Apa arti dari kekecewaan sebenarnya?
Bima Angkasa Anggareksa.
🍊🍊🍊
Bima mempercepat langkahnya kala melihat Giana sedang asik bercanda bersama Dares, Nesya, Diza, dan Raden. Dia kesal karena Giana mengabaikan pesan dan panggilannya disaat keadaan darurat seperti ini. Bima mencoba mendial nomor Giana dan melihat reaksi Giana. Dan benar, cewek itu hanya menatap sekilas layar ponselnya dan menolak panggilannya.
"Awas ya lo!" lirih Bima penuh penekanan.
Disisi lain Giana benar-benar tidak menyangka bahwa Nesya mampu membuat Dares mati kutu. Selama ini ia dan lainnya bersikap waspada dan benar-benar berusaha menahan diri untuk berkontak fisik dengan Dares karena phobia yang di miliki cowok itu. Dan Nesya?
Cewek yang baru beberapa bulan menjadi temannya -lebih tepatnya memaksa berteman dengan Dares- malah sebaliknya. Ia bersikap sembrono dan berulang kali membuat Dares pingsan maupun hampir pingsan karena ulahnya.
"Gi, hp lo dari tadi bunyi terus," ucap Raden melirik ponsel Giana yang terletak di dekatnya. "Notif home credit yang nagih utang?"
"Sembarangan!" seru Giana lalu menolak panggilan nomor Bima.
Ia bukannya tidak mau mengangkat panggilan tersebut, ia hanya tidak mau Yura dan antek-anteknya menganggap dirinya seperti wanita ular, wanita kadal atau sebutan lainnya yang Yura berikan padanya pagi tadi waktu istirahat pertama.
Giana bertekad akan membuat Yura percaya bahwa ia tidak sepenuhnya dekat dengan Bima. Ia hanya dekat karena beberapa kepentingan, lagipula kenapa Bima juga terus merecokinya? Bukannya kesepakatan yang disetujui selepas keluar dari ruang kepala sekolah waktu itu adalah bertemu maupun bersama mengurus kepentingan lomba waktu pulang sekolah?
"Gi." Panggil Diza membuat Giana yang sedang memainkan karet rambutnya mendongak. "Lo ada janji sama Bima?"
"Gak."
"Seriusan?" giliran Raden yang bertanya. "Lo lupa kali kalo ada janji sama Bima."
"Gak juga, gue itu nggak ada urusan sama si monster Bima." Giana kembali memainkan karet rambutnya. "Lagipula gue juga nggak mau dikatain wanita ular, wanita kadal atau lainnya gara-gara deket sama si kakak kelas songong yang ngalahin dugong."
"Maksud lo?"
Suara itu seolah menghipnotis Giana, ia memutar pandangannya dan menoleh penuh ke belakang. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah merah Bima. Entah karena terik matahari atau panas karena digibahin.
"Eh, ada apa ya?" tanya Giana dengan nada lembut membuat teman-teman lainnya terkikik geli.
Giana jadi kesal karena ditertawakan. Ia menatap Bima dengan satu alis terangkat seolah meminta penjelasan atas kedatangan yang secara tiba-tiba ini.
"Bisa ikut gue sebentar?"
Giana menimang-nimang ajakan Bima. Secara tidak sengaja tatapannya jatuh pada lantai dua di seberangnya. Disana terlihat Yura dan dua cecengguknya menatap dengan tatapan sebal dan tajam. Bahkan dari gestur tubuh mereka, Giana tau bahwa setelah ini akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Atau mungkin ketiganya akan memberinya wejangan di kamar mandi seperti tadi? Apakah Giana tidak perlu ke kamar mandi agar terhindar dengan mereka? Cukup membosankan berhadapan dengan mereka bertiga, terlalu alay!
Tidak mendapatkan respon dari Giana membuat Bima bertambah kesal. Ia lekas menarik Giana pergi meninggalkan teman-temannya. Giana yang terkejut lekas menoleh menatap teman-temannya sambil berucap tanpa suara "TOLONGIN GUE!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...