Hari pertama seorang diri tanpa sosok Bima di rumahnya dilalui begitu saja. Lyora melewatkan kewajibannya dan bangun hampir pukul setengah delapan. Bima menuju bandara tanpa membangunkan Lyora dari tidurnya. Namun Lyora mendapati sisa sarapan yang tinggal setengah di meja makan. Membuatnya merasa bersalah karena tidak melayani Bima dengan baik. Kebiasaan bangun siangnya masih belum bisa diubah.
Awalnya Lyora senang, karena ia bisa pergi kemanapun sepulang kerja tanpa harus meminta izin pada Bima. Tidak perlu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan karena ia bisa sarapan di kantor bersama Adit dan Denis. Bahkan ia juga bebas mengenakan pakaian kurang bahan yang tentu saja tidak bisa ia lakukan jika ada Bima di rumah.
Namun ia merasa ada sesuatu yang kurang, hatinya seolah kosong setengah. Rumah terasa sepi karena tidak ada teriakannya saat memarahi Bima. Untuk pertama kalinya ia merasa sendirian.
Bima tidak lagi memberi kabar, pesan yang kemarin pun belum sempat centang biru. Tak dapat dipungkiri, Lyora memikirkan Bima yang maniak kerja itu. Apakah dia sudah makan? Apakah kerjaannya lancar? Kenapa balas pesan aja belum sempat? Sesibuk itukah? Pikirnya.
Lyora mengalah dan menurunkan egonya untuk mengirim pesan duluan kepada Bima.
Ketik, hapus, ketik, hapus. Begitu terus sampai akhirnya tiba-tiba saja panggilan video dari seberang sana membuat ponselnya hampir jatuh ke lantai.
"Halo, istriku yang daritadi ngetik tapi gak dikirim-kirim."
Tawa Bima yang meledek terdengar dari seberang sana. Seperti maling yang tertangkap basah, Lyora menyembunyikan wajahnya dari balik bantal.
"......."
Lyora masih enggan menanggapi Bima yang puas meledeknya. Bahkan melirik Bima pun ia enggan.
"Ra, lucu banget sih. Aku juga kangen kamu, besok aku pulang. Kamu di rumah sendirian? Di belakang kamu siapa, Ra?"
Lyora memang sendirian si rumah karena Dion lebih memilih menemani Flora di rumah sakit. Hal itu tentu membuat Lyora reflek membuang bantalnya dan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang dimaksud Bima.
"Bercanda kamu gak lucu ya, Bim."
Bima berhasil membuat Lyora menunjukkan wajahnya yang daritadi berada di balik bantal. Hal itu membuat Bima semakin merasa di atas awan. Bima mengakhiri panggilannya karena Lyora yang tak kunjung menanggapi.
***
"Lo tuh bersyukur, Ra. Pak Kasogi baik banget sumpah, manner-nya itu loh. Laki gue aja belum tentu bisa sabar pas kejadian bubur ayam kemarin. Lagian kan lo udah langganan, masa Mas-nya ga hafal sih pesenan lo. Gue aja ikut emosi."Denis masih saja membahas drama bubur ayam Barito kemarin. Bima bak pahlawan yabg dipuji-puji oleh kedua sosok perempuan yang udah taken itu. Adit pun tidak mau kalah mengeluarkan opininya.
"Bima yang sebaik itu aja bisa cerai sama Aldilla. Gue jadi kepo, siapa yang ngajak pisah duluan. Secara gitu ya, mereka berdua selevel. Bima kan CEO Shopedia yang sekarang lagi naik daun dan Aldilla top model yang lagi di atas puncak karirnya. Hati-hati aja, Ra. Pinter-pinter lo ngambil hati Bima biar gak berpaling. Aldilla juga masih available dan mereka punya anak. Bisa aja anaknya dijadikan alibi jika suatu hari nanti mereka rujuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [ SELESAI ]
ChickLit"Aku dan kamu masih sibuk dengan pencapaian kita masing-masing, Bim. Kalau perasaan kita masih sama, kalau kita masih mau menunggu dan kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana, lima atau sepuluh tahun kita bahas lagi perasaan ini." -Lyora Allona Wi...