Orang jatuh cinta itu bisa berubah 180 derajat, percaya nggak?
Giana Afsheen Leteshia.
🍊🍊🍊
Menjadi hal yang lumrah jika Giana melakukan hal-hal aneh dan cenderung mengarah ada absurd, tetapi kali ini lebih aneh lagi karena cewek itu diam seharian. Jika biasanya hari minggu Giana melakukan aktivitas andalannya yaitu nyolong mangga pak Mamad maka hari ini cewek itu berbeda.
"Gue apa perlu berguru sama Diza atau Raden kali, ya?"
Giana telentang di ruang tamu, tepat di karpet beludu yang ada di sana. Memikirkan hari-harinya yang jadi berbeda, membuat Giana bingung. Apalagi Bima terang-terangan menunjukkan perasaan padanya.
"Kayaknya gue perlu pencerahan," ucapnya lalu bangun dari posisinya.
Cewek itu tidak langsung pergi ke kamarnya, dia masih setia di posisinya. Duduk menyila dan menatap lurus ke depan. Sebenarnya Giana bingung dengan perasaannya. Rasa nyaman dan perhatian yang Bima berikan sangat istimewa sehingga membuat Giana merasa spesial.
"Oke!" putusnya, berdiri dan meyakinkan dirinya. "Gue perlu Alika disaat seperti ini!"
Tak lama kemudian cewek itu sudah bersiap pergi, berpamitan pada Clara sebentar dan berangkat naik taxi. Setelah beberapa menit beradu dengan kebosanan di dalam taxi karena terjebak macet akhirnya sampai juga di rumah Alika, lebih tepatnya rumah paman Tara.
"ASSALAMUALLAIKUM! KEPONAKAN CANTIK DATANG!"
Tara dan Maureen yang sedang duduk di ruang tamu menoleh. Keduanya berdiri, menyambut kedatangan Giana.
"Onty!" pekik Giana dan langsung menghambur ke pelukan istri Tara. "Onty Maureen lama banget ke German, Gia kira onty mau balik lagi German tauuuu!"
"Onty mengurus beberapa hal penting disana, oh iya, mau ketemu Alika ya?"
Giana mengangguk.
"Alika ada di kamarnya, disana ada Qila sama teman Alika. Kamu langsung ke atas aja, ya!"
"Oke onty, Giana pamit dulu ya," katanya lalu berlari kecil menuju kamar Alika.
"Gia!"
Panggilan itu menghentikan langkah Giana, ia menoleh dan mendapati paman Tara yang berkacak pinggang. "Besok lagi kamu harus belajar menyadari sekitar, biar orang yang ada disekitar kamu merasa berada, bukan merasa kayak angin lewat," sindirnya.
Giana meringis, kebiasaan asik dengan satu objek saja sampai lupa keberadaan orang lain di sekitarnya. "Siap, paman!" serunya lalu pamit untuk melanjutkan perjalanannya menghampiri Alika.
Tara yang tadi sempat merentangkan tangannya, mengira Giana akan memeluknya langsung berdecak sebal. Maureen terkikik dan menyambut rentangan tangan suaminya. "Biar nggak sia-sia," kata Maureen, terkikik.
Giana mengetuk pintu kamar Alika beberapa kali sampai si pemilik kamar berteriak, menyuruhnya masuk saja. Giana dapat melihat Alika sibuk memasang sheetmask pada Qila dan Hanum –teman Alika yang dulu dikenalkan padanya.
"Halo, Gia. Apa kabar?" tanya Hanum, mempertahankan posisinya yang telentang di kasur king size milik Alika.
"Lagi pusing tujuh keliling, Han."
Hanum terkekeh tetapi langsung ditabok pelan oleh Alika, "Jangan gerak mulu, gue nggak bisa pasang sheetmask-nya!" omelnya.
Hanum pun memilih menurut.
Giana mendekat ke arah Qila, biasanya cewek itu mengoceh panjang lebar dan sekarang malah diam. Semakin dekat Giana bisa mendengar dengkuran halus, "Pantes anteng, tidur si curut," ujar Giana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...