KANGEN GAAAA SAMA GIANA?
BTW UDAH 2K READS YA HAHAHA, ALHAMDULILLAH BANYAK YANG SUKA SAMA WAITING FOR YOU, KAN JADI SEMANGAD NULIS TEROSSS
HOIYAAA KALEAN NUNGGU CERITANYA SI GENTA NGGAK?
MANA PENGGEMAR GENTA KEMAREN?
HAPPY READING! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
🍊🍊🍊Kehilangan adalah salah satu hal yang dapat mengubah seseorang.
Nesya Anggun Primadona.
🍊🍊🍊
Bima menjalankan aktivitasnya sebaik mungkin dan setenang mungkin meskipun semenjak bertengkar dengan Giana ia tidak bisa tenang. Saat Giana berpapasan dengannya pun cewek itu memilih menghindar, jadilah Bima juga tidak bisa memulai interaksi.
Sarapan kali ini diisi kesunyian, Sakti yang biasanya mengoceh panjang lebar memilih diam. Begitu pula Bima yang biasanya berdebat dengan Sakti memilih diam. Sakti dan Bima sukses membuat kedua orangtuanya kebingungan.
Sakti adalah orang yang lebih dulu bangkit disusul Bima. Setelah pamit mereka masuk ke dalam mobil bersamaan. Saling toleh sekilas dan memilih membuang muka.
"Ini mau ke sekolah siapa duluan, Den?" tanya supir pribadi rumah mereka.
Dua orang itu bisa saja berangkat menggunakan kendaraan masing-masing tetapi di hari yang bersamaan keduanya malas dan memilih minta diantar.
"Serah, pak." jawabnya bersamaan.
Lagi mereka saling tatap dan membuang muka. Ternyata pak supir mengantarkan Sakti terlebih dahulu jadi Bima yang terakhir. Hingga waktu berjalan terus sampai akhirnya Bima sampai di sekolahnya, setelah berterimakasih pada pak supir yang telah mengantarnya Bima pun melenggang pergi memasuki kawasan sekolahnya.
Berjalan ditengah koridor yang mulai ramai membuat Bima sedikit risih, terlebih dengan adanya beberapa cewek yang mengelutinya dengan tatapan memuja serta pekikan kagum yang menurut Bima itu adalah hal yang berlebihan.
Sampai di kelas Bima sudah di sambut tatapan menuntut dari Juan, Gerhan, dan Sandra. "Apa?" tanyanya sembari meletakkan tasnya di meja. "Gue bukan cenayang yang bisa nebak pikiran kalian dengan natap gue kayak gitu."
"Lo—" Sandra menoleh ke Juan sejenak. "Apa umpatan yang pas buat Bima?" tanyanya.
"Bodoh, brengsek, dan pengecut?" jawab Juan sedikit ragu karena ia ditatap Gerhan penuh peringatan, seolah tidak boleh mengajari Sandra mengumpat.
"Lo bodoh, brengsek, dan pengecut ya, Bim?"
Mungkin karena mood yang buruk terlebih selama hampir seminggu ini ia mengibarkan bendera perang dengan Sakti membuat Bima jadi sedikit tersulut emosi. "Atas dasar apa lo lempar umpatan itu ke gue?" balasnya dengan nada tak suka.
Menangkap hawa-hawa pertengkaran akhirnya Gerhan membuka suara. "Selamat, lo berhasil menuhin janji lo ke Syifa."
Bima memerlukan banyak waktu untuk mencerna ucapan Gerhan sampai akhirnya Sandra menyondorkan sebuah koran dimana terdapat foto Giana sedang memegang banyak buket bunga, piala, dan papan kecil yang bertuliskan,
JUARA 1 LOMBA JURNALISTIK TINGKAT NASIONAL.
🍊🍊🍊
Flashback satu hari sebelum Bima mengetahui kemenangan Giana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...