        

Happy reading.

>><<

Raka terlihat begitu panik saat melihat wajah Aluna yang langsung pucat karena dingin.

Laki-laki itu melajukan mobilnya secepat kilat menuju rumah Aluna untuk mengantarkan gadis ini.

***

Saat sudah sampai didepan rumah Aluna, Raka melihat Aluna yang masih tak sadarkan diri disampingnya dengan jas milik Raka masih menutupinya.

Mau tak mau Raka membopong tubuh mungil Aluna dan masuk kedalam rumahnya, saat itu kedua orang tua Aluna ada disana bersama dengan Naya.

"Aluna, kamu kenapa nak?" tanya Ibu Aluna khawatir.

Naya mengarahkan Raka untuk membawa Aluna kekamarnya dan meninggalkannya berdua dengan Ibunya untuk membantu Aluna mengganti pakaiannya yang basah.

"Kamu temannya Luna?" tanya Raden saat Raka turun dari kamar Aluna.

"Iya om," ucap Raka santai.

"Huh, anak itu memang selalu saja cari masalah" gumam Raden namun mampu terdengar oleh Raka.

"Ini salah saya yang gak bisa jaga Luna om, Luna gak salah apa-apa,"

Raden hanya tertawa hambar lalu berjalan menuju ruangan yang berada tak jauh dari ruang tamu.

"Maafin bokap gue ya, dia emang ketus," bisik Naya yang sejak tadi berdiri disebelah Raka.

Raka hanya mengangguk singkat.

"By the way, lo siapa nya Luna?" tanya Raka.

"Gue saudara tirinya Luna, karena nyokap gue lagi di luar negeri jadi sementara gue tinggal disini," ucap Naya.

"Bukannya lo selingkuhannya Arsya?"

"Lo tau soal itu?"

"Gue ada disana waktu itu,"

"Itu cuma salah paham, gue bener-bener gak tau kalo Arsya itu pacarnya Luna,"

Setelah obrolan dingin Raka dengan Naya, Ibu Aluna turun dan mempersilahkan Raka untuk duduk, dan menyuruh Naya untuk masuk kedalam kamarnya.

"Kamu siapa?" tanya Ratna kepada Raka yang duduk dihadapannya.

"Saya Raka tante temannya Luna," ucap Raka lalu bersalaman pada Ratna.

"Tante udah lama nggak lihat temannya Aluna datang kerumah ini," ucap Ratna tersenyum miris.

Raka hanya mengangguk paham dan tersenyum sesekali.

"Semenjak om memutuskan untuk menikah dengan Ibunya Naya, Aluna tidak pernah lagi mau mengajak satupun temannya untuk datang kerumah ini, bahkan dia gak pernah lagi mau ngobrol dengan saya," ucap Ratna.

"Mungkin dia masih belum bisa terima tante, tapi nanti pasti dia paham kok," ucap Raka ragu.

"Ya, semoga,"

"Yaudah tante kalo gitu saya pamit, biar Aluna nya istirahat aja dulu," ucap Raka seraya berdiri dari tempat duduknya dan bersalaman dengan Ratna.

"Sering-sering kesini ya Raka," ucap Ratna sambil mengusap bahu Raka beberapa kali.

***

Pagi ini Aluna terbangun dengan kompresan yang masih menempel di dahinya.

Gadis itu bergegas untuk mandi dan bersiap untuk sekolah.

Setelah ia selesai menggunakan seragamnya, gadis itu turun dan berlalu begitu saja melewati keluarganya yang sedang sarapan di meja makan.

"Aluna, makan dulu nak," ucap Ratna berusaha untuk meluluhkan kembali hati putrinya ini.

Aluna hanya menoleh sesaat dan kembali menatap lurus kedepan.

***

"Aluna!" Panggil Elena ketika melihat Aluna di pinggir lapangan.

Aluna menoleh dan menatap Elena dengan tatapan datar.

"Gue mau minta maaf untuk masalah semalem, gue gak tau kenapa lampunya bisa mati dan lo jadi .... " ucap Elena ragu.

Aluna menghela nafas. "Gapapa Na, gue cuma heran aja sih sama orang yang semalem tega dorong gue kedalam kolam renang."

"Gue bakalan selidikin siapa yang udah dorong lo," ucap Elena.

Aluna mengangguk dan tersenyum singkat pada Elena.

"Duluan ya Na." Aluna berjalan pergi meninggalkan Elena yang masih berdiri ditempatnya.

***

"Selamat pagi anak-anak," ucap Mis Briss.

"Pagi Mis," ucap seluruh siswa serempak.

Mis Briss adalah guru seni untuk angkatan kelas 12 tahun ini.

"Kalian buat kelompok dulu ya, 4-5 orang." perintah Mis Briss yang membuat seisi kelas mulai mencari cari temannya yang lain untuk bergabung dalam satu kelompok.

Tidak termasuk Aluna, gadis itu hanya berdiam diri dimejanya, sedangkan Lala dan Fino sudah menawarkan diri untuk bersama dengan Raka dan Aluna.

"Yaudah kita bareng," ucap Raka pada Lala dan Fino yang duduk didepannya.

"Gimana Lun?" tanya Raka.

"Terserah" ucap Aluna singkat dan langsung mengalihkan pandangannya.

"Kalau sudah, Mis mau kalian siapkan satu lagu yang akan kalian bawakan untuk perwakilan kelas ke acara pagelaran seni musik minggu depan," ucap Mis Briss berjeda.

"Nanti penampilan terbaiklah yang akan dipilih untuk jadi perwakilan kelas."

Aluna mendengarkan dengan tatapan sama sekali tak berminat, toh apapun yang dilakukannya sama sekali gak akan diperdulikan oleh siapapun kan?

***

See u in the next chapter<3

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang