Entah mengapa gue ngerasa sakit saat lihat lo sakit, terlebih lagi gue nggak bisa ngelindungin lo.
Bima Angkasa Anggareksa.
🍊🍊🍊
Disaat semuanya sudah pulang dengan pacar, supir angkot, supir taxi, supir pribadi, gebetan, dan segala jenis lainnya, ada Giana yang paling naas. Cewek itu sekarang bingung mau pulang naik apa, dengan kondisi kaki yang rada ngilu karena terjerembab tadi serta sekarang yang sudah hampir magrib.
"Diza emang sableng! Tadi belagak mau nganterin pulang, ehhh malah pulang duluan. Untung alasannya nganterin Reta. Kalo engga bisa bonyok besok tuh bocah di tangan gue." Cerocosnya.
Giana berhenti melangkah dan menatap jalanan yang sepi, seketika bulu kuduknya berdiri.
"Ini hari apa, ya?" ucapnya kemudian melihat tanggalan di ponselnya. "Astatang! Malem jumat gini anak gadis kayak gue baru pulang jam segini?" hebohnya.
Giana mondar-mandir namun berselang beberapa menit kemudian ia berhenti dan menengadah. "Ya Allah lindungi hamba ketika hamba pulang setelah ini. Jauh kan hamba dari setan, begal, dan rampok. Lindungilah hamba Ya Allah..." doanya dengan penuh hikmat.
Di tempatnya ada Bima yang baru saja membereskan ruangan hingga suara pintu bedebam pintu yang di buka dan teriakan manja terdengar.
"Bimaaa... tuh, kan. Aku yakin kamu pasti nungguin disini. Ayo pulang. Latihan cheerleaders aku udah selesai."
Bima mendengus dan membatin banyak sumpah serapah yang diperuntukkan untuk Calista. Sial, ia lupa bahwa hari ini Calista ada jadwal latihan, pasti cewek ini akan memohon minta di antar pulang.
"Bima, kok jadi bengong sih?" tanya Calista yang kini sudah bergelayut manja di lengan Bima.
Bima melepaskan rangkulan Calista dan mengendong tasnya, ia memasang senyum sesal. "Sorry, Cal. Gue nggak bisa pulang bareng lo—"
Calista mendelik. "Loh? Kenapa?!" potongnya.
"Gue udah ada yang nunggu di depan." Setelah menjawab pertanyaan Calista, Bima langsung melongos pergi bahkan Calista sampai mengejarnya.
Saat ini Bima berusaha mempercepat langkahnya sambil berdoa semoga ada seseorang di depan, agar alasan yang ia ucapkan pada Calista tadi benar-benar terjadi. Sampai di depan Bima melihat Giana sedang berdiri sambil berdoa?
Duh, dari semua cewek yang ada di sekolah ini kenapa harus cewek aneh itu, sih?!
Merasa sudah putus asa Bima akhirnya menghampiri Giana dan merangkul bahu Giana membuat cewek yang tengah khusyuk berdoa itu langsung melek dan melepaskan pelukan Bima.
"ASTAGA!" pekik Giana. "Gue sampe lupa berdoa biar dilindungin dari mahluk kayak lo." Celetuknya.
Bima mengkode Giana dengan menempelkan jari telunjuknya. "Sssttt! Kecilin suara lo!" peringatnya sambil menoleh ke belakang.
Giana ikut menoleh ke belakang dan melihat ada cewek yang waktu itu menyiramnya dengan milkshake, cewek itu berlari ke arahnya sambil meneriakkan nama Bima.
"Gue mau minta tolong kali ini ke lo."
"Ogah! Nanti gue bukan di siram milkshake malah air comberan. Udah, ah! Gue mau pulang."
Bima menahan Giana dengan merangkul bahun cewek itu posesif, membuat Giana mematung.
"Please, tolongin gue. Lagi pula Calista taunya lo kan cewek gue."
"Gue bakalan kabulin permintaan aneh lo."
Giana tersenyum miring. "Deal!"
Dan Bima serta Giana berbalik –posisi Bima merangkul bahu Giana dan Giana spontan merangkul pinggang Bima— menatap Calista yang masih berjalan dengan tampang juteknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...