UWAAAA AKHIRNYA APDET!
KANGEN SAMA WAITING FOR YOU GA SIH?!
UNTUK PEMBACA YANG TERHORMAT, DIMOHON MENCET TANDA BINTANG BUAT CHAPTER INI PLISSSS HAHAHA.
MANA MANA KOMEN BOMBASTISNYA! AKU MAKSA!
SELAMAT MEMBACA!
🍊🍊🍊
Nggak ada waktu yang sia-sia ketika kamu mulai berjuang.
Genta Alano Larenzo.
🍊🍊🍊
Semenjak kejadian ia kabur dari Gerhan, semenjak itulah Giana memilih untuk menghindari Gerhan. Di rumah ia terus berdiskusi bersama Alika, Kakek Tio, dan kedua orangtuanya perihal masalah bahan yang akan ia gunakan untuk bersaing dalam perlombaan jurnalistik satu hari lagi. Seperti sekarang ini, mereka berlima berkumpul di ruang tengah.
"Jadi kamu sudah izin sama ibu panti dan orang yang terlibat di objek yang akan kamu ulas untuk lomba junalistik?" tanya Tio.
Giana mengangguk, "Sudah, kek. Giana selama dua hari ini berusaha mencari dan menerima informasi, tapi Gia rasa pendekatan yang Giana lakukan ke ibu Hanifah dan Satria itu sia-sia," jelasnya, lesu.
"Nggak ada waktu yang sia-sia ketika kamu mulai berjuang." Sahut Genta yang entah sendari kapan sudah berada diambang pintu. "Apa yang lo usahain adalah bentuk dari sebuah proses, nggak usah ngeluh dan rendah diri." Lanjutnya.
"Benar kata Genta," timpal Clara. "Kamu harus terus berjuang, apalagi ini lomba pertama dan kamu harus tanggungjawab sama perbuatan kamu."
Ya, Giana menceritakan semuanya. Dari mulai perjanjian partisipasi lomba jurnalistik, konflik dengan Bima, dan masalah lainnya. Giana tidak mampu memendam semuanya sendiri, dia perlu sandaran, terlalu transparan dengan perasaannya sehingga begitu ketara dan membuat orang disekitarnya khawatir.
"Tapi..." cicit Giana.
"Kamu menang, papa akan kabulkan apa yang pengen kamu minta." Arfa menatap Giana yang barusanmendongak, "Apapun," kata Arfa menekankan tawarannya.
🍊🍊🍊
Selama 24 jam kedepan Giana berada di kamarnya, pintu kamar tidak dikunci, Alika tidak tidur di kamar Giana. Sekarang tepat pukul 6 pagi tetapi cewek itu terus berkutat dengan laptop, kertas-kertas, dan alat tulis lainnya.
Genta dan Alika menuju kamar Giana setelah menyelesaikan sarapannya. Kedua orang itu berniat memberikan makanan pada Giana karena pekerjaan Giana tentu saja menguras tenaga, terlebih Giana sudah begadang dari kemarin jam 10 malam.
ANJING DILARANG GANGGU!
Saat sampai di depan pintu kamar Giana, kedua orang itu mendengus bersamaan karena sebuah kertas yang tertempel di pintu itu.
"Kok gue berasa anjing, ya?" kata Genta.
Alika menatap Genta, "Lo anjing, gue majikan. Beres?"
"Sialan!" Genta masuk tanpa mengetuk pintu. "Gi! Makan dulu, gue tau gue laper."
Alika mendelik, "Kan lo udah sarapan barusan!"
"Lah gue ngomong apa?"
"Lo ngomong "gue tau gue laper" bukan "gue tau lo laper" ke Gia!"
Genta membulatkan bibirnya, "Salah berarti yak?" tanyanya jenaka.
"Taruh aja di kasur, nanti gue makan. Mending kalian sekolah, jangan bolos gak baik, jangan ijin sekolah, jangan banyak bacot juga." Sahut Giana tanpa mengalihkan pekerjaannya dan sibuk mengetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...