Berburuk Sangka (18+)

39.1K 2.3K 54
                                    

Sayang
Mas, aku udah otw ke kantor kamu

Aku belum tau kelar jam berapa, Yang
Nanti kamu ngapain disini?
Kantorku banyak hantunya

Ada rasa kesal yang menggerogoti hati Bima ketika Lyora menghiraukan pesannya. Satu jam sebelum pulang kantor, Bima sudah berpesan pada istrinya bahwa hari ini dirinya akan pulang terlambat karena ada meeting mendadak. Ia sudah memerintahkan Pak Tardi agar menjemput Lyora namun ternyata sopir tua itu lebih menuruti perintah istrinya.

Tidak lama kabar tak sedap muncul lagi, kali ini dari sekretarisnya. Hal itu membuat Bima cemas karena ia tahu bahwa Giska dan Lyora berada di level berbeda dalam urusan dunia malam. Giska adalah tipe yang mudah bergaul, tidak sulit baginya mengajak siapapun menuruti apa yang ia mau. Sedangkan Lyora adalah tipe yang tak enak hati menolak ajakan orang lain. Bima khawatir Giska akan mengajak istrinya berbuat macam-macam tanpa sepengetahuan dirinya.

Giska Putri
Lapor, Pak!
Saya izin mau culik istri Bapak ke cafe seberang ya!

Jangan macam-macam kamu, Gis!
Istri saya sedang hamil
Jauhi dia dari alkohol

Bima terpaksa berbohong untuk menggertak Giska. Dirinya semakin dibuat was-was ketika melihat status Giska di sosial medianya. Sekretaris yang sudah ia anggap sebagai teman itu memposting beberapa minuman kaleng yang Bima tahu itu mengandung alkohol. Belum lagi Lyora yang tak membalas pesannya, sepertinya Lyora benar-benar menikmati malamnya tanpa ocehan Bima.

Tiga jam sudah Bima membiarkan istrinya berkelana bebas menjelajahi dunia malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga jam sudah Bima membiarkan istrinya berkelana bebas menjelajahi dunia malam. Ia tidak dapat mengandalkan Giska untuk menjaga Lyora. Keduanya sama-sama pembangkang karena tak mengacuhkan pesannya.

Sayang
Mas, aku di Plaza Senayan
Aku tunggu di west lobby ya

Sepertinya kali ini Bima harus membuat perhitungan kepada Lyora. Rindunya yang menggebu masih harus ia tahan karena kawasan Senayan tempat dirinya akan menjemput Lyora macet luar biasa. Satu jam sudah Bima terjebak di antara kemacetan dan kekhawatiran yang menghantuinya. Sudah pasti ini adalah ulah Giska yang mencuri kesempatan untuk mengajak istrinya hura-hura. Lyora yang selalu meminta izinnya, kini mulai berani meremehkannya.

Memasuki Plaza Senayan, Bima segera menuju west lobby seperti yang diminta istrinya. Dari kejauhan, Bima melihat istrinya yang mungil melambaikan tangannya, padahal tanpa perlu melakukan itu, Bima sudah tahu bahwa Lyora menunggu disana. Senyum pun merekah lebar dari bibirnya, hal itu membuat rasa kesalnya tadi menguap entah kemana, kini Bima tahu Lyora adalah obat baginya. Sementara Giska di sampingnya sibuk dengan ponselnya, sungguh perbedaan yang ironi mengingat Giska lebih muda tiga tahun dari istrinya.

Lyora tak segera duduk di samping Bima, ia membuka pintu belakang dan memasukkan beberapa goodie bag sambil dibantu Giska. Dari dalam mobil, Bima hanya tersenyum kecut melihat tingkah Giska yang sama sekali tak merasa perlu menjelaskan apapun kepadanya.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang