Maverick kini menatap jalanan kota Venice dari balkon, sampai saat ini ia belum bisa apa-apa. Ia rindu Atlanna, perasaan Maverick sungguh sangat kacau.
"Makanlah dulu Mave! Kau belum makan dari tadi." Juliette menepuk pundak Maverick.
"Aku tidak ingin makan, lebih baik kau pergi! Aku ingin sendiri dulu." Juliette menghembuskan nafasnya mendengar itu.
"Dengan kau yang seperti ini, itu sama saja tidak ada gunanya. Atlanna tidak akan ditemukan jika kau terus berdiam diri seperti ini, kau harus makan dan jaga kesehatan. Bagaimana jika nanti kau harus melawan Samuel hah? Kau ingin kalah?" Kata Juliette panjang lebar.
"Aku takut dia kenapa-kenapa." Gumam Maverick pelan.
"Dia baik-baik saja, Atlanna bukanlah gadis lemah." Juliette memeluk Maverick.
"Kau harus berusaha mencarinya, perbaiki semua kesalahanmu jika kau tidak ingin kehilangan Atlanna." Maverick membalas pelukan Juliette.
"Aku sudah kehilangannya," ucap Maverick sambil meneteskan air matanya. Baru kali ini ia kembali meneteskan air matanya.
"Seharusnya kau bisa mengendalikan emosimu itu, jika saja kau menghilangkan dendam mu itu semua ini tidak akan terjadi." Juliette menatap Maverick.
"Aku tidak bisa, dendam itu selalu muncul begitu saja." Maverick menundukkan kepalanya, ia ingin menghilangkan dendamnya, tapi itu tidak semudah yang ia bayangkan.
"Kau harus melihat dari dua sisi, jangan hanya melihat dari sisimu saja. Kau juga harus melihat dari sisi Arvel, tanyakan kepadanya kenapa dulu dia membunuh uncle Darius?"
"Jika kau terus dendam kepada keluarga Erlio, kau juga harus rela kehilangan Atlanna Mave. Kau tidak bisa bersama Atlanna lagi, kau harus bisa melupakannya."
"Pilihannya cuma dua, hilangkan dendam mu itu atau kau harus kehilangan Atlanna untuk selamanya?" Setelah mengatakan itu Juliette memilih untuk pergi, ia ingin Maverick bisa memikirkan semuanya dengan baik.
"Arghhhhh......" Maverick memukul pembatasan di balkon itu.
"Tidak ada gunanya kau mengamuk tidak jelas seperti itu, lebih baik kau istirahat." Maverick menoleh mendapati Arvel yang baru saja datang.
"Tidak usah sok perduli?" Maverick memutar bola matanya malas.
"Aku perduli? Jangan harap!" Arvel menatap datar Maverick.
"Hahaha..... Aku tidak berharap bodoh!" Maverick tidak terlalu akrab dengan Arvel.
"Lebih baik kau pergi sebelum aku menghabisi mu disini!" Arvel tersenyum miring mendengar itu.
"Aku tidak takut!" Jawab Arvel dengan cepat.
"Tidak ada gunanya berbicara denganmu!" Maverick ingin beranjak dari balkon, tapi tiba-tiba ponselnya malah berbunyi.
Maverick pun mengambil ponselnya, ia melihat siapa yang menelfonnya. Matanya melotot sempurna saat melihat nama Naomi yang tertera di sana.
"Naomi." Mendengar nama itu disebutkan, Arvel pun menatap Maverick.
"Apa?" Tanya Arvel yang ingin tau, Maverick pun menunjukkan jika Naomi menelfonnya.
"Cepat angkat!" Maverick pun langsung mengangkat panggilan itu.
"Hai! Mave, bagaimana kabarmu?" Sapa Naomi.
"Hai dimana kau menyembunyikan Atlanna?" Maverick yang sudah tidak sabar lagi untuk mengintrogasi Naomi.
"Tenanglah Mave, dia baik-baik saja."
"Sialan kau! Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Arvel yang melihat itu pun tidak tinggal diam, ia menatap Maverick agar melakukan sandiwara yang dia suruh tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Revenge (Tahap Revisi)
RomanceSEQUEL PLEASE DON'T HATE ME BUAT KALIAN YANG ENGGAK SUKA CERITA BANYAK KONFLIK AKU SARANIN ENGGAK UDAH BACA, SOALNYA CERITA INI KONFLIKNYA BERAT DAN ALURNYA AGAR RUMIT. 17+++ Berbahaya, itulah yang mendeskripsikan sosok Maverick Avellino Lorenzo. Ma...