Kejadian Tidak Diinginkan

28.3K 2.4K 43
                                    

"Kamu liatin apa sih, Yang?" tanya Bima ketika Lyora tak mengacuhkannya yang sedang menyetir.

Sudah setengah perjalanan sejak mereka meninggalkan rumah sakit, Lyora masih saja fokus mencermati setiap rincian yang tertera pada lembar bukti pembayaran yang diterimanya.

"Ini loh, Mas," Lyora mengubah posisi duduknya menghadap ke Bima sambil menunjukkan jumlah pembayaran yang tertera. "Setiap kali kita konsultasi biayanya besar banget. Kalau dikalikan sembilan, mungkin kita bisa beli—"

"Kamu gak usah pikirkan biayanya, yang penting kamu dan si Adek baik-baik aja. Aku akan lakukan apapun demi kamu dan anak kita. Aku gak suka kalau kamu  perhitungan," sela Bima sebelum Lyora sempat menuntaskan ucapannya.

"Bukan perhitungan, Mas. Aku cuma lagi ngitung, ternyata biaya untuk mengurus anak zaman sekarang harus diperhitungkan matang-matang. Ini aja si Adek masih di dalam perut. Belum lagi segala keperluannya nanti, beli susu, beli vitamin, biaya sekolah..."

Bima hanya bisa tersenyum mendengar segala ocehan Lyora, "nanti kita pilih asuransi pendidikan buat si Adek ya, Yang."

"Gak usah lebay, Mas!"

"Kamu bilang semuanya harus diperhitungkan matang-matang, ya udah, ayo!"

"Gak gitu juga, Mas. Terserah kamu deh!"

Lagi-lagi Bima harus mengalah ketika istrinya mulai merajuk. Semakin perut Lyora membuncit, semakin besar juga kesabarannya direntangkan. Lyora yang sensitif membuatnya mengakhiri perdebatan dengan mengiyakan segala pandangan Lyora akan sesuatu.

"Papa, ayo beli esklim...."

Satu lagi masalah datang. Setelah menghabiskan satu serial kartun di iPad-nya, Cilla yang tengah duduk sendiri di kursi belakang menagih apa yang telah dijanjikan Bima. Anak itu tidak mudah melupakan janji yang telah dibuat Bima, ia mulai rewel di belakang sana.

"Nanti ya, Sayang. Sekarang kita mau ke rumah Paman. Disana banyak makanan, Cilla boleh mam kue coklat yang tadi dibeli Bunda," ujar Bima mencoba memberi pengertian. Sesungguhnya ia malas jika harus mampir sebentar hanya untuk membelikan anak itu es krim.

"Papa udah janji..." Cilla tak mau kalah.

"Belinya nanti, gak sekarang. Kita udah telat, Sayang...."

"Sekalang, Pa!"

"Mas, di dekat pertigaan depan ada minimarket, kita mampir sebentar ya." Detik berikutnya Lyora sedikit berbisik pada Bima, "salah kamu sendiri udah buat janji ke Cilla, giliran anaknya rewel kamu malah lepas tangan."

Selama ini tidak ada kesulitan yang dialami Bima dan Lyora jika sedang bersama Cilla. Anak itu mirip sekali dengan kepribadian Mamanya yang periang dan mudah akrab dengan orang lain. Cilla juga mudah diberitahu dan akan menjadi penurut jika diiming-imingi janji manis. Yang disayangkan adalah sebelum janji manis itu ditepati, Cilla akan menjadi rewel dan keras kepala.

Bima tidak punya pilihan lain jika Lyora sudah mentitahnya. Sepuluh menit ia habiskan seorang diri menunggu di mobil ketika Lyora menemani Cilla membeli es krim. Ketika Cilla hendak kembali untuk duduk di pangkuan Lyora, Bima memperingatinya, "Cilla duduknya di belakang lagi ya. Kasian Bunda duduknya jadi sempit kalo Cilla di depan."

Cilla yang masih kegirangan dengan es krim di genggamannya pun menuruti perintah Papanya tanpa banyak drama. Ia juga meminta bantuan Bundanya untuk membuka cup es krim yang dibelinya tadi. Sebelum Lyora memberikan es krim itu kepada Cilla, Bima meraih tangannya.

"Yang, Cilla alergi kacang," ucap Bima ketika melirik es krim rasa cokelat itu.

"Maaf, aku enggak tau, Mas."

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang