Ready for stupidity.
Giana Afsheen Leteshia.
🍊🍊🍊
Giana memasuki kelasnya dengan napas memburu, dia benar-benar lelah setelah kabur dari Bima sebab kelasnya berjarak lumayan jauh dari koridor tadi. Suasana kelas menjadi sedikit bising, entah apa yang terjadi. Cewek itu mendekat ke gerombolan teman-temannya, menyusup, dan menemukan Yura menangis.
"Loh?! Lo kenapa?!"
Giana mendekat dan menyentuh bahu YUra membuat Yura mendongak. "Lo—" Ucapan Giana terpotong kala Yura mengibaskan tangannya.
"Gak usah sok baik lo!" sentaknya. "Lo kan yang udah bikin seragam olahraga gue gini?!" tuduhnya lalu melemparkan seragam olahraganya yang sudah robek-robek.
Cewek itu mengeryit saat mendapatkan tuduhan Yura. "Maksud lo?"
Yura terkekeh sinis. "Gue yakin lo yang udah bikin seragam olahraga gue kayak gini, lo punya masalah apa sih sama gue, Gi? Bukannya kita temen?"
"Iya Gi, jahat banget sama temen sendiri."
"Iya, masa sampe segitunya."
"Tau, tuh. Temen kok busuk banget."
Dan banyak lagi timpalan dari teman-teman lainnya yang menghardik Giana atas tuduhan yang dilayangkan Yura.
"Oh gue tahu," kata Yura, cewek itu berdiri dan menghadap pada Giana. "Lo gak suka gue dekat dengan kak Bima? Jadi karena itu lo jadi giniin gue?"
Apa yang sebenarnya ingin Yura sampaikan? "Maksud lo apa, sih?" Yura ini sedang apa padanya, kenapa ia jadi bingung. "Apa hubungannya seragam rusak lo sama gue dan kak Bima?"
"Jangan pura-pura deh, lo!" sahut Priti, teman sekelas Giana.
Giana dan Yura menoleh bersamaan lainnya menatap Priti.
"Gue lihat dengan mata gue sendiri, lo datang pagi-pagi dan guntingin seragam Yura di lokernya!"
Giana mendelik. Apa? Ini sekarang gue di fitnah?
"Lah, bukan gue yang bikin seragam Yura gini," Bela Giana menatap semuanya, termasuk Yura.
Tiba-tiba saja Yura menarik tasnya dan membongkarnya. Cewek itu menumpahkan seluruh isi tasnya di atas meja. "Yura!" seru Giana, tidak suka akan perbuatan Yura,
Semuanya mendelik kaget saat melihat sekotak rokok, gunting yang terdapat selipan kain seperti seragam Yura yang rusak serta, satu korek api.
Cuitan sindiran dan hardikan langsung terdengar ramai, bahkan mereka terang-terangan memaki Giana.
"See?" ujar Priti. "Lo ternyata nggak sepolos dan sebaik yang gue pikirin ya, Gi." Lanjutnya.
Giana menatap tajam Priti. "Heh Pitik!" serunya, "Kalo mau nuduh itu kasih bukti yang jelas!"
"Semua bukti udah jelas kali, Gi. Lihat barang-barang yang lo bawa," sahut Adit, teman sekelas Giana juga.
"ADA APA INI?!"
Semuanya kontan mengalihkan pandangannya saat pak Ramelan memasuki kelas bersama dengan Dayang, teman sekelas Giana juga. Sepertinya cewek itu mengadu pada pak Ramelan.
Perlahan gerombolan yang ada membubarkan diri menyisahkan Giana dan Yura saja. Pak Ramelan menatap ke benda yang tercecer di meja dan membulatkan matanya.
"Milik siapa ini?"
Kontan semua menjawab kompak dengan menyebutkan nama Giana.
"Bukan pak!" balas Giana. "Yang bapak bawa sama sekali bukan milik saya," kilahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...