"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Sesaat gue berbalik dan mengulurkan tangan ke arah Lyora, tanpa diperintah Lyora menyambut uluran tangan gue dan menciumnya dengan penuh rasa hormat. Subhanallah, istriku.
Lyora segera melipat mukena dan merapikan sajadah yang dipakai solat tadi. Gue bergegas mengganti pakaian dengan outfit olahraga sedangkan Lyora masuk ke kamar dan bersiap menarik selimutnya lagi.
"Ra, ayo olahraga!" Perintah gue yang berdiri di depan pintu kamar. Lyora malah tak acuh dan menenggelamkan diri di balik selimut hangatnya. Hal itu membuat gue geleng-geleng kepala.
"Ra, mau sendirian di rumah? Jangan salahin aku kalo tiba-tiba kamu dicekek setan! Ayo, buruan siap-siap!"
"Bim, aku olahraga di kasur aja. Aku gak takut setan. Udah sana pergi!" Lyora menjawab dari balik selimutnya.
Gue yang gak sabar langsung menarik paksa selimutnya dan langsung mendekat merapikan anak rambutnya yang berantakan, "Mau aku kasih tau cara olahraga di ranjang gak?" Tanya gue seduktif. Gue bisa merasakan Lyora yang bergidik dan rona pipinya langsung memerah.
Gue menunggu di ruang tv ketika Lyora mengganti pakaian. Awalnya Lyora masih menolak ajakan gue dengan alasan gak bawa outfit buat olahraga. Tidak menerima alasan apapun, gue memberikan training dan hoodie milik gue untuk dia pakai. Perbedaan ukuran tubuh yang cukup jauh membuat Lyora benar-benar seperti badut mampang ketika memakai baju gue.
"Bim, kamu tuh kerjanya apa sih? Kok bisa dapet banyak banget karangan bunga? Denis sama Adit aja gak ada tuh kirim-kirim aku karangan bunga. Mereka malah minta traktiran. Laknat banget kan?"
Gue tersenyum singkat, "Menurut kamu?"
"Aku gak tau makanya nanya. Ditanya malah nanya balik, jadi nyesel aku nanya ke kamu." Jawab Lyora ketus.
"Aku cuma wirausaha, Ra."
"Serius? Terus kemarin biaya nikah gimana? Kamu ada hutang? Tabunganku gak seberapa loh, Bim. Aku gak mau ya Bim, kalo sampe kamu dikejer-kejer debt collector. Kamu kenap—"
Gue mencium bibir Lyora sekilas untuk menghentikan ocehannya. Lyora terdiam lalu mengusap bibirnya, "Ra, kamu harus terbiasa kalo tiba-tiba aku cium. Udah sah, sayang."
Lyora berjalan cepat mendahului gue dan langsung ke dalam mobil tanpa berkomentar.
***
Lyora duduk di ruang tv dengan sekaleng pringles di pangkuannya. Gue yang belum terbiasa dengan pemandangan itu dibuat heran dengan hobi Lyora yang satu itu. Lyora asik sendiri dengan kesibukannya tanpa menghiraukan gue. Dia terbahak-bahak dengan mulut penuh pringles. Gue tergoda untuk ikut bergabung dengannya sambil membawa sebotol air minum.Lyora mengambil botol minum itu lalu meneguknya, "Makasih, Bim." Lalu melanjutkan menikmati tontonannya.
Gue berdehem, seolah memberi isyarat kalau gue tidak ingin dihiraukan. Lyora langsung peka dan meletakkan ponselnya.
"Bim, kamar sebelah kosong ya? Boleh buat aku gak?"
"Maksud kamu?" Tanya gue heran.
Lyora mendekat sambil menarik ujung baju gue. Tatapannya seolah memohon, "Aku tidur disana aja boleh gak? Soalnya aku kan tidurnya grasak-grusuk kasian kamu kalo aku tendangin."
"Gak boleh. Aku gak berani tidur sendiri, Ra."
"Jadi selama ini kamu tidur sama siapa, Bim?"
Pertanyaan Lyora membuat gue mati kutu. Gue memutar otak untuk berpikir cepat sebelum Lyora berpikiran yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [ SELESAI ]
ChickLit"Aku dan kamu masih sibuk dengan pencapaian kita masing-masing, Bim. Kalau perasaan kita masih sama, kalau kita masih mau menunggu dan kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana, lima atau sepuluh tahun kita bahas lagi perasaan ini." -Lyora Allona Wi...