Selangkah Lebih Maju

31.8K 2.5K 20
                                    

Setelah menghabiskan malam yang panjang di sofa ruang tengah, Bima terbangun ketika Mbok Sarti tidak sengaja menjatuhkan bekas minuman kaleng yang berantakan di atas meja. Lengannya baru terasa pegal setelah semalaman dijadikan bantalan oleh Lyora. Namun melihat Lyora yang masih terlelap di sampingnya, membuat Bima mengurungkan niatnya untuk meregangkan otot-otot tubuhnya karena takut membuat Lyora terbangun.

"Eh, aduh, ma- maaf Mas..." Mbok Sarti gugup ketika tertangkap basah mengusik kenyamanan tidur sang tuan.

Bima menghiraukannya, "Sekarang jam berapa, Mbok?"

"Setengah sembilan, Mas."

"Tolong lihat Cilla di kamar saya ya, Mbok." Bima baru sadar bahwa semalaman ia meninggalkan Cilla sendirian di kamar.

"Baik, Mas." Mbok Sarti menuruti perintah Bima dan segera berlalu ke lantai dua.

Bima masih saja memandangi Lyora yang damai dalam tidurnya. Sesekali terdengar dengkuran halus yang menandakan bahwa Lyora masih tertidur pulas. Syukurlah pertengkaran mereka semalam tidak membuat kualitas tidur Lyora memburuk.

Ketika Bima merasakan Lyora mulai menggeliat dalam pelukannya, ia pura-pura memejamkan mata. Bima tidak ingin tertangkap basah sedang memandangi Lyora. Semalaman ia tidak bisa tidur, kata-kata yang keluar dari mulut Lyora menusuk hatinya. Lyora benar, Bima selalu denial. Mengingat bagaimana keadaan psikis Aldilla dulu, membuat Bima selalu pasang badan jika terjadi sesuatu terhadap mantan istrinya itu. Bima melupakan fakta bahwa Aldilla sudah menjadi masa lalunya dan kewajibannya sekarang adalah menomorsatukan perasaan Lyora yang kini menjadi istrinya.

"Bima, minggir gak!" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Lyora membuat Bima tersentak. Sepertinya Lyora sudah cukup memiliki tenaga untuk melawan Bima pagi ini.

"Mau kemana, Ra?" Bima memberanikan diri mencoba membuka obrolan.

"Mandi, mau ikut?" Ketus Lyora.

Syukurlah Lyora masih mau menanggapi walau dengan ketus, setidaknya emosinya mulai mereda. Tinggal sedikit lagi usaha Bima agar Lyora mau memaafkannya.

"Emang boleh?" Bima mulai meledeknya, namun tak ditanggapi lagi oleh Lyora.

Sambil menaiki anak tangga, Lyora merutuki kebodohannya semalam. Ia mengusap-usap bibir yang semalaman dilahap oleh Bima.

Sial. Ciuman pertama gue tuh. Batinnya.

Mencium bibir istrinya tentu bukan hal yang pertama bagi Bima. Andai saja Lyora tahu bahwa setiap malam selalu ada Bima sang pencuri ciuman itu, Lyora tentu akan meminta pisah kamar karena seranjang dengan Bima membuatnya resah.

Mbok Sarti sedang mengganti sprei ketika Lyora masuk ke kamarnya, oh bukan, kamar Bima maksudnya. Pikirannya menerka-nerka, apakah Mbok Sarti diperbolehkan masuk kamar Tuannya tanpa izin? Bukankah itu lancang?

"Mbak, anu..." Mbok Sarti gugup, "Non Cilla ngompol..." lanjutnya sambil memasang sarung guling.

"Sekarang Cilla kemana, Mbok?" Lyora mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar karena tidak mendapati Cilla di ruangan yang cukup luas itu.

"Lagi mandi, Mbak. Udah saya bujuk tapi maunya mandi sendiri." Cepat-cepat Mbok Sarti keluar kamar dengan gulungan sprei dan selimut yang dibawanya.

Lyora tak mau ambil pusing dengan kelakuan Cilla yang satu itu, persetan jika Cilla akan masuk angin karena dibiarkan terlalu lama bermain air, anak itu hanya menuruti perintah Papanya dan Lyora sedang malas mengadukan hal itu pada Bima. Ia sedang malas melihat rupa sang suaminya yang egois itu.

Ratusan obrolan grup memenuhi notifikasi ponselnya, segera saja Lyora membuka obrolan di ruang grupnya dan berharap akan menemukan sesuatu yang lucu sehingga membuat suasana hatinya membaik. Namun betapa terkejutnya ia bahwa Adit dan yang lain sudah memintanya untuk berbagi lokasi untuk acara malam ini. Lyora baru ingat bahwa Bima mengundang temannya untuk barberque-an di rumahnya.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang