Kadang, kata-kata tidak begitu ampuh untuk menyembuhkan semuanya.
Bima Angkasa Anggareksa.
🍊🍊🍊
Hari yang cukup melelahkan untuk dua orang yang kini malah telentang diatas rerumputan. Sekarang sudah pukul empat sore. Mereka tidak mendapatkan objek maupun inspirasi untuk bahan lomba.
"Waktu lomba kurang berapa hari lagi?" Tanya Giana.
"Delapan hari lagi."
Helaan napas panjang terdengar bersamaan.
"Kira-kira cukup gak ya?"
Bima hanya diam, dia menatap langit yang terlihat sedikit mendung. Dia juga tidak tahu apakah bisa mencari bahan untuk perlombaan nanti? Sebenarnya ia juga kurang percaya diri untuk mengikutinya, terlebih mengenai tentang Syifa—
Pikiran Bima buyar saat Giana tiba-tiba beranjak dan berlari menjauh. Bima hendak mengejar namun teriakan Giana menghentikannya.
"Gak usah ikut! Gue mau pipis!"
Bima menganti posisinya menjadi duduk, ia menatap ke samping kirinya dan menemukan slimbag Giana tergeletak dan seluruh isinya berhamburan, mungkin karena cewek itu terburu-buru pipis?
Tangan Bima terulur untuk merapikan isi tas Giana. Ada dompet, permen, bulpoin, memo kecil dan yogurt. Ingatan Bima jatuh pada kebiasaan Giana meminum yogurt bersama Dares, entah mengapa ia jadi kesal sendiri. Bima rasa Dares dan Giana terlihat seperti soulmate serta lebih romantis?
"Arghh! Apa yang lo pikirin sih, Bim!"
Menyudahi pikirannya yang semakin konyol membuat Bima lekas membereskan tas Giana dan beralih pada kamera yang Giana bawa. Kamera ini, ia seperti mengenalnya.
Saat hendak menghidupkan kamera tersebut, rintik hujan perlahan jatuh ke bumi. Bima lekas berteduh saat hujan semakin deras, tak lupa ia juga membawa barang-barang Giana bersamanya.
Bima berakhir di sebuah halte dekat taman, ia mengeluarkan kamera dan slimbag Giana dari balik jaketnya. Kemana cewek itu, hujan semakin deras dan Giana tidak tahu kemana?
Bima mendial nomor Giana, tak lama kemudian terdengar dering ponsel yang ternyata ada di dalam slimbag Giana. Bima berdecak kesal.
"Dasar ceroboh!"
Bima hendak menerobos hujan namun ia melihat Giana berlari ke arahnya, cewek itu berhenti di seberang jalan sambil memayungi dirinya dengan kedua telapak tangan mungil tersebut. Giana hendak menyebrang namun beberapa pengendara motor masih ramai melewati jalanan.
"LO DARIMANA, SIH?!" teriak Bima.
"KAN GUE UDAH BILANG KALO MAU PIPIS!" balas Giana ikut berteriak.
Saat Giana hendak mengatakan sesuatu pada Bima, sebuah mobil melaju kencang dan genangan air yang tercipta di dekat Giana langsung di sasak oleh mobil tersebut. Alhasil Giana terguyur air dari genangan tersebut bahkan sampai hampir tertelan karena ia kebetulan sedang membuka mulutnya.
Bima terbahak begitu mobil silver tadi melalui Giana. Ia melihat Giana terpaku, memejamkan mata dan meludahkan air dari mulutnya. Mungkin karena terlalu excited melihat kondisi cewek itu, Bima langsung memotret Giana dengan kamera yang ada di tangannya.
🍊🍊🍊
Bima duduk di tepi ranjang. Tiba-tiba ingatannya berlabuh pada sosok sahabat kecilnya, Syifa. Tangan Bima terulur untuk mengambil sebuah foto di laci nakas dekat ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...