Chapter 28

138 9 1
                                        

Happy reading.

>><<

Tempat pemakaman umum.

Itulah yang pertama kali Aluna baca saat dirinya dan Raka sampai di tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah gadis itu.

"Kita ngapain kesini Ka?"

Raka hanya tersenyum singkat dan melangkahkan kakinya menuju penjual bunga yang berada di pinggir jalan.

"Saya mau dua ya bu."

"20 ribu mas."

"Terimakasih."

Raka menatap Aluna sekilas yang hanya terdiam tepat di sebelahnya, laki-laki itu berjalan mendekat pada salah satu makam yang berada di ujung.

"Rika Irya Utami," batin Aluna.

Raka jongkok di sebelah makam itu dan menaburkan bunga yang tadi baru saja dibeli nya, Aluna yang melihat itu langsung mengikuti apa yang tengah dilakukan oleh Raka.

"Ini makam saudara kembar gue ... dia perempuan, cantik persis ibu gue."

Aluna sedikit menganga mendengar pernyataan dari Raka yang berada di depannya.

"Dia meninggal satu tahun yang lalu, bokap gue selalu banding-bandingin gue sama dia soal prestasi ... ya, itu karna prestasi dia selalu berada jauh dibawah gue. Sampe akhirnya dia depresi dan memilih untuk ... Mengakhiri hidupnya."

Raka menundukkan kepalanya dalam-dalam, menatap jemarinya yang sedang memegang gundukan tanah di hadapannya sambil sesekali melirik batu nisan milik saudara kembarnya.

"Ibu gue selalu beranggapan bahwa gue yang bersalah atas kematian Rika, dia nggak terima. Sampe akhirnya perlahan Ibu udah mulai belajar untuk menerima kenyataan bahwa apa yang terjadi di hidupnya itu atas takdir tuhan, dan gak ada yang berhak disalahkan atas kejadian itu."

Aluna mengusap bahu Raka, gadis itu terkejut dengan apa yang laki-laki ini katakan. Rasanya, apa yang Rika rasakan dulu adalah apa yang Aluna juga rasakan sebelumnya.

"Waktu awal gue ketemu dan tau lo dari salah satu anak kelas, tiba-tiba gue inget Rika. Senyum lo ... Senyum lo bener-bener mirip sama senyumnya dia."

"Gue jatuh cinta sama lo pada saat itu juga, bukan cuma karna senyum lo, tapi karna semua kesempurnaan dan kekurangan yang lo punya. Dan karna itu juga, gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang untuk yang  kedua kali nya Lun."

Aluna tercekat, entah harus melakukan apa. Yang ia lakukan hanya menatap Raka yang masih merunduk dan terpaku ditempatnya.

Raka menghela napas berat lalu kembali menaburkan bunga yang masih tersisa sedikit pada keranjang yang berada di hadapannya.

"Mau es krim?" Tanya Raka tiba-tiba.

Aluna hanya mengangguk, pikirannya melayang entah kemana, membayangkan bagaimana dulu Raka di salahkan atas apa yang sama sekali tidak dilakukannya.

"Gimana bisa lo tahan sama sikap Ibu lo dulu yang selalu nyalahin elo?" Tanya Aluna saat keduanya sedang berjalan menuju mobil milik Raka.

"Dia orang tua gue. Dan selayaknya orang tua, mereka gak akan pernah bisa benci sama anak nya bagaimanapun keadaannya. Begitupun seorang anak, gak pantes untuk benci sama orang tuanya."

Damn!

Flashback on

"Kamu contoh Raka, dia belajar siang malam untuk bahagiain Ibu dan Ayah, kamu apa? Kerjaan kamu cuma clubbing setiap hari. Apa yang bisa di banggakan dari kamu?"

Rika mengepalkan tangannya hingga memerah, menatap kedua orang tua nya dengan tatapan penuh amarah yang bisa kapan saja bisa meledak.

"Rika sama Raka emang kembar, kita lahir di waktu yang sama. Tapi setiap anak punya dunia nya masing-masing dan dunia aku sama Raka itu beda!" Teriak Rika penuh amarah dan penuh penekanan pada setiap kata nya.

"Kurang ajar!"

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat tepat di pipi kiri gadis itu. Dengan air mata yang terus mengalir ia berlari menjauh meninggalkan rumahnya dan berhenti di tepian jalan besar.

Raka yang menyadari itu langsung mengejarnya dari belakang dan berusaha untuk memintanya kembali kerumah.

"BERHENTI IKUTIN GUE RAKA!"

"Gue minta lo pulang sekarang!"

"Untuk apa? Untuk liat Ayah sama Ibu puji-puji lo? Banggain lo? ITU KAN MAU LO?!"

"Mereka gak bermaksud begitu."

"Raka lo denger! Denger gue baik-baik. Gaada Raka, gaada satupun manusia didunia ini yang mau terlahir gak berguna. Lo pikir gue mau jadi bego? Nggak Raka nggak!"

"Dan jangan pernah lo berharap gue akan balik lagi kerumah yang lebih pantas disebut sebagai neraka itu!"

Raka menunduk, mengusap wajahnya gusar, membiarkan Rika berlari menjauhinya.

Tiiinn ....

Bruk!

Sebuah mobil truk yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak tubuh Rika hingga terpental ke tepian trotoar jalan. Jalanan yang semula sepi mendadak jadi ramai oleh para warga yang hendak menolong.

"RIKA!"

Flashback off

Raka menggelengkan kepalanya pelan, berusaha untuk mengusir semua bayangan buruk tentang kejadian hari itu yang mulai menyeruak di dalam otaknya.

***

Sorry edit

@mukhibatulkhoiriyah

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang