Terkadang lebih baik menghadapi yang harus di hadapi daripada tahu fakta yang terdengar seperti alasan.
Alika Mauren Sabita.
🍊🍊🍊
Giana berpisah dengan Dares di depan rumah mereka masing-masing. Cewek itu membungkuk dan berjalan malas masuk ke rumah. Dia melepaskan sepatunya dan meletakkan sepatu tersebut di tempat sepatu yang sudah disediakan oleh papanya di dekat pintu.
"Hufffttt..." serunya.
Giana memasuki rumahnya dengan wajah kusut, hari yang melelahkan, pikirnya. Cewek itu menaiki anak tangga tanpa menyadari dua orang yang menyembulkan kepalanya dari arah dapur.
Setelah membuka pintu, Giana kelas menjatuhkan tasnya begitu saja dan membanting tubuhnya telentang di kasur kesayangannya.
DAG!
"AWH!"
Tubuh Giana melayang dan terjatuh di ubin dengan posisi tengkurap. Dia begitu kaget saat mendengar seruan seseorang dan ditambah dorongan seseorang yang berada di kasurnya.
Kepala cewek itu menengok ke belakang dan mendapati seseorang yang ia kenal menyibakkan selimut yang ternyata menutupi seluruh tubuhnya.
"Sakit tau!" keluhnya. "Badan lo berat banget sih, kak! Tulang-tulang gue rasanya mau remuk!" lanjutnya, sambil memijat beberapa bagian tubuh yang tadi di ambruki oleh tubuh Giana.
"ALIKA!"
🍊🍊🍊
Giana terus bersungut kesal sambil melirik dua orang yang terbahak di ruang tengah sementara ia berada di meja makan.
"Punya abang sama sepupu pada stress!"
TAK.
"ADOH!"
Giana mengelus keningnya yang baru saja di ketuk dengan sendok oleh Tara.
"Jangan menghardik Genta dan anak paman, ya!" Tara duduk di sebelah Giana sambil membawa ponselnya. "Keturunan keluarga kita itu genetiknya bar-bar sama stress, ciri khas banget itu!" lanjut Tara.
Saat cewek itu hendak membalas ucapan Tara sebuah suara nyaring terdengar dan ketika menyadari akan hal itu Giana lekas berlari ke depan. Tepat saat pintu di buka ia mendapati Tio yang terkejut sebab Giana tiba-tiba membuka pintu sambil menyambutnya, bahkan mulutnya mangap menganggur sebab salam yang hendak terucap terpotong oleh cucu perempuannya.
"KAKEK!" seru Giana, langsung menghambur ke pelukan Tio.
"E-eh!" seru Tio saat hampir saja terjungkal karena pelukan tiba-tiba dari Giana.
"Kangen kakek?"
Giana membalasnya dengan anggukan kepala sementara Clara yang berada di belakang Tio berdecak kesal, "Mama loh yang tadi teriak, kenapa cuman kakek aja yang di peluk?" sindirnya.
Pelukan Giana terhadap Tio merenggang, keduanya melirik Clara sekilas lalu terkikik geli dan meninggalkan Clara masuk ke dalam rumah.
"Sabarrrrr...."gumam Clara gemas.
Sementara Clara dan Arfa membereskan barang-barang yang ada di mobil, Giana merentangkan kedua tangannya dengan posisi membelakangi Tio.
"Mohon maaf yaaa... waktu kakek hari ini fokus sama aing dulu," ucap Giana angkuh.
Alika dan Genta mendengus lalu menyingkirkan Giana dan memeluk Tio.
"Kakekkk...." Rengek Giana membuat Tio tertawa garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...