Sebuah Pujian

27.1K 2.3K 27
                                    

"Bim, kamu ngapain?"

Shit!

Gue salah tingkah ketika Lyora dengan suara paraunya menegur aksi mesum gue. Ini kalo tiba-tiba gue bangun lalu meyakinkan Lyora bahwa gue gak ngapa-ngapain, ketauan banget bohongnya kalo ternyata gue udah enakan. Gue gak rela skin to skin contact ini berakhir.

Gue masih memeluk Lyora dengan erat, tanpa menatap Lyora di atas sana dan suara yang dibuat  seserak mungkin, gue menjawab dengan sok polos, "dingin, Ra..."

Untungnya Lyora tidak curiga dan justru membelai gue yang menyandarkan kepala di dadanya. Saat belaian tangannya di kepala gue terhenti, gue mulai banyak berdoa. Harap-harap cemas karena takut Lyora meneriaki gue mesum.

"Bim, badan kamu udah gak demam."

Anjir. Lyora mulai sadar kalo gue udah mendingan karena efek obat sialan itu. Gue gak mau ini berakhir, dengan cepat gue merengek lagi, "tapi kepalaku pusing banget, Ra."

Tiba-tiba saja Lyora bergerak mengubah posisinya menjadi bersandar pada punggung ranjang. Gue memberanikan diri untuk menatap raut wajahnya, sepertinya kali ini ia khawatir.

"Aku ambilin obat dulu ya, Bim."

"Gak usah, Ra."

"Loh, bra aku mana, Bim?" Lyora yang baru sadar bahwa tidak ada kain yang menutupi tubuh bagian atasnya mulai panik. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada untuk menutupi bagian yang diumbar itu.

"Bra kamu udah aku buang. Aku gak suka kalau kamu pake bra saat kita di ranjang."

"Sstt!!!" Gue mencoba menenangkan Lyora.

"Aku kan lagi sakit, gak mungkin aku berbuat macam-macam. Sekarang aku cuma mau tidur." Bujuk gue lagi. Semoga kali ini Lyora gak meragukan alasan gue.

Jujur, kadang gue suka geli sendiri ketika mengingat-ingat lagi kemampuan gue memperdaya Lyora. Lagian bukan salah gue yang memulai ide skin to skin contact seperti ini, gue kan hanya menikmati apa yang disuguhkan Lyora.

Hingga pukul empat dini hari, gue baru bisa tertidur. Selain memandangi Lyora yang pulas dalam pelukan gue, tangan gue bergerak nakal pada setiap arena 'bermain' di tubuh Lyora. Gue tersenyum puas setiap kali desahan keluar dari bibir seksi itu. Bibir yang dari tadi sudah puas gue ciumi.

Bahaya juga nih cewek, kalo tidur kebo banget sampe gak berasa kalo gue mainin. Sebenernya gue bisa aja bermain solo dan lebih dari itu, tapi sayangnya gue lebih suka permainan dua arah.

Baru dua jam gue mengistirahatkan mata, indera pendengaran gue terusik oleh dering ponsel Lyora yang nyaring. 

Yono is calling....

Yono siapa? Seingatnya Lyora tidak punya teman bernama Yono. Apa mungkin atasannya? Beliau gak tau etika bertelepon? Hingga panggilan ketiga, gue geram dan mengangkat panggilan itu.

"Halo, Ra. Bang Bima gimana? Maaf ya, semalem gue ada operasi dadakan. Tadi gue kirim obat, gue suruh kurirnya titip di lobby. Kabarin gue kalo udah sampe."

Oh, ternyata Dion. Kenapa nama kontaknya Yono? Gue jadi penasaran nama kontak gue di hpnya apa, jangan-jangan dikasih nama nyeleneh juga.

'Bima Telkomsel'

Udah kaya nyimpen kontak atasan aja. Lyora jadi istri gue kok gak ada romantis-romantisnya amat. Langsung aja gue ganti jadi 'Mas Bima' ditambah emot love merah biar terkesan romantis.

Lyora masih belum bangun juga ketika suara adzan subuh dari ponselnya nyaring berbunyi. Yang kaya gini ngajakin tinggal di rumah Ibu? Asal kamu tahu, Ra, di rumah Ibu gak ada yang namanya telat dua rakaat terus langsung tidur setelahnya.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang