SANDRA

74 16 10
                                    

Tiap orang berhak memilih dan menyikapi, tapi tidak untuk menyakiti.

Giana Afsheen Leteshia.

🍊🍊🍊

Suara bel mengusik ketenangan Giana, cewek itu menggeliat dan membuka matanya. Genap tiga detik ia melotot. Astaga jam berapa sekarang?!

Giana menyibakkan selimut uks dan mengedarkan pandangannya. Jam 12?! Siang?!

JAM DUABELAS SIANG?!

Dengan tergopoh-gopoh Giana bangkit dan keluar dari uks mengabaikan wajah bantal dan rambut berantakannya. Ia harus ke kelas! Bagaimana bisa tertidur selama itu?!

"DARES!" teriak Giana begitu sampai di dalam kelas.

"Berisik!" sahut Yura yang terlihat terganggu karena Giana berteriak, cewek itu terlihat sedang sibuk dengan lembaran-lembaran soal di mejanya. "BODO AMAT!" sentak Giana.

Dares yang tadinya sedang berdiskusi dengan Bagas dan Diza menoleh menatap Giana. Cewek itu sudah bangun? Kenapa tidak merapikan tampilannya?

"Gue ketiduran di uks!" adunya panik.

"Udah tau," balas Dares tenang.

Giana masih mengerjap, ia melempar pandangannya ada Diza dan Bagas. "Gue juga tau," ucap mereka, mengerti maksud tatapan Giana.

"Kok tenang banget?" tanya Giana linglung.

"Kita tadi habis upacara jengguk lo, katanya masuk uks." Sahut Bagas, Giana menatap Bagas.

"Tapi lo molor," ujar Diza, Giana beralih menatap Diza.

"Kok nggak di bangunin?"

Dua orang itu menunjuk Dares. "Katanya jangan di bangunin," jawab Diza.

"Tadi bu Ani juga bilang suruh biarin, katanya lo diijinin kelas pak Anton sama kelasnya barusan. Tenang aja, ada tugas kelompok dan lo nggak kita biarin satu kelompok sama nenek lampir itu." Timpal Bagas mengendikkan dagu pada Yura dan kelompoknya.

Merasa tersindir Yura menoleh ke belakang. "Apa maksud lo?!" sengitnya.

"Lah, kesindir?" celetuk Bintang, salah satu teman kelas Giana yang terkenal ambisius, saingan Yura di kelas.

Diza menatap Yura tajam membuat Yura gelagapan namun masih pencitraan dan mengembalikkan pandangannya seperti semula.

"Kantin nyokkk breee?"

Giana yang baru saja duduk mendengus mendengar suara lengkingan Raden yang masuk ke dalam kelasnya.

🍊🍊🍊

Bima sedang fokus-fokusnya makan makanan di depannya ditemani Juan, Gerhan, dan seorang cewek bule yang berstatus murid baru hari ini.

"San," panggil Juan. "Noh si Gerhan kenapa diem aja?"

Sandra Halana March.

Sandra tersenyum kalem, masih terasa canggung dengan berinteraksi dengan Gerhan. "Lo tau penyebabnya, Juan." Balasnya.

Mendadak percakapan berhenti, Juan rasa ia salah bertanya dan berakhir terjebak pada situasi yang kurang enak. Dapat dilihat kali ini Sandra dan Gerhan saling tatap, entah apa arti tatapan mereka. Juan menangkap tatapan keduanya penuh dengan kerinduan tetapi terhalang akan egois dan kekecewaan.

"BERANTAKAN RADEN!"

Teriakan itu tanpa sadar membuat Bima menoleh, dia melihat Giana sedang sibuk merapikan rambutnya sementara Raden terus merusak tatanan rambut Giana. Cewek itu terlihat berantakan, seragamnya kusut, wajahnya kusut—

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang