Lyora Mulai Berani

30.5K 2.3K 24
                                    

"Aw....sakit, Bim. Pelan-pelan dong!"

"Ini udah pelan, sayang. Kamu jangan kebanyakan gerak makanya, aku jadi susah masukinnya."

"Abisnya geli....."

"Tahan sebentar, dikit lagi kok."

Bima terkikik geli ketika membantu Lyora melepaskan antingnya yang tersangkut di handuk. Awalnya Lyora menolak mentah-mentah bantuan Bima, namun pada akhirnya ia menyerah dan mau tidak mau membuang egonya yang selangit itu.

Mencoba peruntungannya lagi, Lyora tiba-tiba saja bergelayut manja di lengan kekar suaminya. Ia masih berbalut handuk kimono sedangkan Bima sudah rapi dengan setelan kemeja slim fit yang membalut tubuh tegapnya. Lyora bahkan tidak peduli jika apa yang ia lakukan akan membuat Bima menjadi berantakan lagi.

"Bim, boleh ya?"

"Apa?"

"Ish.... yang semalem. Please?"

"Ya udah, boleh."

"Beneran, Bim? Makasih suamiku sayang...." Dengan bar-bar Lyora menciumi pipi suaminya. Ia bersorak kegirangan bak anak kecil yang diberi lolipop.

"Kalau perginya sama aku."

Melepas pelukannya dari Bima, Lyora memulai protes, "Loh kok gitu? Ini kan acaraku sama temen-temenku, Bim. Kalau kamu ikut nanti jadi canggung."

"Terserah." Jawab Bima santai sambil merapikan kemejanya yang berantakan.

"Aku perginya gak sendiri kok, ada Adit, Jojo, Ibnu, dan Dimas, kamu tenang aja aku gak bakal macem-macem. Jam 9 aku pulang. Boleh ya, Bim?" Lyora kembali memelas.

"Aku ikut atau kamu gak pergi sama sekali. It's your choice."

"Kamu gak boleh ikut!" Tolak Lyora.

"So, you dont go out there. Case closed."

"Jahat!" Lyora merajuk, membalikkan tubuhnya karena enggan menatap Bima. "Dulu pas aku masih sekolah, kalau mau main setengah mati minta izin ke bapak sama ibu, terus ketika mereka udah gak ada, Dion juga gak kasih izin kalo aku pulang lewat jam sepuluh, padahal aku udah kuliah loh, Bim. Aku kan kakaknya, lebih tua daripada Dion, masa dia sok-sokan ngatur aku? Eh, sekarang pas udah nikah, dapetnya suami yang gak pengertian. Kamu juga gak kasih izin padahal kata ibuku kalo udah nikah aku bebas mau ngapain aja. Aku kan udah dewasa, aku tau kok mana yang baik dan yang buruk, aku bisa jaga diri, Bim. Kamu tega kalo aku dibilang cupu? Tega kalo aku dijulidin sama temen-temen aku?"

"Lyora...." Ucap Bima lirih. Ia mulai luluh dan tidak tega jika tidak mengizinkan istrinya pergi.

"Aku janji akan lakuin apa aja yang kamu minta. Kamu mau makan mie instan tiap malam, aku bikinin. Kamu gak jemur handuk habis mandi, aku gak akan marah. Kamu taruh kaus kaki sembarangan, aku juga gak marah. Jadi, boleh ya, sayang?"

"Boleh kalau aku ikut, Ra." Dengan tegas Bima menjawab.

"Sumpah ya, Bim. Aku gak tau lagi gimana caranya yakinin kamu. Terserah deh, aku ngambek pokoknya!"

Tanpa penolakan dari Lyora, Bima mengantarnya sampai depan lobby kantor. Lyora masih menekuk wajahnya, benar-benar enggan untuk menatap Bima. Sepanjang perjalanan ia hanya menatap keluar jendela dan tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Bahkan mereka pun pergi tanpa sarapan, Lyora benar-benar sedang merajuk. Ketika Bima mampir sebentar ke drive thru, ia tak banyak komentar. Bagaimanapun, Bima harus memastikan perut mereka terisi terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas.

Tidak lupa Bima memberi kecupan di kening ketika Lyora hendak keluar dari mobil. Lyora tak lagi meminta izin atau membahas rencananya untuk pergi ke Orchid Night. Sungguh Bima dibuat banyak-banyak bersabar menghadapi kepribadian Lyora yang menakjubkan itu. Masih teringat bagaimana Lyora yang manja ketika merayunya semalam dan pagi ini sikapnya berubah drastis. Dasar berkepribadian ganda, batinnya.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang