SAD/SAT-NIGHT?

149 25 9
                                    

Dari sekian banyak tempat, kenapa gue harus ketemu lo, sih?!

Giana Afsheen Leteshia.

🍊🍊🍊

Giana sengaja keluar sore ini, dan tidak bersama Dares karena cowok itu sakit. Giana mengirimkan pesan pada Diza dan Yura –kelompok jurnalistiknya— namun keduanya tidak bisa hadir. Giana memaklumi hal itu karena memang ia meminta di temani mendadak.

"Kemana kita hari ini..." katanya sambil bersenandung ngawur.

Giana menghentikkan langkahnya lalu berpikir kemana ia harus pergi. Tadinya Giana berniat meng-observasi lingkungan sekitarnya, siapa tahu ada yang bisa di jadikan untuk bahasan presentasi seleksi eskul jurnalistik.

Sayangnya niat itu harus terabaikan karena kini Giana mendadak ingin makan ice cream. Giana tersenyum mengingat tempat es cream semasa SMP dulu, dan ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat itu. Toko ice cream tante Amy!

Sendirian.

Berselang beberapa menit Giana sampai d tempat yang ia tuju. Baru saja masuk ia sudah di sambut dengan banyak pasangan yang sudah duduk berdua dengan sekelebat aksi romansa masing-masing. Ah Giana melupakan sesuatu, bahwa sekarang malam minggu.

"Mirisnya aku..."

Giana menyudahi mengasihani dirinya sendiri dan pergi ke tempat pemesanan. Giana tersenyum melihat banyak jenis ice cream yang di jajalkan di etalase di depannya.

"Hey, Giana." Giana menatap pegawai toko yang menyapanya. "Ya ampun udah berapa lama ini? Kenapa baru ke sini?"

Giana menyengir kuda, "Ehh... Mbak Pitri. Iya nih, mbak. Gia lagi sibuk ngurusin sekolah, jadi baru bisa ke sini deh."

Pitri menoleh ke berbagai arah. "Nggak sama Dares?"

"Sakit dia, mbak."

Pitri mengangguk-angguk mengerti. "Oiya mau pesan apa?"

"Chocolate, tiramisu sama— loh? Menu baru mbak?" tanyanya ketika melihat varian rasa baru.

"Iya, udah lama sih, cuman kamu aja yang nggak kesini."

"Rasa apa itu mbak?"

"Mix vanilla dan stoberi."

"Nah! Sama itu deh, mbak!"

"Oke, kamu cari bangku, gih. Kayaknya rada susah, soalnya banyak pengunjung."

Giana mengacungkan kedua ibu jarinya. "Siap mbak."

Giana memutari penjuru kedai, benar saja, hampir tidak ada bangku yang tersisa sampai matanya menangkap satu bangku yang baru saja di tingalkan oleh satu pasangan. Giana berlari seolah takut akan kehilangan kesempatan.

Tunggu! Seperti kenal?

Giana mempertajam pengelihatannya. Setelah mengenal siapa orang yang duduk di sebelah calon bangkunya, langkah Giana menjadi lebih lambat serta decakan sebal keluar dari mulutnya.

"Kacau, dah, kacauuuu..."

Bima menoleh ketika mendengar nada frustasi dari seseorang. Ia mendelik dan melongo kaget, tapi seketika senyum smirk terbit begitu saja.

Calista mengeser kursinya lalu menyandarkan kepalanya di bahu Bima.

"Sayang, kamu kenapa diem aja, sih? Bosen ya? Mau pindah tempat aja?"

Mendengar suara bernada manja itu membuat Giana langsung berlagak ingin muntah, dan itu semua tidak luput dari pandangan Bima. Bima berusaha membuat Calista menjauh dan berhasil!

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang