Chapter 3

193 21 4
                                    

Happy reading.

>><<

"Aluna, sebelum kamu ke sekolah tolong kamu antar Naya dulu ya kesekolahnya," ucap ayahnya pada Aluna yang baru saja turun dari kamarnya.

"Suruh aja dia naik taksi," ucap Aluna datar.

"Jangan ngebantah kamu!" ucap laki-laki itu ketus.

Aluna hanya memutar bola matanya malas dan berjalan keluar rumah diikuti oleh anak perempuan bernama Naya.

"Naik," ucap Aluna singkat.

Perempuan itu naik dan duduk di sebelah Aluna yang sedang mengendarai mobilnya.
Gadis dengan postur tubuh mungil, kulit putih, dan juga memiliki lesung pipi itu terlihat sangat anggun. Namun tetap tak bisa membuat Aluna mau berdamai dengannya.

"Kenalin, gue Naya." Gadis itu menujulurkan tangannya kearah Aluna.

"Gak usah sok asik!" ketus Aluna membuat Naya menutup mulutnya rapat-rapat dan kembali menarik tangannya.

"Turun," ucap Aluna lagi sambil memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

Naya celingukan dan menatap Aluna bingung seolah bertanya ini dimana?

"Kenapa ngeliatin gue, udah buruan turun!" ketusnya lagi.

"Tapi ini kan belum sampe sekolah gue Lun," ucap Naya meminta belas kasihan.

"Gue gak perduli!" Ucap Aluna sadis.

Naya turun dari mobil dan celingukan menatap jalanan yang terlihat begitu sepi, sedangkan Aluna sudah pergi melajukan mobilnya secepat kilat.

Ia sama sekali tak tau harus berjalan kearah mana, sampai akhirnya ada seorang laki laki berhenti tepat dihadapannya dan melepaskan helm full face nya.

"Lo ngapain sendirian disini?" tanya laki-laki itu.

"Nunggu taksi," ucap Naya gugup sekaligus takut.

"Mau lo nunggu sampe tahun depan sekalipun, gak akan ada taksi yang lewat sini, udah bareng gue aja," ucap laki-laki itu.

"Gak usah makasih." Naya berjalan menghindar namun laki-laki itu terus mengikutinya sambil menuntun motornya.

"Sekolah lo deket sama sekolah gue," ucap laki-laki itu sambil melihat seragam yang dikenakan gadis di depannya.

"Kalo lo mau telat terus dihukum sih ya terserah."

"Yaudah gue nebeng sama lo," ucap Naya pasrah.

"Kenalin nama gue Arsya ... Arsya Bagaskara."

Laki laki itu tersenyum sambil menjulurkan tanggannya untuk berkenalan.

"Naya Syakira, " ucap nya singkat sambil menyambut uluran tangan Arsya.

"Lo ... sekolah di Widyatama juga?" Tanya Naya ragu.

"Iya, lo tau?"

"No, temen gue ada yang sekolah disana."

"Oh."

Mereka berdua bercerita sepanjang perjalanan tanpa Naya sadar bahwa seseorang yang sedang bersama nya sekarang adalah pacar dari saudara tirinya.

Mulai dari sekolah hingga hobi semua Arsya ceritakan pada Naya. Namun laki-laki itu terlupa akan satu hal. Aluna Gratasha, kekasihnya.

***

"Hai Aluna," sapa Raka saat melihat Aluna berjalan kearahnya.

"Minggir lo," ucap nya masih dengan nada ketusnya.

"Catetan yang gue kasih udah lo baca kan?" Tanya Raka.

"Gue buang!"

Raka terdiam, tak tau harus melakukan apalagi untuk dapat berteman dengan perempuan ini.

Tak lama setelah itu seorang guru dengan perawakan kekar dan kacamata yang bertengger di hidungnya masuk kedalam kelas sambil membawa beberapa map tebal ditangannya.

"Pagi," ucap guru itu yang bernama pak Bobi.

"Pagi pak," seru semua siswa kompak.

"Siapkan kertas kalian, kita ulangan," ucap pak Bobi yang membuat kelas rusuh karna pernyataannya.

"Gak ada penolakan," ucap nya lagi penuh penekanan.

"Shit!" umpat Aluna yang masih bisa terdengar oleh Raka.

Ketika kertas ulangan sudah dibagikan, Aluna menatap soal itu dengan tatapan nanar, ia sama sekali tak mempelajari apapun sebelumnya.

Setelah sekitar dua puluh menit berlalu Aluna hanya mengetuk pulpennya ke dahi tanpa menulis apapun pada kertasnya.

"Sepuluh menit lagi ya," ucap pak Bobi yang membuat Aluna memutar bola matanya malas.

Raka menggeser kertas ulangannya kearah Aluna, Aluna yang melihat itu hanya menatapnya bingung dengan kening mengkerut.

"Apaan nih," ucap Aluna.

"Buruan tulis."

Aluna tak menghiraukan ucapannya dan malah membuang mukanya kearah lain.

"Lama," ucap Raka yang langsung merebut kertas milik Aluna dan mengisinya sampai selesai.

Aluna hanya terdiam melihat apa yang dilakukan oleh laki laki disebelahnya ini, dalam hatinya ia merasa senang karna tak harus susah payah mendengarkan ocehan pak Bobi yang akan memarahinya karna tidak mengerjakan ulangan.

Setelah kertas ulangan itu dikumpulkan pak Bobi pergi keluar kelas yang membuat kelas kembali ribut.

"Gue terima bantuan lo tadi, bukan berarti gue mau jadi temen lo!" ucap Aluna memperingati.

Raka hanya tersenyum mendengarnya yang membuat Aluna menatapnya jengkel.

Saat bel istirahat berbunyi seperti biasanya Aluna tidak akan kembali ke kelas melainkan pergi ke perpustakaan sekolah, entah apa yang dilakukannya disana.

Seorang perempuan baruh baya masuk kedalam kelas dan menampakkan muka sangarnya, namun Raka sama sekali tak melihat kehadiran Aluna yang seharusnya duduk disampingnya.

"Dimana Aluna?" tanya guru itu yang melihat bangku Aluna kosong tak berpenghuni.

"S-saya gak tau bu," jawab Raka gugup.

Guru itu menggela nafas berat. " kebiasaan."

Jam pelajaran berlangsung kurang lebih dua jam, Raka beberapa kali melirik kursi kosong milik Aluna. Khawatir.

"Lo kemana sih Lun," gumam nya.

***

Yuhuu!


A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang