Happy reading.
>><<
Setelah hampir satu minggu Raka di rawat di rumah sakit, ia memutuskan untuk pulang kerumah meskipun kondisinya belum benar-benar pulih seutuhnya.
Dengan tubuh yang masih sedikit lemas, ia berniat untuk menghampiri Aluna di rumahnya dan mengajaknya pergi ke suatu tempat.
***
"Raka! Kok lo disini? Lo belum sembuh bodoh!"
"Yee, biasa aja dong! Gue mau ajak lo pergi."
"Hah! Kemana?"
"Udah buruan siap-siap."
Raka sedikit mendorong tubuh Aluna supaya masuk kedalam rumahnya dan mengganti pakaiannya.
"Ih, sabar kali."
Setelah hampir dua puluh menit menunggu, akhirnya Aluna keluar dengan pakaian yang lebih rapih dari sebelumnya dan rambut yang juga sudah tertata.
"Mau kemana sih?"
"Udah ikut aja."
Aluna menempelkan punggung tangannya pada kening Raka selama beberapa saat.
"Badan lo masih anget Raka ... mending lo istirahat deh sampe sembuh."
"Cie, jadi ceritanya ada yang mulai khawatir nih sama gue?"
"B-bukan gitu, kalo nanti tiba-tiba lo pingsan kan gak lucu Raka! Gue gak bisa gotong lo sendiri."
"Alah, gak mau ngaku kan lo?"
Aluna mendengus kesal, semua yang di ucapkan Raka memang benar. Iya, dia khawatir.
Raka melajukan mobilnya secepat yang ia bisa, tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Sampai akhirnya mereka berdua sampai di salah satu pet shop yang terlihat lumayan luas.
"Kita ngapain kesini?"
Raka hanya diam dan menuntun tangan Aluna untuk masuk kedalam bersamanya.
"Atas nama Raka Arya Pratama," ucapnya pada salah seorang perempuan yang sedang tersenyum ramah padanya.
"Di tunggu ya."
"Lo mau beli buaya?"
"Mana ada orang jual buaya di sini bodoh."
"Siapa tau lo mau cari kembaran."
Ucapan Aluna terhenti ketika perempuan tadi keluar dari salah satu ruangan dengan membawa kucing anggora berwarna abu-abu di gendongannya.
"Lucuu." Aluna menghampiri perempuan itu dan mengambil alih kucing dari dalam dekapannya.
"Mau?" Tanya Raka.
"Mau banget! Emang boleh?"
"Boleh."
"Yey! Makasih."
Aluna meloncat kegirangan, dan terus memeluk kucing yang begitu gemuk dan lucu.
***
Kini, mereka berdua sudah berada di halaman rumah Aluna. Memikirkan nama untuk peliharaan baru miliknya.
"Kita kasih nama siapa ya?"
"Fluffy," ucap Raka spontan.
"Fluffy? Bagus."
"Hai kucing manis," ucap Aluna sambil mengelus kepala kucing yang memiliki bulu lebat nan halus itu.
"Gue juga manis," ucap Raka tiba-tiba.
"Nggak! Lo pait."
Sial!
"Gue mau ajak lo ke satu tempat lagi. Ayok!"
"Kemana lagi?"
"Udah ikut aja."
"Fluffy boleh ikut?"
"Jangan, nanti dia stres kalo kelamaan di mobil."
Aluna menghela napas dan memasukan Fluffy ke dalam kandangnya lalu menyimpannya di dalam rumahnya.
***
"Selama gue kenal sama lo, gue gak pernah ketemu sama bokap lo. Dia kerja?" Tanya Aluna mulai membuka pembicaraan saat keduanya sedang berada di perjalanan.
"Iya, dia di luar kota. Hmm, nanti pasti lo ketemu sama dia."
"Lo kangen gak sama dia?"
"Pasti."
"Kenapa lo gak susul dia aja?"
"Dia kerja, dan gue harus hargai."
Aluna hanya mengangguk paham, tak ingin bertanya lebih jauh lagi.
Mobil milik Raka kini sudah terparkir di salah satu tempat yang gadis itu sendiri pun tidak tau ini berada dimana.
"Wah!"
Aluna terkagum ketika melihat hamparan ilalang yang begitu luas dengan udara yang begitu sejuk dan sunyi.
"Ayok!"
Kini, mereka berdua duduk di tengah hamparan rumput, menatap takjub pada bukit-bukit yang berada dihadapannya.
"Lo suka kesini?" Tanya Aluna pada Raka yang hanya terdiam.
"Iya, dulu gue sama Rika sering main kesini. Dan di sebelah sana ada rumah pohon yang di buatin khusus buat kita berdua," ucap Raka sambil menunjuk salah satu pohon yang tidak terlalu terlihat jelas.
"Boleh gak kalo gue mau liat rumah pohonnya?"
Raka mengangguk meng-iya-kan dan berjalan mendahului Aluna untuk melihat rumah pohon tua itu.
Pohon yang begitu besar dan rumah pohon yang sudah tidak berbentuk itu membuat pikuran Raka melayang pada saat ia dan Rika bermain bersama di sini dulu.
Bahkan ukiran nama kakak beradik yang berada di pohon itu tidak hilang sama sekali. Raka meraba nya dan tersenyum singkat melihatnya.
"Aluna."
Suara lembut dan berwibawa milik Raka mengacaukan lamunan Aluna. Gadis itu menoleh dan menatap Raka yang tengah menatap hamparan ilalang dihadapannya.
"Hmm?"
"Gue tau ini aneh banget .... tapi gue sayang sama lo Luna."
Aluna menautkan alisnya bingung. " Gue tau Raka, gue juga sayang sama lo sebagai sahabat."
"Nggak."
"Maksud lo?"
"Gue sayang sama lo lebih dari itu."
Aluna terdiam, menatap manik mata laki-laki itu dengan penuh pertanyaan mengisi pikirannya.
Raka bertekuk lutut dihadapan gadis itu, meraih sebelah tangannya dan menatap mata Aluna penuh dengan ketulusan.
Aluna terdiam dibuat nya, bola mata gadis itu menangkap setiap hal yang Raka lakukan. Senang? Sudah pasti!
"Would you be my girlfriend?"
Degh.
"Raka ... t-tapi."
Aluna menghela napas, jantungnya berdebar tak karuan.
"Yes, i would!"
Raka melayangkan tinju kelangit, rasa bahagia terlihat jelas pada wajahnya. Namun, Aluna melihat raut wajah Raka terlihat begitu pucat.
"Raka muka kamu pucat."
Raka cengengesan. "Jadi sekarang 'aku-kamu' nih?"
"Ini bukan waktunya untuk bercanda, kamu harus balik kerumah sakit!"
Bruk!
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A L U N A [END]
Teen FictionAluna Gratasha, gadis cantik yang memilih merubah penampilannya 180 derajat setelah mengetahui bahwa sang ayah memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain. Ia tak memiliki satupun teman kecuali Arysa Bagaskara yang merupakan kekasihnya, namun A...