Chapter 39

146 12 4
                                        

Happy reading.

>><<

Bruk!

"Raka!"

"RAKA BANGUN!"

"Sial! Gue udah bilang lo belum sembuh bodoh!"

Aluna panik.

Menatap tubuh Raka yang sudah tak berdaya dihadapannya, entah harus meminta bantuan pada siapa di tempat yang sepi seperti ini.

***

Aluna mengendarai mobil Raka dengan secepat yang ia bisa, mencari rumah sakit terdekat untuk memeriksa keadaan Raka.

"Jangan tinggalin gue dulu Ka," ucapnya refleks.

***

"Penyakit pasien semakin parah, dan harapannya untuk dapat bertahan sangatlah kecil. Saya harap Ibu dapat tabah akan apa yang akan terjadi kedepannya, kami dari pihak rumah sakit akan bekerja semampu yang kita bisa. Namun, takdir tuhan tidak ada yang tau."

Penjelasan dari Dokter Mieke membungkam mulut kedua wanita dihadapannya. Lina menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Berusaha tegar mendengar pernyataan menyakitkan yang baru saja masuk kedalam telinganya.

Sedangkan Aluna, gadis itu berusaha untuk menenangkan Lina dan menahan air matanya agar tidak lolos saat itu juga.

Dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang baru saja menghantamnya, baru saja gadis itu melihat Raka tersenyum senang, namun saat ini laki-laki itu kembali terkapar di kasur rumah sakit yang entah sampai kapan.

***

"Raka."

Aluna menatap laki-laki yang terbaring lemah di dalam sana, menatap dengan tatapan kosong. Entah ... separuh nyawanya seakan ikut tertidur dengan laki-laki itu. Angan-angan yang sudah ia rancang dengan begitu indah bersama laki-laki itu seakan harus ia paksa berhenti.

Sakit!

"Aluna."

Suara perempuan serta tepukan kecil di bahunya membuyarkan lamunan Aluna. Gadis itu menoleh dan menatap wanita yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Lebih baik kita pulang dulu, lagi pula besok kita ada ujian kelulusan kan? Lo harus jaga kesehatan."

"Gue mau di sini La."

"Luna, Raka pasti sedih kalo tau lo kayak gini. Dia pasti gak mau liat lo sakit! Lo perlu istirahat!"

"Raka, aku pamit ya."

***

Pagi ini, Aluna sudah siap dengan seragam khas SMA Widyatama. Ia berniat untuk pergi kerumah sakit terlebih dahulu sebelum berangkat kesekolahnya.

Gadis itu melajukan mobilnya secepat kilat, membelah padatnya jalanan Ibu kota di pagi hari dengan udara yang sudah tercemar dengan asap kendaraan yang berlalu lalang.

***

"Tante, Raka gimana?" tanya Aluna saat gadis itu sudah berada di depan ruang ICU.

Mata gadis itu menatap posisi tubuh Raka yang sama sekali tak berubah sejak ditinggalkan nya tadi malam, matanya masih terpejam dengan begitu erat.

"Belum siuman sejak kemarin di bawa kesini."

"Sadar Ka," batinnya.

Entah apa yang harus gadis itu lakukan, ia hanya bisa berserah dan berdo'a untuk kesembuhan laki-laki yang disayanginya.

Hari ini akan diadakan ujian sekolah, seharusnya Raka ada di sana bersama dengan Aluna. Namun, pria itu tertidur terlalu lelap dan melewatkan banyak hal yang seharusnya ia lakukan.

"Kalo gitu Aluna pamit dulu tante, nanti Aluna kesini lagi."

"Kamu hati-hati ya."

Aluna mencium punggung tangan Lina, melirik sekilas kearah Raka sebelum akhirnya berjalan menjauh dari depan ruangan serba putih itu.

***

Suara high heels yang beradu dengan lantai marmer terdengar begitu menyeramkan bagi para siswa siswi SMA Widyatama, terutama saat suara langkah kaki itu menuju ke kelas yang letak nya berada di ujung koridor kelas.

Jantung berdebar, dan suasana kelas yang semula ramai, kini mendadak hening karena semua penghuninya terdiam menanti kedatangan seorang guru yang akan mengawasi ujian hari pertama ini.

"Selamat pagi," ucap seorang wanita paruh baya yang langsung mengedarkan pandangannya saat menginjakan kaki di kelas ini.

"Pagi," seru semua siswa secara bersamaan.

"Kita mulai .... "

Pandangan Aluna menatap nanar pada kursi kosong yang seharusnya diisi oleh sahabatnya yang sekarang sudah menjadi kekasihnya. Aluna menarik sudut bibirnya ketika mengingat bahwa laki-laki aneh itu kini sudah menjadi pasangannya.

***

TBC

A L U N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang