Gawat! (18+)

31.8K 2.2K 44
                                    

"Kamu ngapain sih, Mas?" tanya Lyora ketika Bima menyelinap di antara dirinya dan Cilla yang sudah tertidur pulas. Bima mengubah posisi tidur mereka, ia
bahkan mengangkat tubuh Cilla untuk memindahkannya ke sisi ranjang. Hal itu membuat Cilla tak lagi menghalanginya untuk memeluk Lyora. 

"Ssttt!!" Bima mengisyaratkan agar Lyora tidak berisik. Detik berikutnya ia mengecup bibir Lyora. Bukannya mendapat balasan, Lyora justru mendorong bahu Bima agar menjauh dari sisinya.

"Aku kangen kamu, Yang," bisik Bima seduktif.

"Ada Cilla, Mas. Nanti dia bangun."

Tanpa sepengetahuan Lyora, sebelum Cilla menyusul Bundanya ke kamar, Bima sudah membujuk Cilla agar mau tidur dengan Utinya. Namun anak itu tetap pada pendiriannya untuk tidur dengan calon adiknya yang masih berada di perut Lyora.

Mengingat ukuran ranjang di kamar ini yang tak sebesar kamarnya di atas membuat Bima jengkel, pergerakan mereka tentu tidak bisa leluasa. Tidak ada sofa di kamar bawah pun membuat Bima kehabisan akal. Satu-satunya cara aman untuk bercinta dengan Lyora adalah dengan silent mode. Bima tidak dapat menjamin hal itu dapat mereka lakukan karena ia tahu Lyora adalah tipe yang berisik saat bermain.

"Tadi sebelum tidur, aku udah antar Cilla pipis. Cilla juga udah makan dan ngemil serealnya. Dia gak akan bangun, kecuali kalau kamu berisik."

"Tapi, Mas—"

Bima yang sudah tidak sabar langsung mencium bibir istrinya tanpa aba-aba. Berdebat masalah sepele hanya akan membuang waktu percuma. Bukan sebuah alasan bagi Bima mendapat penolakan hanya karena Cilla berada di atas ranjang yang sama dengan mereka. Bima sedikit egois, ia tidak ingin mengalah terus dengan si kecil.

Lyora yang kini gemar memakai daster memudahkan Bima untuk meloloskan sesuatu yang menutupi tubuh indah istrinya hanya dengan satu gerakan. Bima menelan salivanya ketika payudara menantang dan perut buncit Lyora terpampang di bawahnya. Belum sempat Lyora menutupi tubuh bagian atasnya, Bima menahan kedua tangan Lyora di samping sisinya.

"Kenapa, Yang?" tanya Bima ketika Lyora terus saja bergerak di bawahnya. Bima dapat merasakan bahwa Lyora merasa tak nyaman akan posisi mereka saat ini.

"Aku malu, Mas," jawab Lyora sambil memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan suaminya.

"It's okay, Sayang. Kamu tetap cantik, justru semakin cantik dan seksi."

Memasuki usia kehamilan trimester kedua membuat perubahan bentuk tubuh Lyora semakin jelas terlihat. Payudaranya terlihat lebih besar dan terasa berat, ditambah warna puting dan area sekitar putingnya yang lebih gelap dan melebar. Hal itu membuat Lyora sering merasa malu menunjukkannya pada Bima.

Bima menekuk kedua sikunya agar bisa mengamati wajah Lyora lebih dekat. Bima bahkan tak mengucap sepatah kata pun, yang ia lakukan hanyalah meneliti setiap inci tubuh calon ibu dari anaknya itu. Pipi Lyora merah merona seketika dibuatnya.

"Mmhhhh...." desahan Lyora lolos begitu saja ketika lidah Bima menyapu putingnya yang menegang. Salahkan hormon kehamilan yang membuat Lyora semakin sensitif akan sentuhan-sentuhan nakal suaminya.

Bima tersenyum puas saat Lyora menikmati setiap sensasi yang ia buat. Setiap kali desahan keluar dari bibir istrinya, Bima semakin menjahili Lyora dengan sensasi yang lebih dahsyat. Desahan istrinya bagaikan pecutan yang membuat Bima semakin bergairah.

Setelah puas bermain di gundukan kembar istrinya, Bima beralih menyapa si Adek. Berkali-kali ia mengecupi perut Lyora, garis-garis stretch mark pun semakin jelas terlihat mengingat perut Lyora yang semakin membesar. Awalnya Lyora merasa malu menunjukkan garis-garis itu, namun Bima yang pengertian selalu membuat Lyora berusaha menerima setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama mengandung.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang