Kilas Balik

27K 2.3K 51
                                    

Kisah cinta Bima dan Lyora bagaikan cerita novel romantis pada umumnya. Berawal dari curi pandang, Bima yang agresif kian menunjukkan ketertarikannya pada Lyora. Saat kebanyakan perempuan berlomba-lomba memikat hati sang kapten basket, Lyora justru orang pertama yang dengan tegas menolaknya hanya dengan alasan ingin fokus belajar saat itu. Hal itu tidak membuat Bima menyerah. Selama ini bukan hal sulit bagi Bima untuk menjalin cinta dengan perempuan yang ia inginkan. Tentu saja Bima tidak terima jika Lyora membuat rekor baru dalam catatan hidupnya. Tidak ada sejarahnya seorang Kasogi Bimantara ditolak oleh seorang perempuan.

Memiliki kepribadian yang mudah bergaul membuat Bima memiliki banyak teman. Mulai dari teman satu angkatan, junior dan senior bahkan alumni sekolahnya. Saat mengetahui bahwa Dion, junior dua tingkat di bawahnya adalah adik dari sang pujaan hati, Bima segera melakukan pendekatan dengan Dion. Ada udang di balik batu, mungkin itulah perumpamaan yang tepat.

Sejak saat itulah Bima semakin gencar mengejar Lyora. Mulai dari menjemput dan mengantar Lyora, bermain dengan Dion di rumahnya saat hari libur bahkan beberapa kali Bima menginap di sana. Lyora yang acuh tak acuh semakin membuat Bima penasaran.

Bima telah sampai pada batas kesabarannya dan pilihan akhirnya adalah meminta bantuan Dion untuk menjodohkan kakaknya dengan dirinya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Lyora luluh. They are more than a friends but less then a couple. Lyora tetap pada pendiriannya untuk enggan terikat hubungan yang tidak serius.

"Aku ngajak kamu nikah gak tiba-tiba, Yang. Cuma mau ingetin aja kalo kamu pernah nolak saat aku ajak pacaran, itu waktu kita kelas tiga kalo gak salah. Saat itu aku langsung introspeksi diri, apa yang salah sama diriku? Kayaknya aku masuk ke dalam kriteria pria idaman wanita," Bima mulai percaya diri.

"Kamu tau kan aku masuk The Gantengs Group? Dion juga ada di grup obrolan itu."

"Oh... grup yang isinya cowok-cowok sok ganteng itu?"

"Beneran ganteng kok, Yang!" protes Bima.

"Iya deh," dengan berat hati Lyora mengakui itu.

"Jujur, aku masih gak terima alasan kamu waktu itu. 'Kamu terlalu baik buat aku, Bim.' 'Aku mau fokus belajar dulu, Bim.' Alasan tai kucing tau gak!"

"Aku cuma gak mau buang-buang waktu, Bim. Lagian pacaran tuh buat apa? Palingan cuma nanya kabar, lagi apa, lagi dimana, udah makan atau belum. Basi tau gak!" balas Lyora menirukan omongan Bima tadi.

"Kalau pacarannya sama aku, bisa lebih dari itu," Bima menyeringai mesum dan langsung mendapatkan lemparan bantal dari Lyora.

"Dasar mesum!"

"Lagian kamu aneh! Bilangnya gak mau pacaran, tapi menolak saat aku ajak nikah. Katanya mau hubungan yang serius?"

"Yang aneh kamu, Mas!" balas Lyora tak terima. "Kita baru dua puluh dua tahun saat itu. Aku hanya ingin menunda dan memberi waktu untuk kita sama-sama berpikir. Emangnya kamu siap nafkahin aku lahir batin? Kamu siap terima baik buruknya aku? Menikah itu gak mudah, bukan hanya tentang dua orang melainkan dua keluarga. Butuh waktu bagiku untuk adaptasi. Aku belum siap menjalani kehidupan setelah menikah, Mas. Masih banyak yang ingin aku lakukan. Aku ingin meniti karirku, menjalin relasi dengan banyak orang, jalan-jalan ke luar negeri, ke klub malam, tinggal di kos-kosan supaya bebas dari keluargaku dan masih banyak yang ingin aku lakukan tanpa perlu meminta izin orang lain. Kamu pikir setelah menikah aku bisa sebebas itu? Lalu kalau aku hamil, gimana? Aku belum siap menjadi seorang Ibu. Aku mau menikmati masa mudaku dulu, Mas. Hanya karena aku menolak, bukan berarti aku gak mau. Harusnya kamu pikir sampai situ, bukannya langsung  menikah dengan dia."

"Itu bukan alasan, Yang. Kamu pikir aku akan jadi suami yang kolot dan egois? Aku tahu kita masih muda dan saat itu aku benar-benar serius. Kita bukan dua orang asing yang baru kenal kemarin. Kamu juga tahu fakta bahwa aku suka kamu sejak kita SMA. Aku siap menafkahi kamu lahir batin. Aku mau terima kamu apa adanya. Andai saat itu kamu kasih aku alasan yang jelas, mungkin aku bisa nunggu. Aku bisa jelasin ke Ibu bahwa kita butuh waktu. Kehidupan setelah menikah yang kamu khawatirkan gak ada gunanya. Aku bisa menjadi sosok yang kamu inginkan, aku bisa menjadi teman kamu, pacar kamu, kakak kamu, ayah kamu, suami kamu, apapun yang kamu mau, ayo kita lakukan bersama-sama. Untuk masalah finansial, aku punya tabungan yang cukup. Aku gak akan larang kamu untuk meniti karir. Untuk urusan anak di kehidupan kita, aku akan menunggu sampai kamu siap. Ada program KB kalau kamu lupa. Aku akan selalu menghargai kamu."

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang