"Bim, kenapa kita gak tinggal sama Ibu aja?"
"Emangnya kamu udah siap?"
"Siap apa?"
"Jarak dari rumah Ibu ke kantor satu jam lebih, kamu harus terbiasa bangun lebih awal."
"Pasang alarm kan bisa, Bim."
"Percuma, Ra. Kamu tuh bangun kalo aku cium, terus abis itu ngedumel, pagi-pagi bikin ribut. Kamu juga harus biasakan panggil aku 'Mas' kalo di depan Ibu. Belum lagi, kita bakal dicecar program hamil. Kamu udah siap dengan itu semua?"
"Tapi Ibu kasian, Bim. Udah tua masa sendirian gitu, gak ada teman cerita dan berkeluh kesah."
Belum genap dua puluh empat jam mengutarakan idenya, Lyora sudah mengingkari itu. Ia menggerutu sambil sibuk mencari sebelah kaus kakinya yang entah dimana. Jarum jam terus berdetak, waktu terus berpacu membuat emosinya pagi ini kacau balau. Bima yang biasanya bangun lebih awal masih nyenyak dalam tidurnya. Lyora jadi kesiangan karena Bima tidak membangunkannya. Ia kesal sendiri, sementara Bima bersikap masa bodoh dan menarik selimutnya lagi hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Bim, udah setengah delapan. Kamu ke kantor gak?"
Tidak ada jawaban dari balik selimut sana membuat Lyora bersikap tak acuh. Ia menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Prinsipnya, sarapan itu penting karena sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Lyora memiliki riwayat penyakit maag, jadi sudah terbiasa baginya untuk mengatur pola makan tepat waktu.
"Bim, kamu kerja gak sih? Aku naik ojol aja deh, udah telat. Kelamaan kalo nunggu kamu siap-siap." Lyora kembali ke kamar untuk menengok Bima sekali lagi. Hasilnya sia-sia, ia hanya mendapat lambaian tangan dari balik selimut hangat itu.
"Aku jalan ya, Bim. Sarapan kamu di meja, buruan dimakan nanti keburu dingin. Jangan lupa cuci piring ya!"
Pagi hari Lyora diawali dengan suasana hati yang tak terduga. Bima tidak mengantarnya ke kantor dan sialnya sudah dua kali pesanan ojolnya dibatalkan sepihak. Hampir saja ia terlambat mengikuti morning meeting.
Hingga jam makan siang, Bima tak juga menggangunya lewat pesan yang biasa ia kirimkan, Lyora merasa kesepian. Ia bimbang, sudah tak terhitung berapa kali ia mengetik pesan lalu menghapusnya lagi.
Bim, tadi nasi gorengnya enak gak?
Bim, kamu makan siang pake apa?
Bim, nanti kamu jemput kan?
Bim, aku kok kangen kamu sih?
Lyora merasa gelisah karena tidak biasanya Bima hilang kontak seperti ini. Alih-alih membuang egonya dan mengirimi Bima pesan yang cringe, Lyora segera meneleponnya. Ia tidak ingin suatu saat Bima meledeknya dengan mengungkit bukti tangkapan layar bahwa Lyora terang-terangan khawatir padanya.
"Cieeee yang mulai kepo sama aku. Kaya ABG aja sih, Ra."
Nada meledek Bima menari-nari di kepalanya.
"Kusut amat lo, Ra!" Satu lagi biang masalah datang. Adit tiba-tiba saja datang tak diundang dan membuyarkan lamunannya. Adit menarik kursi di samping Lyora dan mulai membuka topik gibah, "kenapa sih, Ra?"
"Bima hari ini aneh banget, Dit. Tadi pagi gue gak dianterin, udah gitu sampe sekarang hpnya gak aktif. Nanti kalo Bima gak jemput, gue nebeng lo ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [ SELESAI ]
Chick-Lit"Aku dan kamu masih sibuk dengan pencapaian kita masing-masing, Bim. Kalau perasaan kita masih sama, kalau kita masih mau menunggu dan kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana, lima atau sepuluh tahun kita bahas lagi perasaan ini." -Lyora Allona Wi...