Bima harus berpuas diri karena pagi itu ia hanya diizinkan untuk bermain hanya sebatas area dada istrinya. Merasakan Lyora yang gemetar hebat di bawah kekuasaannya membuat Bima untuk kesekian kalinya menahan hasrat yang menantang di bawah sana. Ia tidak ingin meninggalkan kesan buruk dalam ingatan Lyora akan sesuatu yang sakral yang akan pertama kali mereka lakukan. Baginya seks membutuhkan consent dari kedua belah pihak. Ia sangat menghargai Lyora akan hal itu.
Melihat air mata Lyora yang mulai jatuh membasahi pipinya membuat Bima seolah tertampar, ia merasa seperti laki-laki brengsek yang merampas kehormatan wanita dengan paksa. Segera ia meminta maaf kepada Lyora. Yang membuatnya heran adalah justru tangis Lyora semakin menjadi-jadi dan hal itu membuat Bima semakin erat memeluk istrinya.
Mirna sudah mengabari Bima dan Lyora bahwa ia sudah berada di bandara. Hal itu membuat Lyora tak enak hati karena kekacauan yang dibuatnya semalam membuat mereka tidak jadi mengunjungi Mirna dan mengantarnya ke bandara. Akhirnya mereka menghabiskan akhir pekannya dengan berdiam diri di rumah.
Tadinya Lyora meminta Bima untuk menjemput Cilla agar main bersama mereka, namun cepat-cepat Bima mencari alasan bahwa Aldilla sedang mengajak putrinya ke luar kota. Bima masih saja cemburu jika melihat Lyora lebih manja kepada Cilla. Ketika mereka sedang bertiga, Bima hanya akan menjadi penonton melihat dua gadisnya sedang bermain peran.
Bima bertambah posesif sejak kejadian di Orchid Night kemarin. Jika biasanya ia mengizinkan Lyora untuk berangkat dan pulang kerja bersama Adit, kini ia bersikeras untuk mengantar dan menjemput Lyora. Lyora tentu saja tidak terima, Bima semakin mempersempit kebebasannya. Tak hanya itu, dengan pengawasan Bima, Lyora sudah menghapus Bima dari daftar kontak yang disembunyikan di semua akun sosial medianya. Lyora pun diharuskan untuk membagikan lokasi jika ia sedang ada kerjaan di luar kantor. Bahkan Bima tak segan menyuruh Lyora untuk post a picture setiap kali waktu makan siang.
"Ini kompensasi buat temen kamu yang aku bikin bonyok kemarin." Bima memberikan sebuah amplop berisi uang saat Lyora hendak menuju lift. Pagi ini Bima mengantar Lyora sampai lobby, ia bahkan bertegur sapa dengan sekuriti di gedung kantor Lyora. Niatnya ingin bertemu dengan Jojo untuk menyampaikan maaf. Namun sayangnya yang ditunggu belum juga datang hingga Lyora dengan tega mengusirnya pergi.
Lyora masih tak tahu dengan amplop yang kini berada di tangannya, "Kemarin kamu pukul dia sampe parah banget ya?"
Bima hanya mengangguk, "Kabari aku kalau dia ada waktu, aku mau minta maaf."
"Udah sana buruan pergi. Nanti aku telat absennya." Usir Lyora lagi.
"Sabtu besok ajak teman-teman kamu barberque-an ke rumah, anggap aja sebagai permintaan maaf karena aku merusak acara kalian kemarin."
"Apartemen kita maksudnya? Sempit, Bim. Ribet ah, mending nanti kamu mau bantu aku beres-beres. Gak usah deh, temenku lebih suka makan di luar." Tolak Lyora mentah-mentah.
"Atau perlu aku ke ruangan kamu sekarang? Biar aku yang undang mereka langsung." Bima yang tidak suka penolakan langsung memberikan opsi lain.
"Gak usah!!! Ngapain sih??" Lyora mendengus kesal. "Ya udah nanti aku yang bilang. Kamu banyak-banyak berdoa aja biar mereka gak nolak."
"Siap, tuan putri!" Jawab Bima dengan senyum khasnya yang menyebalkan.
Lyora memasuki ruang kerjanya dengan penuh rasa gugup. Karena kekacauan yang dibuatnya kemarin, Jojo menjadi korban dari Bima yang salah paham. Keadaan semakin parah ketika tak ada satu temannya pun yang mengabari bagaimana keadaan mereka atas insiden memalukan itu. Obrolan grup sepi, Adit tak juga ada kabar. Entah bagaimana Lyora akan menghadapi teman-temannya hari ini. Rasanya ia ingin pulang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [ SELESAI ]
أدب نسائي"Aku dan kamu masih sibuk dengan pencapaian kita masing-masing, Bim. Kalau perasaan kita masih sama, kalau kita masih mau menunggu dan kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana, lima atau sepuluh tahun kita bahas lagi perasaan ini." -Lyora Allona Wi...