Chapter 4

191 24 5
                                    

Happy reading.

>><<

Jam pelajaran berakhir namun Aluna tidak juga menampakan wajah nya di kelas.
Raka yang khawatir akan keadaan gadis itu mulai menyusuri setiap sudut sekolah untuk mencarinya.

Raka sudah mengetahui kondisi Aluna dari teman sekelasnya, tentang bagaimana Aluna mulai merubah penampilannya sekaligus sifatnya.

Dahulu, Aluna adalah gadis yang selalu terlihat ceria, rapih dan juga pandai sebelum masalah itu hadir dan membuat Aluna memutuskan untuk merubah warna rambutnya menjadi merah dan berpenampilan yang seperti bukan Aluna.

Raka masuk kedalam perpustakaan karna ada seseorang yang mengatakan bahwa ia melihat Aluna didalam sana.

Benar saja, Raka melihat Aluna yang sedang duduk dengan sebuah buku didepannya yang terabaikan dan gadis itu malah asik memainkan ponselnya.

Raka melangkah perlahan dan melihat Aluna yang sedang menulis notes di ponselnya. Tulisan yang begitu panjang dan terlalu kecil untuk bisa dibaca oleh Raka yang berada di belakang Aluna.

"Ekhem."

Aluna yang menyadari kehadiran Raka langsung memencet tombol home pada ponselnya dan menatap laki laki itu dengan tatapan seperti ingin membunuhnya sekarang juga.

"Gue cari lo kemana mana, ternyata lo ada disini," ucap Raka sambil duduk di depan Aluna.

Aluna hanya terdiam tanpa memalingkan tatapan tajamnya pada Raka.

"Daripada lo cape cape ngetik, gue bisa kok dengerin cerita lo kapan pun lo butuh gue," ucap Raka dengan nada lembut.

Saat itu juga raut wajah Aluna berubah menjadi lebih teduh dari sebelumnya, ia merasakan kenyamanan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan saat didekat siapapun terutama Arsya.

"Lo cuma anak baru yang gak tau apa apa tentang hidup gue!" ucap Aluna penuh penekanan.

"Gue emang anak baru yang gak tau apa apa tentang lo, tapi satu hal yang gue tau kalo lo itu gak butuh temen yang banyak, tapi yang lo butuhin itu cuma seseorang yang bisa dan mau dengerin cerita lo dan bisa ngertiin lo disaat lo lagi rapuh, ya kan?" ucap Raka.

Lagi-lagi Aluna terdiam mendengar setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Aluna menggelengkan kepalanya pelan berusaha untuk menyingkirkan pikiran pikiran aneh yang mulai muncul dalam kepalanya.

Aluna berjalan keluar dari perpustakaan dan membiarkan Raka berjalan dibelakangnya, entah apa yang selanjutnya ingin dilakukan oleh laki-laki itu.

Aluna merasa tubuhnya sangat lemas karna perutnya sama sekali belum ia isi.

Raka yang menyadari bahwa Aluna mulai gontai berniat untuk membantunya dan memapah tubuhnya namun ditepis kasar oleh Aluna.

"Jangan sentuh gue!" ketus Aluna.

"Lo sakit lun," ucap Raka khawatir.

Aluna berjalan cepat meninggalkan laki laki itu menuju kantin sekolahnya untuk sedikit mengisi tenaganya.

***

"Makasih bi" ucap Aluna pada bi Asih yang baru saja mengantarkan siomay ke meja nya.

"Jangan lupa makan atuh neng, liat nih makin kurus gini badannya," ucap bi Asih sambil memegang kedua bahu Aluna yang hanya tersenyum mendengarnya.

***

Seminggu sudah Naya menjalani hubungan dengan Arsya, dan malam ini mereka berdua sedang berada di salah satu caffe untuk berkencan.

***

Aluna sudah siap dengan menggunakan dress selutut berwarna hitam, rambut yang dibiarkan terurai dan dengan sedikit riasan diwajahnya serta hills tinggi yang di gunakannya.

Tadi dia sudah menghubungi Arsya untuk menemani nya pergi malam ini namun tidak bisa dikarenakan Arsya harus ikut kedua orang tuanya menghadiri acara rekan kerjanya, sehingga Aluna memutuskan untuk pergi sendiri.

Aluna menuruni tangga dan melihat ibu nya yang sedang menyiapkan makan malam untuknya, namun dengan tatapan yang tetap datar.

"Aluna kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Ibunya dengan lembut.

Aluna hanya melirik sebentar dan berlalu begitu seja keluar rumah dan melajukan mobil hitamnya dengan kecepatan tinggi.

Saat Aluna sudah berada di depan caffe yang terlihat cukup ramai, ada seseorang yang menepuk bahu nya membuat Aluna menoleh.

"Lo ngapain sih ngikutin gue?!" ketus Aluna pada laki laki yang ternyata adalah Raka.

"Gue gak ngikutin lo kali," ucap Raka.

"Lo ngapain disini?" tanya Aluna dengan tatapan tajamnya.

"Bete dirumah," ceplos Raka.

Aluna mendengus kesal dan berjalan masuk kedalam caffe.

"Gue ikut lo ya?" teriak Raka namun diabaikan oleh Aluna.

Raka terus mengikuti Aluna sampai gadis itu duduk disalah satu meja dan memesan beberapa menu.

Pria itu tidak duduk di meja yang sama dengan Aluna namun duduk di meja yang berada di belakang Aluna. Jaga-jaga jika wanita itu marah atau bahkan ngamuk karna merasa terganggu dengan kehadirannya.

Sudah hampir satu jam Aluna berada di tempat ini, Raka yang selalu memperhatikan gadis itu tidak melihat bahwa Aluna sedang menunggu seseorang, karna sejak satu jam yang lalu gadis itu sama sekali tidak membuka ponselnya dan hanya menatap kosong kearah jendela.

Aluna bangkit dari tempat duduk nya setelah melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukan pukul 11 malam.

Raka tetap setia mengikuti gadis itu dari belakangnya, dengan sepengetahuan Aluna.

Saat Aluna sudah berada di lantai bawah, ia seperti melihat Arsya sedang bersama dengan seorang perempuan yang wajah nya tak terlihat dari tempat Aluna berdiri.

Aluna yang mulai penasaran berjalan mendekat untuk memperjelas apa yang sedang dilihatnya, dan benar saja Aluna melihat Arsya sedang bermesraan dengan seorang perempuan.

Aluna mengepalkan tangannya dan berjalan cepat menghampiri keduanya, sedangkan Raka hanya memperhatikan kejadian itu dari jauh.

"ALUNA!" ucap keduanya terkejut.

Arsya yang melihat itu panik dan langsung melepaskan tangan perempuan disebelahnya.

"Elo," ucap Aluna menunjuk Naya yang sama sekali tak tau apa yang terjadi.

Aluna menatap keduanya bergantian dengan tatapan penuh kebencian.

"Luna, ini gak kayak apa yang kamu liat," ucap Arsya memegang sebelah tangan Aluna.

"Semuanya udah jelas Sya, lo selingkuh sama perempuan murahan itu!" ucap Aluna sarkas.

"Selingkuh?" ucap Naya bingung.

"Lo tau siapa dia?" Aluna menjeda ucapannya.

"Dia cowok gue, yang sekarang juga akan jadi mantan gue," ucap Aluna menatap Naya dan Arsya bergantian.

"Luna dengerin gue dulu," ucap Arsya berusaha untuk meraih tangan Aluna namun selalu ditepis.

"Dan lo, ternyata bener ya buah itu gak akan jatuh jauh dari pohonnya, setelah ibu lo rusak kebahagiaan keluarga gue dan sekarang anaknya juga gak mau kalah buat rusak hubungan orang," ucap Aluna membuat Naya terpaku ditempatnya begitu juga Arsya dan Raka.

"Selamat, lo berhasil buat ngancurin hidup gue dan keluarga gue," ucap Aluna menatap kedua nya bergantian dengan tatapan benci sekaligus jijik.

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Arsya yang langsung memegang pipinya yang terasa panas.

"Gue rasa itu cukup buat bikin lo sadar. Kita putus!" ucap Aluna sadis dan langsung berlari keluar caffe dengan tangan yang memanas.

***

Satu kata untuk part ini?




A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang