Prasangka buruknya ditunda dulu ya, mari kita dengarkan curahan hati seorang Lyora tentang Mas Bima-nya yang kadang ngeselin.
***
Hari dimana hampir terjadi insiden di tangga kemarin, membuatku trauma untuk menaiki anak tangga. Mas Bima pun segera memutuskan agar kami pindah ke kamar tamu yang berada di samping kamar Ibu. Dengan dibantu Mbok Sarti, kamar kosong tersebut telah diubah persis seperti kamarku di lantai dua. Untungnya Ibu sedang tidak ada di rumah saat kami bertengkar kemarin. Biar saja menjadi urusan Mas Bima menyogok Mbok Sarti untuk tutup mulut. Aku tidak tahu berapa rupiah yang diberikan Mas Bima sehingga membuat Mbok Sarti berjanji tidak akan mengadukan kami kepada Ibu.
Aku tak mengerti mengapa Mas Bima sangat emosi hari itu, aku pun benar-benar takut karena telah dibentak. Dion saja tidak pernah bicara dengan nada keras seperti Mas Bima kemarin. Seharusnya Mas Bima menegurku dengan pelan jika aku salah. Parahnya adalah aku justru tidak tahu salahku dimana.
Mendapatkan kabar bahwa Denis telah melahirkan putrinya membuat teman sekantorku akan menjenguknya keesokan harinya. Jojo menjadi orang pertama yang menawarkan diri akan menjemputku. Aku langsung mengiyakan, mengingat Mas Bima dan Ibu sedang tidak ada di rumah, tidak ada Pak Tardi juga yang akan mengantarku.
Aku tidak tahu tepat jam berapa Mas Bima pulang. Tadinya aku mau meminta izin karena akan pergi dengan Jojo. Sudah pasti akan terjadi salah paham jikat Mas Bima tahu aku pergi dengan Jojo. Namun mendengar dengkuran halus dari tidurnya membuatku ragu untuk membangunkan Mas Bima. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap pergi tanpa izin dan sepengetahuan Mas Bima. Saat kembali ke rumah, benar saja tebakanku. Mas Bima tersulut emosi hanya karena melihat Jojo mengantarku.
Mendengar penjelasan dari dokter Tommy bahwa si Adek dalam perutku baik-baik saja, aku dan Mas Bima dapat bernafas lega. Aku pun telah diresepkan obat penguat kandungan dan juga vitamin. Mas Bima pun berulang kali meminta maaf karena telah membentak dan membuatku menangis. Semalaman ia tidur dengan memelukku hingga rasanya sangat sesak. Dadaku dijadikan bantalan tidurnya dan tangannya tak henti mengelus si Adek di dalam perutku.
Mas Bima juga menceritakan bahwa ponselku telah terblokir akibat ulahnya. Sebagai gantinya, malam ini aku meminjam ponsel Mas Bima untuk menghilangkan rasa penat dengan membuka media sosialnya. Tentu saja aku telah meminta izin untuk melihat isi ponsel Mas Bima. Bagaimanapun kami telah sepakat untuk saling menghargai privasi masing-masing.
Tanpa bertanya pada Mas Bima, aku memasukkan beberapa angka untuk membuka kode sandi di ponselnya. Sudah dua kali tebakanku salah, bukan tanggal lahir Mas Bima atau hari pernikahan kami yang menjadi kode sandinya. Angka-angka itu terlalu mudah ditebak katanya. Pada percobaan terakhir, mau tak mau aku tanyakan padanya dan jawaban Mas Bima cukup membuatku heran. Tak pernah terpikirkan olehku akan ide serandom itu. Kode sandinya adalah 202391. Enam digit terakhir nomor ponselku.
Pertama, aku melihat akun WhatsApp Mas Bima. Ruang obrolannya sudah seperti asrama putri karena kebanyakan isinya dari rekan kerja Mas Bima dimana foto profilnya terlihat jelas bahwa mereka adalah seorang wanita kekinian dengan polesan make up yang cantik. Ada enam puluh tujuh percakapan yang belum dibaca, isinya pun bermacam-macam. Mulai dari membahas pekerjaan, berbasa-basi menawarkan program kerja, ajakan makan bersama hingga info jadwal pekerjaan yang harus dihadiri Mas Bima. Yang membuatku heran, dengan tumpukan obrolan sebanyak itu Mas Bima masih saja terlihat santai bahkan bisa menggodaku dengan pesan-pesan yang tak penting. Oh iya, aku juga perlu berbangga hati karena ruang obrolanku telah disematkan di tempat paling atas. Itu artinya pesanku tidak akan tertimbun dengan yang lainnya.
Kedua, aku beralih ke akun instagram Mas Bima. Tidak ada yang menarik disana, isinya hanya akun official brand jam tangan, pakaian, portal berita, makanan dan minuman, tips dan trik, life hack dan sebagainya yang menurutku sangat monoton. Aku kira Mas Bima akan punya second account dan mengikuti artis-artis wanita yang seksi, namun ternyata tidak. Hanya ada beberapa postingan foto tanpa wajah Mas Bima dan foto masakanku. Yang membuatku terkejut adalah jumlah pengikut di akun Mas Bima justru menembus puluhan ribu dan itu jauh mengalahkan akun instragamku. Namun yang membuatku jengkel adalah Mas Bima mengikuti semua akun teman-temanku, yang artinya Mas Bima akan dengan mudah mengontrol kegiatanku lewat postingan cerita temanku. Baiklah, aku akan mengantisipasi hal itu dengan melarang temanku untuk memasukkan aku ke dalam postingan cerita mereka.
Ketiga, aku beralih ke akun telegram Mas Bima. Lagi-lagi tak ada yang aku curigai disana. Isinya hanyalah seputar pekerjaan dan grup rekan kerjanya. Padahal aku berharap menemukan sesuatu yang mencurigakan, unduhan film porno ilegal misalnya.
Terakhir aku membuka galeri di ponsel Mas Bima. Ada foto Cilla disana, fotoku dengan Cilla, foto kami bertiga dengan Cilla, dan foto masakanku. Tidak ada yang aneh sampai aku menemukan sebuah folder bertuliskan "MINE". Isinya cukup membuatku hampir saja melempar ponsel Mas Bima ke lantai. Aku bahkan tidak tahu kapan Mas Bima mengambil foto-foto itu. Bukankah aku bisa melaporkan hal ini sebagai bentuk pelanggaran privasi?
Tentu tidak akan menjadi masalah jika di foto itu aku sedang cantik, yang diambil Mas Bima adalah foto ketika aku sedikit berantakan. Ada foto ketika aku sedang tidur dengan mulut yang sedikit terbuka, ada juga foto ketika tengah malam aku sedang memasak di dapur, dimana aku hanya memakai pakaian tidur yang lusuh. Bahkan ada foto ketika aku sedang mencari pakaian di lemari, dimana aku hanya memakai handuk setelah mandi.
Melihat reaksiku yang berlebihan, Mas Bima hanya tersenyum sambil berkata, "itu belum seberapa, Yang."
Pernyataan Mas Bima tadi semakin membuatku penasaran. Aku terus menggulirkan ruang di galeri ponselnya hingga bagian paling bawah. Ada satu folder bertuliskan "DILARANG", hal itu mengusik rasa ingin tahuku. Namun ketika akan membuka folder itu, aku diminta memasukkan kode sandi. Sudah aku masukkan enam digit terakhir nomor ponselku ternyata salah. Lagi-lagi aku membujuk Mas Bima untuk memberi tahukan kode sandinya. Namun Mas Bima memberikanku penawaran, ia akan memberi tahuku dengan syarat yang tentu saja hanya menguntungkan dirinya. Aku yang terjebak dengan rasa keingintahuanku tidak punya pilihan selain terpaksa mengiyakan syarat itu.
Mas Bima meraih ponselnya dan cepat-cepat memasukkan enam digit angka tanpa memberitahuku. Sebelum memberikan ponselnya kepadaku, ia berpesan, "kamu boleh marah atau pukul aku, tapi jangan dihapus ya..."
Saat tahu apa yang ada di dalam folder itu, ingin rasanya aku hancurkan ponsel Mas Bima saat itu juga. Mengapa aku tidak pernah tahu kalau Mas Bima memasang kamera tersembunyi di kamar kami? Ada banyak video kami disana, bahkan aku terlalu malu untuk melihatnya. Mas Bima tidak pernah memberi tahu diriku bahwa di setiap sesi permainan di ranjang akan ia rekam. Detik itu juga aku langsung memperingati Mas Bima, "kalau ini bocor, kamu bisa kena pasal asusila, Mas."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [ SELESAI ]
Literatura Kobieca"Aku dan kamu masih sibuk dengan pencapaian kita masing-masing, Bim. Kalau perasaan kita masih sama, kalau kita masih mau menunggu dan kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana, lima atau sepuluh tahun kita bahas lagi perasaan ini." -Lyora Allona Wi...