10. Blood and Kiss

1.9K 178 22
                                    

Keadaan Atlanna kini lebih baik dari tadi, walaupun ia masih sedikit merasakan sakit saat berdiri dan berjalan. Lukanya sudah ia obati semuanya, Atlanna sengaja menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar, rasa lapar membuatnya mau tak mau harus keluar dan mencari makanan.

"Hiks.... Hiks....." Samar-samar Atlanna mendengar suara tangisan seorang perempuan.

Atlanna membiarkannya, mungkin itu hanya halusinasinya. Tapi semakin lama tangisan itu semakin jelas terdengar, Atlanna memutuskan untuk mencari asal suara tangisan itu berasal.

"Kau gila Atlanna, jangan ke sana! Bisa-bisa Allino akan marah besar nanti." Atlanna menghentikan langkahnya saat tau jika asal suara itu dari ruang penyiksaan yang menurutnya sangat mengerikan.

Atlanna kembali berbalik dan berusaha untuk tidak memperdulikan suara tangisan itu, bukannya ia tidak perduli. Hanya saja Atlanna takut Maverick akan marah besar nanti.

"Hiks.... Hiks....." Baru beberapa langkah, Atlanna kembali menghentikan langkahnya.

Sungguh ia tidak tega mendengar itu, rasanya hati Atlanna juga bergetar mendengar suara tangisan itu. Dengan keberanian yang kuat, Atlanna kembali dan melihat siapa yang menangis itu?

"Persetan dengan Allino, aku sudah tidak tahan mendengar tangisan itu." Atlanna berjalan tertatih-tatih mencari sumber suara itu.

Kesan menyeramkan di ruangan itu kembali membuat bulu kuduk Athena berdiri, Atlanna tak menyangka di mansion sebesar ini terdapat ruangan yang begitu menyeramkan.

"Hiks.... Hiks.... Hiks...." Suara itu tampak semakin jelas terdengar di telinga Atlanna.

"Apa ada orang disini?" Atlanna sama sekali tidak menemukan siapapun di ruangan ini.

"To--tolong." Atlanna menoleh ke kesana-kemari untuk mencari keberadaan perempuan yang menangis tadi.

"Kau di mana?" Yang benar saja, di ruangan ini sangat sepi. Bahkan Atlanna tidak melihat ada orang.

"Aku disini." Atlanna melihat sebuah pintu, ia pun mendekati pintu itu.

"Apa kau ada disini?" Atlanna sengaja mengetuk pintu itu.

"Iya, aku disini." Atlanna membuka pintu itu, tapi terkunci.

"Pintunya terkunci," kata Atlanna dengan terus berusaha membuka pintu itu.

"Ku-moh-on tolong bukanlah pintunya, aku sangat lapar." Lirih perempuan itu.

"Baiklah, sebentar aku akan mencari kuncinya dulu." Atlanna mencari kunci itu di beberapa meja yang ada disebelah pintu.

"Ayolah! where are you keys?" Semoga saja Atlanna bisa menemukan kunci itu.

Akhirnya Atlanna melihat sebuah kunci yang berada di laci meja, dengan cepat ia pun mengambil kunci itu.

"Bagaimana? Kau mendapatkannya?" Tanya perempuan yang menangis tadi.

"Iya, aku akan membukakan pintunya." Atlanna memasukkan kunci itu, semoga saja memang benar kunci ini yang ia cari.

"Kumohon, bisa bisa." Atlanna tersenyum saat melihat kunci itu berfungsi.

Ia membuka kenop pintu, dan melihat seorang gadis yang sepertinya seumur dengannya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Atlanna yang melihat wajah gadis itu sangatlah pucat, ia berjongkok untuk melihat lebih jelas wajah gadis itu.

"Aku sa--sangat lapar." Atlanna menatap tak tega gadis itu, ia memegang bahu gadis itu yang bergetar.

Love and Revenge (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang