Kali Ini Serius

25.2K 2.3K 57
                                    

Baru saja Bima menepikan mobilnya di lobby apartemen Aldilla, dengan bar-bar sang mantan istrinya itu duduk di sampingnya sambil memangku Cilla. Segala keperluan anaknya, ia letakkan begitu saja di kursi belakang sehingga membuat keadaan di belakang menjadi berantakan.

Sepertinya terjadi miss komunikasi, begitulah yang ada di benak Bima. Ia sama sekali tidak bermaksud mengajak Aldilla piknik bersama keluarga kecilnya, namun Aldilla dengan lancang ikut masuk ke mobil tanpa seizinnya.

"Al, maaf. Aku hanya mengajak anak kamu," ujar Bima dengan hati-hati tanpa bermaksud menyinggung perasaan Aldilla. Lagipula Bima tidak ingin bersikap arogan terhadap Aldilla jika di depan Cilla.

"Bim, Lyora pingsan!"

Pernyataan Aldilla tadi berhasil membuat Bima lemas seketika. Saat itu juga Bima merasa separuh hatinya terasa kosong dan jiwanya melayang entah kemana. Tangannya gemetar dan jantungnya berdetak sangat cepat hingga peluh membasahi dahinya.

"Tadi Ibu telpon aku, kata Ibu ponsel kamu ketinggalan di tas Lyora. Aku gak tau gimana ceritanya tapi Ibu benar-benar panik. Sekarang kita ke rumah sakit! Aku ikut kamu!" tegas Aldilla.

Bima segera meninggalkan apartemen Aldilla dan membawa mobilnya seperti orang kesetanan. Tak lagi ia pedulikan keselamatan dirinya. Ia bahkan lupa bahwa ada Aldilla dan Cilla bersamanya. Aldilla berusaha tetap tenang agar tidak mengacaukan fokus Bima. Ia juga memeluk putrinya erat-erat sambil menutupi mata Cilla agar anak itu tidak melihat sisi lain Papanya yang menyeramkan. Suara bising klakson dibunyikan Bima kepada siapapun yang menghalangi jalannya. Yang ia inginkan hanyalah cepat-cepat berada di sisi istrinya.

Lyora belum juga siuman ketika Bima sampai di kamar tempatnya kini mendapatkan tindakan medis. Mirna masih setia berada di sisi istrinya sambil memegangi tangan Lyora yang ditusuk dengan jarum infus. Melihat Bima sudah datang, Mirna mempersilahkan anaknya untuk duduk di sisi ranjang Lyora. Dengan sigap Aldilla membantu mantan mertuanya itu untuk duduk di sofa. Mirna sengaja meminta perawat untuk memindahkan menantunya ke ruang perawatan VIP agar mendapatkan fasilitas yang terbaik.

"Tadi Lyra pingsan, Bim. Ibu sudah minta dokter untuk langsung tes darah supaya lebih akurat. Ibu takut istrimu kenapa-kenapa," dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Mirna mencoba menjelaskan kepada Bima tentang apa yang terjadi kepada Lyora. Untung saja Lyora pingsan ketika berada rumah sakit, hal itu membuat Lyora segera mendapatkan tindakan medis.

Salah seorang perawat kembali masuk untuk mengecek keadaan Lyora dan mengganti cairan infusnya yang tersisa sedikit. Melihat tangan istrinya yang sedikit bengkak karena jarum infus membuat Bima tak sampai hati, rasanya pasti sakit sekali.

"Suster, istri saya baik-baik saja kan?" tanya Bima penuh dengan nada cemas.

"Kami masih menunggu hasil tes laboratoriumnya, Pak."

"Segera kabari saya ya, Sus!"

"Baik, Pak."

Selesai dengan pekerjaannya, sang perawat kembali ke luar. Sudah hampir satu jam sejak Lyora pingsan dan Bima masih tidak beranjak dari sisinya. Hingga tidak lama sang perawat kembali dan meminta Bima agar bertemu dengan dokter untuk membicarakan hasil tes laboratorium Lyora.

"Al, aku titip istriku dan Ibu sebentar ya!" pamit Bima kepada Aldilla.

Bima menuju ke ruangan dokter yang dimaksud dengan penuh rasa cemas. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Lyora akan berada dalam masa-masa mengkhawatirkan seperti ini. Dirinya merasa bersalah karena tidak peka akan kesehatan Lyora. Bagaimana mungkin ia tidak tahu bahwa Lyora sedang sakit? Selama ini Lyora yang tidak merasakan sakitnya atau Lyora sengaja menutupi sakitnya? Bima tidak tahu keduanya.

Kali Kedua [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang